Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump mengecam Rusia atas serangan udara yang menewaskan 12 orang di Kyiv. Dalam pesan yang dia unggah di media sosialnya, dia menyinggung langsung Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Saya tidak senang dengan serangan Rusia di KYIV. Tidak perlu dan waktunya sangat buruk. Vladimir, STOP! 5.000 tentara tewas setiap minggu. Ayo selesaikan Kesepakatan Damai!" tulis Trump pada Kamis (24/4/2025)di platform media sosial Truth Social.
Advertisement
Baca Juga
Pernyataan presiden Amerika Serikat (AS) ini muncul saat dia kembali mendorong upaya mengakhiri perang Ukraina, dengan syarat-syarat yang disebut menguntungkan Rusia, termasuk pengakuan atas aneksasi Krimea. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menegaskan tidak bisa menerima hal ini.
Advertisement
"Saya punya tenggat waktu sendiri," kata Trump kepada wartawan di Washington seperti dilansir The Guardian di tengah spekulasi bahwa dia ingin gencatan senjata disepakati sebelum hari ke-100 masa jabatannya pada 30 April.
Selama kampanye Pilpres AS 2024, Trump berulang kali mengklaim akan mengakhiri perang dalam 24 jam setelah dilantik.
Trump bersikeras bahwa dia memberi tekanan pada Putin untuk menghentikan perang, dengan klaim bahwa kesepakatan Rusia untuk tidak menguasai seluruh Ukraina adalah "konsesi yang cukup besar."
"Kami memberi tekanan besar pada Rusia dan Rusia tahu itu," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kepada CBS News menyatakan Kremlin siap "mencapai kesepakatan" dengan AS soal Ukraina, namun ada "beberapa elemen yang masih perlu disempurnakan."
Serangan Mematikan di Kyiv
Serangan di Kyiv merupakan yang terbesar dan paling mematikan tahun ini. Dua anak termasuk di antara korban tewas, sementara setidaknya 90 orang luka-luka. Rusia juga melancarkan serangan di Kharkiv dan kota-kota lain.
Gelombang serangan drone, rudal balistik, dan rudal kendali menghantam ibu kota Ukraina pada Kamis dini hari. Ledakan terdengar hampir sepanjang malam, dimulai sekitar pukul 01.00 waktu setempat, disertai dentuman tembakan anti-pesawat saat pertahanan Ukraina berusaha menembak jatuh rudal.
Para korban luka mencakup enam anak dan seorang wanita hamil, dengan lebih dari 40 orang dilarikan ke rumah sakit. Sebuah rumah, bangunan lain, dan mobil terbakar, sementara reruntuhan menyebabkan kerusakan parah di beberapa distrik.
"Rusia melancarkan serangan gabungan besar-besaran di Kyiv," ungkap layanan darurat Ukraina di Telegram.
Zelenskyy menilai pasukan Rusia mencoba menggunakan serangan udara massal sebagai kamuflase untuk serangan darat yang lebih gencar.
"Ketika pasukan kami berkonsentrasi maksimal menghadapi rudal dan drone, Rusia justru meningkatkan serangan darat. Tapi mereka berhasil dipukul mundur," tulisnya di Telegram.
Dia juga menyebut Rusia menembakkan rudal balistik Korea Utara ke sebuah apartemen di Distrik Sviatoshynskyi. Rekaman video menunjukkan rudal—yang oleh Reuters diidentifikasi sebagai KN-23—menghujam gedung, diikuti ledakan besar dan suara menggelegar.
Menteri Dalam Negeri Ukraina Ihor Klymenko mengatakan operasi penyelamatan besar-besaran masih berlangsung, melibatkan anjing pelacak dan tim teknik.
"Ada bunyi ponsel di bawah reruntuhan. Pencarian akan terus dilakukan sampai semua orang dievakuasi. Kami mendapat laporan dua anak yang belum ditemukan di lokasi kejadian," katanya.
Malam sebelumnya, drone terlihat berputar-putar di langit wilayah Kharkiv timur laut dan melintasi hutan. Kharkiv—kota terbesar kedua Ukraina—dihujani tujuh rudal dan 12 drone kamikaze sepanjang malam, dengan asap hitam mengepul.
