Bangun Ekspor Berkelanjutan, LPEI Kolaborasi dengan Kemenperin Lewat Program Desa Devisa

Purbalingga memang sudah banyak menghasilkan produk-produk ekspor yang terkenal di dunia, salah satunya untuk rambut palsu dan bulu mata palsu.

oleh Tira Santia diperbarui 30 Mei 2022, 10:45 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2022, 10:45 WIB
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menandatangani kerja sama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lewat Program Desa Devisa.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menandatangani kerja sama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lewat Program Desa Devisa.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melakukan penandatanganan kerjasama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), melalui Program Desa Devisa untuk membangun ekosistem ekspor yang tangguh dan berkelanjutan.

Kolaborasi ini dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku industri kecil dan menengah berorientasi ekspor dalam menghadapi pasar global. Sekaligus meresmikan Desa Devisa Klaster Gula Semut di Kabupaten Purbalingga- Jawa Tengah, Senin (30/5/2022).

Penandatanganan dilakukan Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Rijani Tirtoso, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Reni Yanita, yang disaksikan langsung Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Mohammad Rudy Salahuddin, serta dihadiri Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi.

Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Rijani Tirtoso, mengucapkan selamat atas Purbalingga terpilih menjadi Desa Devisa yang akan dikembangkan bersama-sama, dari kementerian perindustrian juga dari LPEI yang didukung oleh kemenko Perekonomian serta dari kementerian keuangan.

“Jadi, ini luar biasa ibu Bupati bukan hanya satu Kementrian tetapi juga ada kementerian-kementerian yang lainnya yang juga menjadikan kabupaten Purbalingga menjadi salah satu Desa Devisa yang kita kembangkan,” kata Rijani.

Purbalingga memang sudah banyak menghasilkan produk-produk ekspor yang terkenal di dunia, salah satunya untuk rambut palsu dan bulu mata palsu. Dia pun berharap, kedepannya dengan adanya program desa devisa ini bisa mengantarkan gula semut menjadi produk selanjutnya yang mendunia.

“Sebagai wujud konkret yang ingin menjadi Desa devisa tentunya ini menjadi tonggak pertama yang penting. Namun kita perlu pastikan sustainability nya, kita jaga dalam konteks produksi, dalam kontekstualitas dan keberlangsungannya sehingga betul-betul kita mempunyai nama yang baik di dunia,” ujarnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sudah Pelatihan

Buruh atau pekerja perempuan di sebuah pabrik di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)
Buruh atau pekerja perempuan di sebuah pabrik di Purbalingga, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Kominfo PBG/Muhamad Ridlo)

Lebih lanjut, Rijani mengungkapkan, dari kementerian perindustrian sendiri sudah melakukan pembinaan langsung melakukan pelatihan, termasuk sertifikasi yang dianggap perlu untuk ditingkatkan lagi dengan cara melakukan kolaborasi lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

“Mengapa demikian, karena kami lembaga pembiayaan ekspor Indonesia yang didirikan berdasarkan undang-undang Nomor 2 Tahun 2009, itu mandatnya ada empat. Salah satunya adalah mengembangkan potensi eksportir kita, seperti yang kita lakukan hari ini dengan melalui berbagai macam program termasuk pembentukan Desa devisa, supaya betul-betul dampaknya besar dan sustainable,” jelasnya.

Namun demikian, LPEI ini juga mempunyai tiga mandat lainnya yaitu memberikan pembiayaan, penjaminan, dan asuransi. Nantinya, para peserta dari desa devisa ini setelah mendapatkan bimbingan dari LPEI, nantinya akan melakukan seleksi siapa saja yang akan mendapatkan program untuk pembiayaan, penjaminan maupun asuransi.

LPEI memang memfasilitasi memberi asuransi untuk mengcover atau memproteksi, apabila petani atau eksportir kita ini terjadi gagal bayar dari importirnya. LPEI akan pastikan bahwa importirnya baik, sekaligus memberikan proteksi.

“Begitu juga dengan penjaminan penjaminan tidak dihitung risikonya apabila suatu bank ingin memberikan pembiayaan kepada eksportir kita, karena ada jaminan dari LPEI. Jadi bukan hanya LPEI memberikan fasilitas pembiayaan tetap, juga melalui partner-partner khususnya perbankan Kita juga bisa menambah kapasitas dari perbankan untuk memberikan pembiayaan,” ujarnya.

 

1.800 Petani

Untuk Program desa devisa gula semut di Kabupaten Purbalingga sendiri terpilih 12 Desa devisa, yang terdiri dari 1.800 petani, yang akan dimonitor Kementerian Perindustrian dan LPEI, serta dibina oleh kementerian keuangan dan kementerian koordinasi bidang perekonomian.

Sehingga aspirasi baik dari sisi para pelakunya maupun dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat semuanya bisa tercapai, di mana produk gula semut ini akan di branding menjadi produk lokal yang mendunia dan menjadi kebanggaan Indonesia, supaya bisa menyusul produk buat bulu mata palsu dan juga rambut palsu.

“Kami juga pada kesempatan ini memberikan bantuan berupa dapur dan kotak penyimpanan gula semut sehingga keberlangsungan produksi dengan kualitas yang baik dapat kita terus jaga,” pungkasnya.

 

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya