Liputan6.com, Bandung - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan adanya penyimpangan (anomali) iklim seperti El Nino dan La Ninaikl yang terjadi dengan periode tiga hingga lima tahunan sebagai bukti nyata iklim di Indonesia terlihat dinamis. Menurut Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Noersomadi, memasuki tahun 2025, Indonesia kini tengah dipengaruhi La Nina.
"Saat ini, awal 2025, iklim di Indonesia sedang dipengaruhi oleh kondisi La Nina. Intensitas curah hujan mungkin masih tinggi hingga Maret 2025," jelas Noersomadi kepada siswa SMP Islam Terpadu Anni’mah di Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun, Bandung, Kamis (20/2/2025).
Baca Juga
Noersomadi menyebutkan unsur utama iklim dan cuaca meliputi temperatur, kelembapan, tekanan udara, angin, curah hujan, dan radiasi matahari. Lebih lanjut dia menerangkan kepada pelajar bahwa cuaca adalah kondisi udara di atmosfer, sedangkan iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu.
Advertisement
"Dua musim yaitu musim kemarau (musim kering) dan musim hujan (musim basah) ada di wilayah Indonesia. Siklus antar musim (intra season), yaitu gangguan atmosfer dengan periode antara 30 hingga 90 hari. Siklus ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia," kata Noersomadi.
Dia mengatakan contoh siklus antar musim menurut Madden dan Paul Julian pada 1971-1972 mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai siklus 40-50 harian yang terekam pada stasiun pengamatan sepanjang Samudera Hindia, Kepulauan Maritim, hingga Samudera Pasifik yang kini dikenal dengan Madden Julian Oscillation (MJO). MJO merupakan fenomena perambatan sekumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudera Hindia melewati Indonesia menuju Samudera Pasifik (perambatan dari barat ke timur).
"Penelitian yang dilakukan di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer yaitu memanfaatkan hasil pengamatan satelit untuk pemantauan cuaca dan iklim, terutama distribusi kandungan uap air di atmosfer yang berkaitan dengan curah hujan," ungkapnya.
Noersomadi berharap para pelajar yang datang langsung ke Kantor BRIN Bandung dapat mengenal proses penelitian yang berdasarkan pada pengetahuan dan keterampilan IT, secara khusus di bidang sains atmosfer terkait pemanfaatan data satelit.
Kembangkan Sadewa dan Kamajaya
Dicuplik dari Kanal Regional, Liputan6.com, Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebutkan otoritasnya menggunakan aplikasi berbasis web, Sadewa dan Kamajaya, untuk memitigasi potensi siklon tropis di Indonesia. Erma menjelaskan siklon tropis merupakan sistem tekanan udara rendah yang terbentuk di daerah tropis dan hanya terjadi di lautan hangat.
"Kami memitigasi terjadinya siklon tropis di Indonesia dengan Sadewa dan Kamajaya, mengingat dampaknya dapat menyebabkan kehilangan nyawa dan kerusakan infrastruktur di daerah terdampak," ujar Erma saat menerima kunjungan pelajar SMK Wira Buana 2 di KST Samaun Samadikun, BRIN Bandung, pada pertengahan Februari 2025.
Erma menerangkan berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa yang terdiri atas aktivitas awan, angin, dan badai petir yang berputar.
Jika dipantau melalui situs zoom.earth, Erma menyebutkan bahwa siklon tropis yang terdeteksi pada pertengahan Februari 2025, diperkirakan akan mencapai Australia pada Jumat (14/2) pukul 19.00.
"Dengan kategori 4, yang ditentukan berdasarkan kecepatan angin, perlu diwaspadai dampak yang mungkin terjadi di Indonesia. Mata badai ini selain berputar juga bergerak, menciptakan jalur panjang dari squall line (gerombolan awan) yang dapat menjangkau wilayah Indonesia," kata Erma.
Tercatat, dari tahun 1851 hingga 2006, badai siklon tropis belum pernah terjadi di Indonesia. Secara umum, fenomena ini terbentuk di wilayah tropis pada lintang 15–20 derajat.
Namun, beberapa badai siklon telah terdeteksi di sekitar wilayah Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Indonesia pernah mengalami badai siklon pada 27 November 2001, yaitu Badai Siklon Vamei.
"Beberapa jurnal menyebutkan bahwa peristiwa ini hanya terjadi setiap 100–400 tahun sekali di Indonesia dan diyakini tidak akan terulang. Namun, kenyataannya Badai Siklon Ingrid terjadi pada 6 Maret 2005 di sekitar wilayah Indonesia," ungkap Erma.
Kemudian, lanjut Erma, Siklon Tropis Dahlia pada 26 November 2017 di selatan Yogyakarta merusak sejumlah tambak, Badai Siklon Lili terjadi di Laut Arafura pada 8 Mei 2019, dan yang terbaru Siklon Tropis Seroja pada 4 April 2021. Untuk memitigasi dampak siklon tropis, Erma menuturkan BRIN mengembangkan aplikasi berbasis web untuk memantau Sadewa dan Kamanjaya yang dapat diakses oleh masyarakat umum
"Melalui Sadewa, kami memantau pergerakan awan yang dapat memprediksi cuaca hingga tiga hari ke depan dengan pembaruan setiap jam. Sebelum Siklon Tropis Seroja terjadi pada 4 April 2021, kami telah mendeteksi dua bibit siklon yang tumbuh di Perairan Banda pada 28 Maret pukul 10.00. Sedangkan melalui Kamajaya, kami memprediksi potensi badai siklon hingga enam bulan sebelumnya, dan hal itu sudah terlihat sejak 1–10 April 2021," jelas Erma.
Erma berharap agar Aplikasi Sadewa dan Kamajaya ini dapat mendukung pemerintah daerah untuk mempersiapkan atau mewaspadai rangkaian siklon tropis. "Alat pantau atau prediksi udah ada dan kami sediakan, melalui presentasi ini kami mendesiminasikan untuk Masyarakat agar mengakses website tersebut dengan alat yang ada di BRIN agar lebih memahami dan mengantisipasi terjadinya musim kemarau atau hujan. Serta pemerintah daerah dapat membuat kebijakan yang melindungi Masyarakat dari bahaya siklon tropis," tukas Erma.
Advertisement