Wali Kota Kharkiv Ihor Terekhov menyebutkan beberapa rumah pribadi, pabrik, dan gedung apartemen tinggi terkena serangan.
"Salah satu serangan terakhir mengenai kawasan permukiman padat. Dua orang terluka," ungkap Terekhov, mendesak warga berhati-hati.
Kritik terhadap Trump dan Sekutu
Sehari sebelum mengkritik Putin, Trump menyerang Zelenskyy karena menolak mendukung "rencana damai" yang disodorkan AS yang menyerahkan Krimea dan wilayah Ukraina lainnya ke Rusia. Trump menuduh presiden Ukraina memperpanjang "ladang pembantaian" dan membuat pernyataan "sangat merusak."
Zelenskyy menegaskan tidak akan mengakui Krimea sebagai milik Rusia dan menuntut gencatan senjata total sebelum pembahasan penyelesaian. Zelenskyy memangkas kunjungannya ke Afrika Selatan akibat serangan pada Kamis.
"Sudah 44 hari sejak Ukraina setuju gencatan senjata penuh dan penghentian serangan... Tapi 44 hari itu Rusia terus membunuh rakyat kami," tulisnya di X. "Serangan harus dihentikan segera dan tanpa syarat."
Menurut Bloomberg, AS menolak tuntutan Rusia yang menginginkan agar Ukraina menjadi negara yang tidak punya militer atau senjata (didemiliterisasi) sebagai syarat perdamaian. Utusan khusus AS Steve Witkoff dikabarkan akan bersikeras dalam pertemuannya dengan Putin bahwa Ukraina berhak memiliki militer dan industri pertahanannya sendiri.
"Tuntutan maksimalis Rusia agar Ukraina menarik diri dari wilayah-wilayahnya sendiri, ditambah dengan serangan brutal yang terus dilancarkan, menunjukkan bahwa Rusia — bukan Ukraina — yang menjadi penghalang utama bagi tercapainya perdamaian," ujar Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga.
"Tekanan harus diberikan pada Moskow, bukan Kyiv. Putin lewat tindakannya—bukan kata-kata—memperlihatkan dia tidak menghargai upaya damai dan hanya ingin terus berperang. Kelemahan dan konsesi tidak akan menghentikan teror dan agresinya. Hanya kekuatan dan tekanan yang bisa."
Di tengah serangan terbaru, warga Ukraina mengkritik Trump yang memihak dan sikap acuhnya terhadap korban sipil. Mereka menilai serangan besar-besaran ini membuktikan Kremlin sama sekali tidak tertarik pada perdamaian.
"Sulit dijelaskan betapa tidak masuk akalnya duduk di lantai di spot teraman apartemen, mendengar serangan rudal+drone Rusia yang sangat keras—setelah seharian membahas dan mengedit pemberitaan soal AS yang nyaris memaksa Ukraina menyerah," ungkap editor Kyiv Independent Olga Rudenko.
Jurnalis lepas Euan MacDonald melaporkan, "Ledakan dahsyat di Kyiv, dan lagi—rudal datang. Drone Shahed juga ada, baru dengar tembakan anti-pesawat. Dua ledakan lagi saat aku mengetik... Sudah lama tidak sebegini bisingnya."
Serangan juga terjadi di Pavlohrad, Zhytomyr, dan wilayah Zaporizhzhia.
Di Kyiv, sebagian warga menghabiskan malam tanpa tidur di subway yang berfungsi sebagai tempat perlindungan. Fotografer Kostyantyn Liberov melaporkan drone Shahed menghantam distrik yang sama dua kali saat penyelamat dan warga berusaha mengeluarkan seorang anak perempuan dari reruntuhan.
"Sayang, kami pasti akan menyelamatkanmu. Kami di sini," kata seorang penyelamat sementara drone Shahed berdengung di atas kepala.
Videografer Anton Shtuka, yang merekam operasi penyelamatan sulit itu, berkomentar, "Kadang serangan ini terasa seperti sengaja menghancurkan rumah kami karena Putin merasa dapat dukungan AS dan makin menekan Ukraina."
Dia menambahkan dengan ironi, "Terima kasih, para 'sekutu'."
Kyiv terakhir kali diserang rudal awal April, dengan setidaknya tiga orang terluka. Kota ini menjadi target serangan sporadis sejak invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022.
Â
Advertisement
