Indonesia Disarankan Bikin Riset Siasati Dampak Iklim Seperti El Nino

RNI menyoroti kesenjangan teknologi yang masih dihadapi sektor pertanian dan peternakan di Indonesia, di mana hambatan dari kondisi iklim merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk ditopang dengan teknologi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Nov 2023, 20:34 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2023, 20:34 WIB
Kemarau Panjang Akibat El Nino
Sementara itu, Indonesia bersiap menghadapi dampak fenomena El Nino yang mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dari biasanya. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta BUMN di sektor pangan menyoroti fenomena musim kekeringan ekstrim El Nino yang berdampak pada produksi pangan di dalam negeri.

VP Perencanaan Strategis dan Transformasi PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, Dipta Erlangga mengungkapkan bahwa, di tahun 2023, Indonesia telah menghadapi suhu terpanas.

“Sempat ada survei bahwa Jakarta dinobatkan menjadi salah satu kota dengan rentang hari terpanas terpanjang nomor 2 di dunia setelah Houston,” ungkap Dipta dalam BUMN Holding Outlooks 2024 yang disiarkan Unpad pada Selasa (14/11/2023).

“Ini bisa dibilang cobaan untuk kita semua dan memang jujur kalau untuk agrikultur iklim sangat berpengaruh,” katanya.

Dipta pun menyoroti kesenjangan teknologi yang masih dihadapi sektor pertanian dan peternakan di Indonesia, di mana hambatan dari kondisi iklim merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk ditopang dengan teknologi.

“Sulit untuk suatu lahan pertanian enggak boleh terlalu panas. Kalau di luar negeri untuk untuk menanggulangi (panasnya) iklim biasanya program agri-industri itu disiapkan benih yang sesuai dan lebih tahan panas,” paparnya.

Sedangkan di sektor peternakan ada hewan yang disesuaikan misalnya ayam yang tidak memiliki bulu sehingga mereka bisa tumbuh lebih optimal, begitu juga ikan yang diatur gennya sehingga tidak memiliki gen panas dan bisa terus berkembang dan lebih besar lagi.

“(Teknologi) seperti itu memang belum ada di sini,” jelasnya.

“Alangkah baiknya jika ada suatu riset yang bisa membantu menanggulangi dampak iklim yang masif,” tambah Dipta.

Dipta lebih lanjut mengungkapkan, saat musim kemarau yang panjang kemarin, ada dua bisnis RNI yang saling bertabrakan.

Salah satunya beras yang sangat bergantung pada iklim basah. Jadi semakin basah biasanya akan semakin baik kondisi berasnya.

“Sementara di saat kemarau, tebu ketika akan panen memang harus sangat kering. Adapun untuk garam, semakin kering produksinya semakin banyak. Jadi (kemarau) bisa membantu satu sama lain,” imbuhnya.

Bantuan El Nino 8.000 Ton Beras Disebar, Ini Penerima dan Lokasinya

Tinjau Harga Beras di Pasar
Beras. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan pemerintah pusat mengalokasikan sebanyak 8.000 ton beras program bantuan El Nino bagi masyarakat kurang mampu di Kabupaten Garut Jawa Barat sehingga bisa membantu memenuhi kebutuhan pangannya.

"Kita ada pangan lagi, dari pemerintah pusat kita menerima delapan ribu ton 9 (beras) lagi," kata Rudy Gunawan dikutip dari Antara, Selasa (14/11/2023).

Ia menjelaskan bantuan beras sebanyak delapan ribu ton itu merupakan kedua kalinya yang dipasok pemerintah pusat untuk Kabupaten Garut.

Bantuan beras sebelumnya, kata dia, diberikan untuk masyarakat miskin saat musim kemarau pada September dan Oktober, selanjutnya akhir tahun akan mendapatkan lagi delapan ribu ton program bantuan El Nino.

"Yang kesatu delapan ribu ton, ada lagi sekarang delapan ribu ton kita dapat untuk El Nino," katanya.

Ia menyampaikan bahwa bantuan pangan beras itu sudah akan siap didistribusikan bulan ini oleh pemerintah pusat, kemudian nanti didistribusikan oleh Kantor Pos ke masyarakat penerima manfaat.

Terkait sasaran penerima bantuan beras itu, katanya, sama seperti jumlah penerima beras sebelumnya sebanyak 275.045 keluarga penerima manfaat (KPM) masing-masing sebanyak 10 kg.

"Sama jumlah penerima kalau yang kita," katanya.

Rudy Gunawan menambahkan, selain dari pemerintah pusat, Pemkab Garut juga menyiapkan bantuan beras gratis bagi masyarakat miskin untuk menutupi rumah tangga miskin yang tidak mendapatkan bantuan beras dari pemerintah pusat. "Ada 200 ton lagi untuk dibagikan kepada masyarakat," katanya.

Studi: Jakarta dan Tangerang Jadi Kota Kedua di Dunia Alami Hari Terpanas Beruntun

ilustrasi pemanasan global (AP/J David)
ilustrasi pemanasan global (AP/J David)

Sebuah studi baru dari organisasi Climate Central mendapati bahwa bersama Tangerang dan New Orleans di Amerika Serikat, Jakarta mencatat hari terpanas beruntun (heat streaks) selama 17 hari. Yakni sejak 7 hingga 24 Oktober 2023.

Berdasarkan studi terbaru Climate Central pada Kamis, 9 November 2023 yang dikutip Selasa (14/11/2023), juga didapati suhu global kembali mencatat rekor baru dalam 12 bulan terakhir, mulai dari November 2022 hingga Oktober 2023. Suhu global mengalami kenaikan lebih dari 1,3 derajat Celcius. Ini menandai terjadinya periode terpanas sepanjang sejarah dalam satu tahun.

"Rekor 12 bulan ini persis seperti yang kita harapkan dari iklim global yang dipicu oleh karbon polusi," kata Dr. Andrew Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central.

Di Indonesia, Climate Central menganalisis 14 kota.

"Hasilnya, 9 dari 14 kota tersebut mengalami hari terpanas beruntun (heat streaks). Jakarta dan Tangerang mengalami heat streaks selama 17 hari, menjadikan kedua kota ini -bersama New Orleans di Amerika Serikat (AS)- berada di urutan kedua dalam daftar kota-kota dunia dengan hari terpanas beruntun," demikian analisis Climate Central yang disampaikan dalam keterangan tertulisnya. 

Sementara itu, Houston (AS) menduduki peringkat teratas dengan 22 hari beruntun.

Di dalam pantauan kota tersebut, dalam setiap hari berturut-turut, Indeks Pergeseran Iklim atau Climate Shift Index (CSI) mencapai tingkat maksimum yaitu 5. Nilai itu menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan kemungkinan panas ekstrem setidaknya lima kali lipat lebih mungkin terjadi.

Selain catatan heat streaks, Jakarta –bersama 27 kota besar dunia lain– mencatat angka maksimal dalam perhitungan Indeks Pergeseran Iklim yakni 5 dari 5. Sebaliknya, Dhaka di Bangladesh mencatat Indeks Pergeseran Iklim paling rendah yakni sebesar 2,1 dari 5.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya