Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha jalan tol Jusuf Hamka menceritakan alasan mengapa menjual nasi kuning “hanya” Rp 3.000. Ia menuturkan, bukan bisnis saja yang tidak boleh monopoli tetapi juga sedekah dan pahala.
Jusuf Hamka menjalankan usaha nasi kuning Rp 3.000 yang dibuka sejak 2018. Ia menuturkan, kalau orang bertanya kenapa berdagang nasi kuning dengan jual Rp 3.000, dan tidak diberi gratis saja.
“Saya beli nasi kuning Rp 10.000, saya jual Rp 3.000 secara matematika orang bilang rugi, saya bilang untung,” tutur dia seperti dikutip dari akun Youtube Be a Billionaire ID, ditulis Sabtu (17/6/2023).
Advertisement
Jusuf Hamka menceritakan kenapa tidak memberikan nasi kuning tersebut gratis dan memilih hanya jual Rp 3.000, lantaran tidak ingin memonopoli sedekah dan pahala.
“Kalau saya kasih gratis, saya memonopoli sedekah itu dan monopoli pahala itu. Tapi kalau saya jual Rp 3.000, saudara-saudara yang biasa makan Rp 10 ribu, dia bisa makan Rp 3 ribu, bisa sedekah orang lain yang di bawah dia Rp 3.000. Save Rp 4.000, jadi bukan bisnis saja yang tidak boleh dimonopoli, sedekah juga tidak boleh dimonopoli, pahala juga tidak boleh dimonopoli,” tutur Jusuf Hakma.
Jusuf Hamka membuka usaha nasi kuning pada 6 Februari 2018. Ia memberikan modal Rp 100 juta untuk usaha nasi kuning. Saat ini sudah ada 12 outlet. Jusuf Hamka menuturkan, outlet nasi kuning tersebut ada di Semarang, di depan markas tentara Kesatrian, di Bandung, Jawa Barat di depan markas Yonzipur dan Jalan Banten.
“Terus kita (outlet-red) ada di Cimanggis, Karawag, Jakarta cukup banyak, di kantor Sunter, di Masjid Baba Alun Warakas Papango,” ujar dia.
Libatkan Warung Setempat
Jusuf Hamka mengatakan, program nasi kuning ini juga dijalankan dengan memberdayakan pedagang atau warung sekitar dan tidak melalui katering. “Program nasi kuning kita harus beli di warung setempat, saya bilang tidak boleh masak sendiri, catering sendiri. Selama masih ada warung setempat, kita harus beli dari warung setempat,” ujar dia.
Ia mencontohkan, jika ada lima warung dengan demikian bergantian untuk membeli dari warung tersebut. Misalkan pada Senin, warung pertama, kemudian Selasa dari warung kedua. “Saya bilang kita mau sedekah, mereka mau cari nafkah warung kecil sempat. Kita mau mencari pahala cari barokah, mereka mau cari uang buat anak sekolah, kalau mereka jual 10 ribu, kita disampingnya jual Rp 3 ribu yang dapat bukan barokah tapi sumpah serapah karena tak bisa bersaing dengan kita,” ujar dia.
Jusuf memberdayakan warung setempat untuk membantu dan memberdayakan warung milik masyarakat sehingga seluruh pihak mendapatkan berkah.
“Jadi saya bilang kita membantu kaum dhuafa kita harus berdayakan warung setempat bukan kita matikan supaya berkahnya kebanjiran semua. Kaum dhuafa kebagian, warung UMKM kebagian, supaya semua barokah everybody happy kita pun juga happy. Ini khusus buat kaum dhuafa dan fakir miskin,” kata Jusuf Hamka.
Advertisement
Bentuk Rasa Syukur kepada Tuhan
Jusuf Hamka menuturkan, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih. Ia pun rela subsidi setiap bukan untuk sombong tetapi sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan.
“Saya rela subsidi setiap hari bukan mau riya, atau so soan tapi saya berterima kasih kepada Allah atas rezeki yang diberikan kepada saya dari pedagang asongan, anak jalanan, saya jadi hari ini pasti ada rahasia Alla yang dititipkan dan rezeki orang banyak dititipkan ke say aini bukan saya punya,” ujar dia.
Jusuf Hamka menuturkan, warung nashi tersebut dibuka pada 6 Februari 2018 dengan modal Rp 100 juta. Warung tersebut sudah berjalan dan malah mendapatkan surplus.
"Duitnya malah surplus, sedekah saya mau lebihkan pun. Rencananya 1.000 porsi per hari subsidi kalau Rp 10 ribu saya jual Rp 3 ribu, subsidi Rp 7 juta per hari untuk 250 hari kerja, saya siapkan Rp 1 miliar, 750 juta untuk subsidi tetapi uang itu tidak pernah terpakai, dan ini yang dikatakan waktu itu oleh guru saya dan ayah angkat saya Buya Hamka, Fatabiqul Akhirat, kalau mau berbuat kebaikan di jalan pasti Allah carikan dutinya,” kata dia.
Jusuf Hamka mengatakan, kalau ia ingin mencari uang sendiri tetapi Tuhan membukakan jalan. Ia pun mengingatkan untuk tidak sombong. “Karena Allah mau fun kun fayakun, bisa jadi apa saja. Jangan sombong itu penting, bukan hanya jangan sombong, tetapi harus selalu merasa iba atas kekurangan dan kebutuhan orang lain yang belum tercukupi. Itu rezekinya bagaikan tsunami, ini saya sudah alami sendiri,” ujar dia.