Liputan6.com, Jakarta Pengalaman selama 10 tahun sebagai karyawan jadi bekal Martin Surya untuk merintis usaha sendiri. Kesalahan yang pernah diperbuatnya jadi pelajaran berharga dalam membangun bisnis bengkel cat pelek hingga akhirnya sekarang bisa dikenal masyarakat.
Sebelum membuka bengkel, kepada Tim Berani Berubah, Martin hanyalah seorang pegawai yang bekerja di perusahaan otomotif daerah Tambun. Saat itu dia bekerja di bagian painting.
Baca Juga
“Saya dulunya adalah seorang karyawan yang bekerja di bagian painting di perusahaan otomotif, yang ada di Tambun, dan memiliki pengalaman painting sekitar 10 tahun, sebelum saya membuka bengkel ini,” tuturnya kepada tim Berani Berubah.
Advertisement
Selama jadi karyawan, Martin tentu tak luput dari kesalahan. Bahkan dirinya sampai dikenakan SP karena kesalahan yang telah diperbuatnya itu.
Namun, hal tersebut tidak membuatnya berputus asa. Martin justru bangkit memperbaiki dan membuka bengkel sebagai usaha pribadinya.
“Dengan pengalaman yang saya dapat selama 10 tahun di perusahaan itu, membuat saya berani untuk mencoba membuka usaha saya sendiri di bidang yang memang sebelumnya telah saya jalani. Walaupun di tempat kerja dulu, saya sering dapat SP. SP itu kan bukti dari sebuah kesalahan. Saya mikir bahwa misalnya orang yang dulunya punya salah, bukan berarti tidak bisa maju. Dan saya terus belajar dari kesalahan kesalahan saya sebelumnya, untuk bisa lebih baik di usaha yang saya jalani saat ini,” dia bercerita.
Patahkan Keraguan
Martin bercerita, meskipun awalnya tidak mendapat dukungan karena lebih baik bekerja di sebuah perusahaan. Mengingat penghasilannya di perusahaan otomotif itu cukup baik. Akan tetapi, dia terus bertekad kuat untuk membuka usaha.
“Karena gaji di perusahaan saya sebelumnya, ya namanya perusahaan otomotif ya cukup baik. Tapi saya pikir-pikir, lebih baik punya usaha sendiri aja lah,” katanya.
Alhasil dia pun mengajak rekannya untuk memulai bisnis ini.
Martin mengatakan, “Awal mulanya dulu saya main ke rumah teman. Ternyata teman saya ini bekas kerja di pabrik pelek. Dia bercerita tentang proses pengecatan pelek di tempat kerja dia. Terus saya bilang, ‘Yuk kita bikin aja yuk sendiri’.”
Dengan modal seadanya, ukuran bengkel yang hanya 2 kali 3 meter, alat kompresor satu, semprotan satu, dan kunci yang masih pinjam sama bengkel sebelah, Martin memberanikan diri membuka bengkel cat peleknya.
“Karena belum lengkap. Tapi kita jalanin itu, walaupun tiga tahun pertama rasanya itu seperti sesuatu hal yang sulit diterima masyarakat ataupun konsumen. Tapi sekarang begitu berbeda keadaannya,” katanya.
Advertisement
Ramai Karena Promosi Media Sosial
Namun sayangnya, bisnis Martin pun terkena dampak dari pandemi Covid-19 kemarin. Di masa pandemi, bisnisnya sempat mengalami kesulitan.
Dia pun harus memutar otak memikirkan cara agar bengkelnya ramai kembali. Akhirnya terbesit ide di pikirannya untuk memanfaatkan media sosial TikTok sebagai tempat untuk promosi.
“Nah, di masa pandemi itu saya juga berpikir gimana ya caranya. Ternyata saya iseng-iseng coba main Tiktok. Main Tiktok, saya live di Tiktok, saya coba posting-posting, eh ternyata jadi banyak yang tahu dari Tiktok itu gitu. Jadi banyak yang tau, orang jadi datang ke bengkel,” tuturnya.
Sejak saat itulah, bengkelnya ramai kembali. Bahkan ia pun berani mengajak rekannya yang tekena PHK atau pengurangan kerja untuk bergabung bekerja di bengkelnya.
“Di masa-masa pandemi kan, nyari orang satu dua biji susah. Tapi puji Tuhan, ada tuh lumayan satu dua ramai lah. Sampai akhirnya saya rekrut teman-teman yang ada di rumah, yang lagi kena PHK juga, atau kena pengurangan karena masa pandemi di saat-saat itu, untuk membantu pekerjaan saya yang ada di bengkel,” ungkap Martin.
Seperti ungkap salah satu pekerjanya bernama Jay, dia merasa terbantu sejak bekerja di bengkel cat pelek milik Martin.
“Sebelumnya bekerja di Tambun selama 15 tahun, tapi terkena dampak PHK rasionalisasi atau PHK massal di tahun 2018. Sempat menganggur setahun, dan bergabung di bengkel cat pelek. Merasa terbantu banget bekerja di bengkel cat pelek ini, dari ekonomi saya yang pas-pasan sekarang jadi Alhamdulillah cukup,” katanya.
Harga yang Ditawarkan
Untuk harga yang ditawarkan, Martin mematok harga mulai Rp 250-350 ribu per unit atau per pasang pelek. Dia mengungkapkan, ketika pandemi kemarin bengkelnya mampu mengecat hingga 500-800 unit motor setiap bulannya.
Terkait harga tersebut, menurut salah satu pelanggan bernama Indra, itu cukup pas karena kualitasnya pun bagus.
Indra mengatakan, “Harganya worth it ya untuk pelek pada kalangan sekarang, karena kualitasnya bagus. Dari warna juga keluar, warnanya juga sangat cerah. Kalau di bengkel lain pengerjaannya lama ya. Bisa berhari-hari, kalau di sini bisa ditunggu.”
Sebagai penutup, Martin mengajak seluruh masyarakat untuk tidak takut menjadi seorang pengusaha.
“Buat teman-teman jangan takut untuk memulai, untuk menjadi seorang pengusaha. Walaupun kita sebelumnya memiliki banyak sekali kesalahan atau kegagalan di sebelumnya. Tetap semangat, jangan sia-siakan hari ini dan jangan sia-siakan kesempatan yang ada. Terus maju dan Berani Berubah!” pungkasnya.
Kisah ini pasti menjadi inspirasi. Karena itu, mari ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com.
Advertisement