Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) telah merilis Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. Langkah ini untuk mendukung mendukung pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD) yang terus dibangun di DKI Jakarta.
Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang, Abdul Kamarzuki menjelaskan, selain Peraturan Menteri yang telah ditetapkan, Kementerian ATR/BPN juga mendukung kebijakan pengembangan kawasan TOD melalui fasilitasi penetapan revisi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
"Revisi ini telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur tentang RDTR DKI Jakarta sebagai dasar perizinan untuk membangun kawasan TOD,” ujar Abdul Kamarzuki dalam TOD Fair MRT Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (10/7/2022).
Advertisement
Prinsip utama pengembangan kawasan TOD adalah pengembangan kawasan yang menitikberatkan integrasi antara jaringan angkutan umum massal dengan jaringan moda transportasi tidak bermotor, serta pengurangan penggunaan kendaraan bermotor yang disertai pengembangan kawasan campuran dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang hingga tinggi.
“Besar harapan saya agar diskusi seperti ini dapat semakin menyebar luas. Sehingga, akan semakin banyak daerah yang memiliki pemahaman dan kemudahan dalam merencanakan dan mewujudkan kawasan TOD, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dengan meningkatnya kualitas ruang kota,” tutur dia.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Integrasi Jadi Kunci
Dalam mendukung tujuan penataan ruang DKI Jakarta menjadi kota yang berorientasi transit, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjelaskan bahwa Jakarta dalam perkembangannya, bertransformasi menjadi kota global dengan transportasi publik yang terus berkembang dari tahun ke tahun.
Kunci dalam mengembangkan transportasi di Jakarta adalah integrasi. Dengan adanya integrasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan di Jakarta.
“Transportasi di Jakarta harus saling terintegrasi. Selain modanya yang terintegrasi, stasiun transportasi umum juga harus terintegrasi dengan fasilitas-fasilitas umum,” jelas Anies Baswedan.
Ia juga menambahkan, DKI Jakarta telah bertransformasi dari car oriented development menjadi transport oriented development. Dulu yang menjadi prioritas pertama adalah kendaraan pribadi.
Saat ini yang menjadi prioritas adalah jalur pedestrian, jalur sepeda, serta jalur transportasi umum dan kendaraan ramah lingkungan. Menurutnya, untuk mendukung prioritas pembangunan Jakarta, dibutuhkan fasilitas yang menghubungkan antara pejalan kaki dengan transportasi umum.
Maka, dicanangkanlah pembangunan terowongan pejalan kaki bawah tanah pertama di Indonesia yang menghubungkan jalur bawah tanah pejalan kaki dari gedung Nine di UOB di Thamrin sampai Stasiun Dukuh Atas BNI.
Advertisement
Lebih Cepat, Nyaman dan Ekonomis
Direktur Utama PT Wisma Kartika Alvin Gozali menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk membuat interkoneksi bawah tanah yang akan menghubungkan antara moda transportasi dengan fasilitas umum lainnya.
“Merupakan suatu kehormatan bagi PT Wisma Kartika yang berkolaborasi dengan UOB turut serta dalam pembentukan metropolitan Jakarta, menjadi kota modern dan maju yang mempunyai sistem transportasi publik seamless, sehingga membuat pergerakan manusia di DKI Jakarta menjadi lebih cepat, nyaman, dan ekonomis,” ungkap Alvin.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar menyampaikan, forum yang diselenggarakan kali ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan serta kolaborasi dari semua pihak dalam pembangunan TOD di Jakarta.
“Ini merupakan forum yang menyatukan antar stakeholders dalam pembangunan TOD MRT Jakarta. Nantinya akan dicanangkan pembangunan terowongan underground interkoneksi pertama di Jakarta dan di Indonesia,” jelas William.