Liputan6.com, Jakarta - Kementerian pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Perumahan memulai pembangunan tahap II hunian bagi warga Cianjur yang tercampak gempa. Kali ini Kementerian PUPR akan membangun 151 unit hunian tetap (huntap) pasca bencana gempa bumi untuk masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pembangunan huntap dilaksanakan dengan menggunakan teknologi rumah tahan gempa dengan rumah isntan sederhana sehat (Risha) di Desa Cipeujeuh, Desa Murnisari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur di atas lahan 1,9 ha.
"Saat ini proses pembangunan hunian tetap tahap II untuk masyarakat Cianjur yang terdampak bencana alam gempa bumi sedang berlangsung. Kami targetkan sebanyak 151 unit Huntap dengan teknologi rumah tahan gempa Risha akan bisa dibangun di atas lahan 1,9 ha yang sudah disiapkan oleh pemerintah daerah setempat," ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto, Selasa (17/1/2023).
Advertisement
Iwan menerangkan, pembangunan huntap tersebut akan terus dikebut agar bisa digunakan untuk relokasi masyarakat yang rumahnya rusak dan berada di jalur sesar aktif Cugenang.
Pihaknya juga menunjuk Kontraktor Pelaksana PT Brantas Abipraya (Persero) dan Manajemen Konsultan PT Indah Karya (Persero) untuk melaksanakan pembangunan Huntap tersebut.
"Lokasi pembangunan huntap ini sangat strategis karena berada di lingkungan Kantor Kecamatan Mande dan dipinggir jalan provinsi. Kami juga akan melengkapi Huntap ini dengan prasarana, sarana dan utilitas yang memadai sehingga masyarakat bisa neyaman menempati hunian yang baru," paparnya.
Saat ini, sudah ada 6 unit Rusha yang telah selesai dibangun, 54 unit terinstal, 50 unit tertutup atap dan 82 tertangani dan sudah siap proses pembangunannya.
Kondisi lokasi pembangunan Rusha tersebut sebanyak 40 persen merupakan lahan datar, dan 60 persen lahan berkontur. Rencananya, Kementerian PUPR juga akan melengkapi bangunan tersebut dengan sumur bor dan jaringan listrik.
"Kami berharap proses pembangunan RISHA ini bisa segera selesai dan masyarakat yang terdampak bencana gempa bumi bisa segera direlokasi," pungkas Iwan.
Ada Rumah Tahan Gempa di Cianjur, Berapa Harganya?
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merelokasi hunian warga terdampak gempa Cianjur ke rumah tahan gempa, yakni rumah instan sederhana sehat (Risha) senilai Rp 150 juta per unit.
Nominal tersebut merupakan harga komponen Risha sudah termasuk biaya lahan, sanitasi, jaringan listrik dan saluran air bersih, serta prasarana, sarana dan utilitas di dalam perumahan.
"Harga per unit Risha yang kami bangun di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur senilai Rp 150 juta. Harga tersebut termasuk kelengkapan listrik, sanitasi, saluran air PDAM, dan PSU-nya," terang Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto dalam keterangan tertulis, Senin (12/12/2022).
Iwan menyebut, Kementerian PUPR berencana membangun 200 unit rumah tahan gempa dengan teknologi Risha untuk relokasi warga terdampak bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur beberapa waktu lalu.
Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR menunjuk PT Brantas Abipraya (Persero) menjadi pelaksana pembangunan, dan PT Indah Karya sebagai manajemen konstruksi.
"Selama 10 hari pembangunan kami sudah membangun 21 unit Risha. Kami targetkan untuk tahap pertama 80 unit selesai bulan Desember, dan tahap kedua 120 unit bulan Januari 2023," jelasnya
Risha merupakan salah satu teknologi rumah tahan gempa dengan struktur pracetak beton bertulang. Teknologi Risha dikembangkan oleh Puslitbang Perkim Kementerian PUPR sejak 2004.
Advertisement
3 Komponen Penting
Rumah ini memiliki tiga komponen penting, pertama yakni komponen utama (P1) berukuran 120 cm x 30 cm x 10 cm. Komponen utama ini berfungsi sebagai penopang struktur bangunan dan dibangun dengan sistem knock down dan dibaut.
Komponen kedua (P2) memiliki ukuran 120 cm x 20 cm dan 10 cm. Bagian komponen ini menjadi pemangku kolom struktur. Komponen ketiga (P3) memiliki ukuran 30 cm x 30 cm dan 10 cm dan menjadi pengikat komponen lainnya.
Bangunan Risha ini memiliki struktur tahan gempa dari beton bertulang. Adanya sistem sambungan tersebut membuat Risha memiliki perilaku seperti bangunan kayu.
Jadi, apabila terjadi gempa, bangunan ini tidak patah namun masih bisa bergoyang dan terjadi kerusakan parah. Diperkirakan Risha bisa menahan kerusakan gempa, sehingga bisa memberikan waktu bagi penghuni rumah keluar apabila terjadi keruntuhan.
"Komponen RISHA ini sudah sesuai SNI dan banyak dikembangkan oleh UMKM di seluruh Indonesia. Teknologi RISHA juga bisa digunakan untuk bangunan bertingkat dua lantai," pungkas Iwan.