Pangkas Waktu Sandar Kapal, Biaya Logistik Bakal Lebih Hemat

Pelindo pasca merger telah melakukan sejumlah langkah untuk memangkas port stay.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 19 Mei 2022, 22:55 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2022, 17:34 WIB
Pelindo
Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) salah satu unit Terminal Petikemas ekspor/impor yang dioperasikan oleh Pelindo 3 di Semarang Jawa Tengah telah sukses menerapkan sistem Single Submission

Liputan6.com, Jakarta PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berupaya memangkas biaya logistik (logistic cost) dengan memperpendek waktu singgah (port stay) kapal pengangkut barang.

"Cara Pelindo memperbaiki biaya logistik adalah bagaimana mengupayakan sependek mungkin (masa bersamdar) kapal di pelabuhan atau port stay," kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono di Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Usai Pelindo merger, Arif mengatakan, banyak transformasi yang dilakukan di pelabuhan. Salah satunya melalui program efisiensi waktu kapal saat bersender di pelabuhan.

"Jadi Pelindo kembali ke jati dirinya. Pelindo ini merupakan perusahaan jasa dan pelayanan di pelabuhan," ujar Arif.

Menurut dia, pelabuhan memiliki peran dalam upaya mengefisiensikan biaya logistik nasional dalam aspek transportasi kapal dan inventory carrying cost.

Arif menuturkan, dari 23 persen biaya logistik di Indonesia, kontribusi sektor perlabuhan sebesar 8,9 persen dari inventori, 8,5 persen dari darat, 2,8 persen dari laut, 2,7 persen dari admin, dan 0,8 persen dari kontribusi lain.

Sementara Direktur Utama Subholding Pelindo Peti Kemas M Adji mengutarakan, Pelindo pasca merger telah melakukan sejumlah langkah untuk memangkas port stay.

"Jadi terminal yang dulu milik Pelindo I, II, III, IV yang masih di kami untuk tahun ini ada 15 terminal. Untuk tahun ini yang sudah dilakukan transformasi ada sembilan terminal," jelas Adji.

Untuk memangkas port stay, Pelindo membenahi terlebih dahulu bisnis proses. Selanjutnya, kata Adji, Pelindo melakukan sistemisasi agar proses di pelabuhan lebih efisien.

Salah satu keuntungan setelah merger yakni dengan memudahkannya akselerasi. "Nah kalau di sebelumnya itu, misal di Pelindo IV ada kekurangan peralatan, sementara di Pelindo II ada beberapa alat yang sudha tidak dipakai namun masih bagus, sekarang sudah merger butuh alat itu bisa digunakan," tuturnya.

 

 

 

Punya Dana Jumbo, Pelindo Tunda Rencana IPO

Ilustrasi IPO 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi IPO 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo menunda langkah pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) subholding keempat anak usahanya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelumnya, perseroan sempat berencana untuk menembus pasar modal pasca melakukan merger.

Direktur Utama Pelabuhan Indonesia Arif Suhartono percaya diri, pihaknya kini sudah punya dana jumbo setelah empat BUMN pelabuhan bergabung jadi satu. Sehingga dirinya belum terpikir untuk melakukan IPO.

"Rencana IPO tahun 2019-2020 itu sebelum merger. Tentunya setelah merger banyak perubahan. Rencana besar itu membutuhkan dana yang besar, maka salah satu opsi untuk memperoleh dana adalah IPO," ujar Arif di Museum Maritim, Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Pasca merger, Ia menilai Pelindo secara keuangan relatif sudah mencukupi. Itu bersumber dari aset Pelindo I-IV yang digabungkan dalam Holding BUMN Pelabuhan.

"Karena ini adalah cara mengumpulkan dana. Alhamdulillah kita mempunyai dana besar, dan saat ini kami masih belum mengarah ke sana," imbuh Arif.

Adapun rencana awal IPO sebelumnya sempat digaungkan Pelindo II, yang hendak melepas saham untuk dua anak usahanya. Namun rencana itu gagal lantaran pandemi yang menyerang per 2020 lalu, dimana Arif menilai pasar modal yang sedang anjlok tidak efisien untuk menambah kecukupan modal.

Wacana IPO kembali mengemuka pada Mei 2021, saat Pelindo I-IV hendak melakukan merger. Arif mengungkapkan, masing-masing dari empat perusahaan yang berada di bawah koordinasi Pelindo punya rencana go publik, antara lain yang bergerak di sektor petikemas, non-petikemas, peralatan laut, dan logistik.

 

Grup Usaha Pelindo Catat Arus Peti Kemas Naik

INSA Apresiasi Kerja Cepat KSOP dan Pelindo III Tangani Kapal Tabrak Crane
Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas atau SPTP mencatat pergerakan peti kemas selama Januari hingga Maret 2022 di 27 terminal yang dikelola perseroan mencapai 2,67 juta teus.

"Jumlah tersebut naik sekitar 6,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 yang tercatat sebanyak 2,50 juta teus. Arus peti kemas tersebut terdiri dari 1,85 juta teus peti kemas domestik dan 822 ribu peti kemas internasional," ujar Corporate Secretary SPTP, Widyaswendra, Selasa (12/4/2022).

Widyaswendra mengatakan, arus peti tersebut merupakan konsolidasi dari 15 terminal peti kemas dan 7 anak perusahaan di bawah pengelolaan perseroan. Lima belas terminal peti kemas tersebut adalah TPK Belawan, TPK Perawang, TPK Semarang, TPK Nilam (Surabaya), TPK Banjarmasin.

Selanjutnya TPK Tarakan, TPK Pantoloan, TPK Bitung, TPK Kendari, Makassar New Port, TPK Makassar, TPK Kupang, TPK Ambon, TPK Sorong, dan TPK Jayapura. 

"Sementara tujuh anak perusahaan yakni PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, PT IPC Terminal Peti Kemas, PT Terminal Teluk Lamong, PT Kaltim Kariangau Terminal, PT Prima Terminal Petikemas dan PT Prima Multi Terminal," ucapnya.

"Arus peti kemas domestik maupun peti kemas internasional pada triwulan pertama tahun 2022 sama-sama mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021, untuk peti kemas domestik mengalami kenaikan empat persen sementara untuk peti kemas internasional mencapai 13 persen," kata Widyaswendra.

Lebih lanjut perseroan menargetkan arus peti kemas pada tahun 2022 sebanyak 11.641.285 TEUs. Pihaknya optimis target dapat tercapai seiring sejumlah pembenahan yang dilakukan di terminal peti kemas.

Pembenahan dimaksud meliputi standardisasi dan digitalisasi bisnis proses, peningkatan kompetensi bagi pekerja dan juga TKBM, serta peningkatan kehandalan peralatan penunjang kegiatan terminal.

"Standardisasi yang kami lakukan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas yang berdampak pada percepatan waktu singgah kapal di terminal (port stay) sehingga kapal dapat segera berlayar dan diharapkan dapat memangkas biaya logistik," ujarWidyaswendra.

Potensi pengembangan Pelabuhan Indonesia
Pelindo akan menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia (dok: Pelabuhan Indonesia)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya