Jangan Anggap Remeh Perlintasan Sebidang Liar Kereta Api, Ini Bahayanya

Masyarakat membuka perlintasan sebidang liar pertama kali dari kampung-kampung yang bermula untuk perlitasan individu, namun kemudian berlanjut ke sepeda, kemudian sepeda motor hingga mobil.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Jan 2024, 12:48 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2024, 12:48 WIB
Pintu Perlintas Sebidang di Jaktim
Sejumlah kendaraan berhenti di perlintasan kereta api Nomor 52 di Pisangan Lama, Jakarta, Kamis (11/4). Pintu perlintasan ini dan JPL 66 di Jalan Stasiun Cakung, Jaktim, akan ditutup permanen saat diberlakukannya Double Double Track (DDT) lintas Manggarai-Cikarang. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Perkeretaapian (MASKA) Indonesia menyoroti perlintasan sebidang kereta api liar yang berjumpah cukup besar di seluruh negeri.

Ketua Umum MASKA Hermanto Dwiatmoko menjelaskan, mengutip data PT Kereta Api Indonesia (KAI) menunjukkan terdapat 929 perlintasan sebidang liar di Indonesia.

“(Data dari tahun 2022) terdapat 1.648 perlintasan sebidang resmi yany dijaga, 1.617 resmi tidak dijaga, dan perlintasan sebidang liar mencapai 929,” papar Hermanto dalam webinar Tapak Tilas Tragedi Perkeretaapian di Indonesia, Kamis (25/1/2024).

“Totalnya (perlintasan sebidang) ada 4.194, mungkin yang liar bisa lebih banyak lagi, karena susah untuk di data,” bebernya.

Disebutkan Hermanto, masyarakat mungkin membuka perlintasan sebidang liar pertama kali dari kampung-kampung yang bermula untuk perlitasan individu, namun kemudian berlanjut ke sepeda, kemudian sepeda motor hingga mobil.

“Jadi biasanya seperti itu kalau dibiarkan (fatal),” ujarnya.

Hermanto mengingatkan, meski sebagian besar kecelakan di perlintasan sebidang KA terjadi pada kendaraan beroda empat, bukan berarti tidak akan membahayakan kereta api yang melintas.

Dia pun menyoroti penyebab utama kecelakaan di perlintasan sebidang yaitu masyarakat yang tidak disiplin menerobos pintu perlintasan yang sudah tertutup, atau mereka yang tidak berhati-hati sewaktu melintasi perlintasan sebidang yang tidak dijaga atau liar.

“Seperti kejadian di Medan tahun lalu, ketika sebuah angkot melintas ketika perlintasan sebidang sedang ditutup,” katanya.

Hermanto pun memberikan saran kepada Pemerintah untuk meningkatkan keselamatan perkeretaapian, salah satunya dengan penyempurnaan Regulasi (UU, PP, Permenhub).

“Saat undang-undang disahkan perekeretaapian belum memiliki teknologi canggih seperti sekarang, sehingga diperlukan revisi pada undang-undangnya,” jelasnya.

Kemudian ada juga saran untuk peningkatan kelaikan operasi prasarana dan sarana perkeretaapian, contohnya dengan terus melakukan perawatan, pemeriksaan, serta pengujian.

“Memang perlu biaya, tetapi untuk keselematan perlu dilakukan,” imbuh Hermanto.

Selain itu, diperlukan juga penyempurnaan Sistem dan Prosedur Operasi (SOP), penggunaan Teknologi Perkeretaapian (ATP, ATO dil), peningkatan kompetensi SDM Perkeretaapian (pelatihan, Bimtek), pembangunan perlintasan tidak sebidang (underpass/flyover), serta sosialisasi keselamatan kepada masyarakat dan petugas kereta api.


Kecelakaan Maut Perlintasan Sebidang Kereta Api Terus Berulang, Salah Siapa?

FOTO: KRL Tabrak Mobil di Perlintasan Sebidang Depok
Petugas mengevakuasi mobil Honda Mobilio yang tertabrak KRL Commuterline KA 1077 (Bogor-Jakarta Kota) di kawasan Rawageni, Ratu Jaya, Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (20/4/2022). Kecelakaan yang terjadi di perlintasan sebidang itu menyebabkan terganggunya perjalanan KRL. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, kecelakaan maut di perlintasan sebidang kereta api terus berulang. Terbaru, terjadi musibah kecelakaan antara mobil elf dengan KA 266 Probowangi relasi Ketapang - Surabaya Gubeng yang mengakibatkan 11 orang meninggal.

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menjelaskan bahwa Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 94 telah menyebutkan pemerintah atau pemda seharusnya menutup perlintasan sebidang yang tak berizin.

"Jika jalan nasional, wewenangnya ada di pemerintah pusat. Begitupun jalan provinsi dan kabupaten,"jelas dia dalam keterangan tertulis, Minggu (10/12/2023).

Pemerintah pusat dan daerah idealnya menutup perlintasan sebidang yang rawan kecelakaan. Namun, pemerintah juga bisa menyediakan jalan layang atau underpass agar pengendara tidak melintasi jalur itu lagi.

Di sisi lain, pengguna jalan juga harus waspada. UU No 23/2007 tentang Perkeretaapian dan UU No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mewajibkan pengendara berhenti ketika sinyal kereta sudah berbunyi dan palang pintu kereta api tertutup. 

"Akhir-akhir ini banyak kejadian kecelakaan di perlintasan sebidang pada malam hari. Dan lokasi berada di perdesaan," kata Djoko.

Pelintasan sebidang banyak bermunculan seiring meluasnya kawasan permukiman ke desa-desa. Dan kehidupan sudah 24 jam, tidak bisa lagi pintu perlintasan dijaga hanya pada jam tertentu saja. Kalau malam tidak dijaga, sehingga pelintas kurang mengetahui, karena tidak mau memperhatikan keberadaan rambu dan marka.

"Sebaiknya perlintasan yang dijaga 24 jam, jika tidak ada penjaga sebaiknya jalur perlintasan sebidang itu ditutup dengan memasang palang penutup," terang dia. 


Jumlah Perlintasan Sebidang

FOTO: KRL Tabrak Mobil di Perlintasan Sebidang Depok
Warga mengambil gambar mobil Honda Mobilio yang tertabrak KRL Commuterline KA 1077 (Bogor-Jakarta Kota) di kawasan Rawageni, Ratu Jaya, Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (20/4/2022). Kecelakaan di perlintasan sebidang itu menyebabkan terganggunya perjalanan KRL. (merdeka.com/Arie Basuki)

Berdasarkan data PT KAI (2023), data perlintasan sebidang berjumlah 3.693 lokasi yang terdiri dari perlintasan dijaga 1.598 lokasi (dijaga jalan jembatan 466 lokasi, dijaga operasi 490 lokasi, dijaga Dishub 291 lokasi, dijaga oleh masyarakat 351 lokasi. Sementara perlintasan tidak dijaga sebanyak 2.095 lokasi, terdiri dari resmi tidak dijaga 1.132 lokasi dan liar 963 lokasi.

Mengutip data dari PT KAI, menyebutkan selama rentang tahun 2018 hingga 19 November 2023 ada 1.934 kejadian kecelakaan di perlintasan sebidang. Sebanyak 1.667 kejadian (86,2 persen) diantaranya terjadi di perlintasan sebidang yang tidak dijaga. Sisanya, 267 kejadian (13,8 persen) di perlintasan sebidang yang terjaga.

Sementara korban jiwa selama kurun waktu tahun 2018 hingga 19 November 2023, jumlah korban sebanyak 1.409 jiwa. Jumlah korban meninggal dunia 502 jiwa (35,6 persen). Jumlah korban dengan luka berat 458 jiwa (32,5 persen) dan jumlah korban luka ringan 449 jiwa (31,9 persen).

Dalam rentang waktu itu, jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan sebanyak 1.934 kendaraan. Kendaraan roda 2/3 (motor) sebanyak 1.148 kendaraan (59,3 persen) dan kendaraan roda 4/lebih (mobil) 786 kendaraan (40,7 persen).


Rekor Tertinggi 2023

FOTO: KRL Tabrak Mobil di Perlintasan Sebidang Depok
Petugas mengevakuasi mobil Honda Mobilio yang tertabrak KRL Commuterline KA 1077 (Bogor-Jakarta Kota) di kawasan Rawageni, Ratu Jaya, Cipayung, Depok, Jawa Barat, Rabu (20/4/2022). Terganggunya perjalanan KRL karena kereta harus melaju di satu jalur secara bergantian. (merdeka.com/Arie Basuki)

Nampaknya, tahun 2023 memegang rekor tertinggi korban kecelakaan dibanding tahun sebelumya. Tahun belum berakhir, sudah 289 kendaraan terlibat kecelakaan yang terdiri kendaraan roda 2/3 (motor) sebanyak 172 kendaraan (59,5 persen) dan kendaraan roda 4/lebih (mobil) 117 kendaraan (40,5 persen).

Perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan raya masih rentan kecelakaan lalu lintas terutama bagi warga yang baru melintasi jalur perlintasan tersebut. Pengawasan terhadap perlintaan sebidang ini perlu ditingkatkan.

Data dari PT KAI, terdapat 51 lokasi perlintasan sebidang yang melewati jalan desa. Perlintasan ini biasanya dijaga secara swadaya oleh masyarakat sekitar tidak 24 jam. Saat malam hari tidak dijaga dan rawan kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan minibus yang tertabrak KA Probowangi di Kabupaten Lumajang malam hari Senin (20/11/2023), menyebabkan 11 penumpang minibus meninggal dunia dan tiga lainnya terluka. Solusinya, dipasang palang melintang jalan supaya kendaraan tidak bisa melintas saat tidak dijaga petugas.

Kewaspadaan harus ditingkatkan di perlintasan sebidang antara jalan rel dan jalan raya, terutama di jalan desa dan malam hari. Dapat dilakukan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah desa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya