Cadangan Devisa Indonesia Capai USD 139,1 Miliar di Maret 2022

Adapun posisi cadangan devisa Indonesia setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor.

oleh Tira Santia diperbarui 07 Apr 2022, 10:44 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2022, 10:44 WIB
Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Indonesia setiap bulannya. Foto: BI
Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa Indonesia setiap bulannya. Foto: BI

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia mencapai USD 139,1 miliar pada akhir Maret 2022. Cadangan devisa ini menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2022 sebesar USD 141,4 miliar.

“Penurunan posisi cadangan devisa pada Maret 2022 antara lain dipengaruhi kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, dikutip dari laman Bank Indonesia, Kamis (7/4/2022).

Adapun posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Posisi Investasi Internasional Indonesia di Kuartal IV 2021 Naik

[Fimela] Investasi
Ilustrasi investasi | unsplash.com/@precondo

Bank Indonesia (BI) merilis data mengenai Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada Kuartal IV 2021.  Dari data tersebut, Posisi Investasi Internasional Indonesia mencatat kewajiban neto yang meningkat.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, di akhir kuartal IV 2021, PII Indonesia mencatat kewajiban neto USD 278,6 miliar  atau 23,5 persen dari PDB, meningkat dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir kuartal III 2021 sebesar USD 277,3 miliar atau 24,2 persen dari PDB.

"Peningkatan kewajiban neto tersebut berasal dari peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) dan penurunan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (25/3/2022). 

Posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri Indonesia meningkat tipis, sejalan dengan aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung.

Posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri Indonesia naik 0,1 persen (qtq) dari USD 709,2 miliar pada akhir kuartal III 2021 menjadi USD 709,6 miliar pada akhir kuartal IV 2021.

Peningkatan kewajiban tersebut antara lain disebabkan oleh aliran masuk investasi langsung dalam bentuk ekuitas sejalan dengan optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik.

Peningkatan Kewajiban Finansial Luar Negeri juga dikontribusikan oleh faktor revaluasi positif atas nilai instrumen keuangan domestik yang dipengaruhi kenaikan kinerja saham serta penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

 

 

Aset Finansial Luar Negeri Indonesia

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonesia, Jakarta.
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonesia, Jakarta. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Posisi Aset Finansial Luar Negeri Indonesia sedikit menurun, sejalan dengan kebutuhan pembiayaan. Pada akhir triwulan IV 2021, posisi Aset Finansial Luar Negeri sedikit turun sebesar 0,2 persen (qtq) dari USD 431,9 miliar pada akhir kuartal sebelumnya menjadi USD 431,0 miliar.

Penurunan aset investasi lainnya bersumber dari penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di luar negeri sejalan dengan kebutuhan pembiayaan aktivitas perekonomian serta penurunan cadangan devisa antara lain disebabkan oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Penurunan posisi Aset Finansial Luar Negeri lebih lanjut tertahan oleh revaluasi positif akibat peningkatan rerata indeks saham dan harga aset lainnya pada negara penempatan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya