Liputan6.com, Jakarta - PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin) sebagai bagian dari holding BUMN Danareksa, mengungkapkan langkah-langkah strategis dalam menghadapi dinamika transaksi keuangan Indonesia. Khususnya di tengah maraknya transaksi digital yang menggerus angka transaksi ATM.
Dalam sesi diskusi panel Economic Outlook 2024, Jalin menekankan upayanya dalam merespons tren transaksi keuangan yang kian mengarah ke platform mobile dan digital.
Baca Juga
Hingga Desember 2023, transaksi QRIS mencapai 225 triliun dengan total merchant sebanyak 30,41 Juta. Sementara jumlah transaksi ATM merosot seiring perubahan perilaku masyarakat ke layanan mobile dan digital.
Advertisement
Namun, Direktur Utama Jalin Ario Tejo Bayu Aji menilai kondisi ini tidak serta merta menghilangkan fungsi ATM sebagai cash point. Ia menganggap fenomena tersebut sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang.
Menurut dia, pihaknya tak hanya fokus memperluas penetrasi di ranah digital, tapi juga memperhatikan kebutuhan akan pengelolaan uang tunai yang masih menjadi kebutuhan bagi sebagian besar masyarakat
"Kami juga melihat, sinergi yang baik antara perusahaan-perusahaan Penyelenggara Jasa Pembayaran (PJP), Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran (PIP), dan Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR) akan dapat memperluas akseptasi layanan keuangan digital seperti QRIS, sembari tetap memaksimalkan peredaran uang tunai yang ada di masyarakat," ujar Ario, Sabtu (2/3/2024).
Selain itu, Ario mengungkapkan pihak penyedia layanan keuangan saat ini juga mulai mengadopsi teknologi AI secara bertahap.
"Penggunaan AI dan machine learning akan membantu Jalin dalam memberikan insight berupa predictive analysis kepada industri perbankan, fintech, serta pemerintah melalui kementerian terkait dalam menentukan keputusan strategis agar terjadi efisiensi di dalamnya," tuturnya.
Transaksi Keuangan di IKN Bakal Full Nontunai, Uang Cash Enggak Laku?
Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN), Bambang Susantono, mengatakan akan menerapkan transaksi secara cashlees di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara, alias tidak berbentuk tunai.
Penerapan tersebut sejalan dengan konsep pembangunan IKN sebagai kota pintar (smart city). Artinya, semua pembangunan akan diarahkan menggunakan teknologi digital.
"Karena nantinya di IKN itu InsyaAllah cashless ya, semuanya nanti akan pakai digital sehingga kita harus mempersiapkan itu dengan baik," ujar Bambang dalam Nusantara Fair di Grand Atrium Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (27/1/2024).
Adapun saat ini Otorita IKN telah menggandeng PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sebagai salah satu bank yang akan mendukung sistem transaksi non tunai di IKN.
"Alhamdulillah hari ini kita terima kasih ada ibu Wadirut (Wakil Direktur Utama) Mandiri mengiringi kita dari sisi digital financing ya karena itu juga sangat penting," ujar Bambang.
Konsep Smart CityLebih lanjut, Bambang menyebut nantinya para pelaku usaha yang menjadi investor di Ibu Kota Nusantara akan diarahkan melakukan pembangunan yang sesuai dengan konsep smart city.
"Karena salah satu ciri khas dari IKN adalah kota yang cerdas dengan standar pengelolaan kota berbasi teknologi, penggunaan cctv, drone, Internet of Things (IoT), hingga big data dan AI untuk mendeteksi hal-hal yang mungkin perlu dideteksi," pungkasnya.
Advertisement
Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Maju Berkat Transaksi Keuangan Makin Modern
Sebelumnya diberitakan, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut berkembangnya suatu perekonomian negara dicirikan dengan transaksi yang semakin maju.
"Suatu perekonomian negara yang terus berkembang dicirikan dengan transaksi yang makin berkembang. Kalau istilah bahasa Indonesianya makin canggih makin sofiesticated," kata Sri Mulyani dalam pembukaan Profesi Keuangan Expo 2023, Selasa (25/7/2023).
Lanjut Sri menjelaskan, perekonomian suatu negara selalu dicirikan dengan adanya transaksi. Jika tidak ada transaksi maka tidak ada perekonomian, bahkan transaksi yang tidak pakai uang atau istilahnya barter merupakan bagian dari perekonomian.
Menkeu mendefinisikan perekonomian sebagai upaya manusia memenuhi berbagai kebutuhan yang begitu banyak, apalagi di era modern ini kebutuhan tidak terbatas, namun dihadapkan pada sumber daya yang selalu terbatas, dan kemudian memunculkan transaksi untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
"Saya tidak mungkin memenuhi kebutuhan dari diri saya sendiri secara sendiri, apalagi manusia adalah makhluk sosial selalu berinteraksi," ujarnya.
Bentuk Karakter Bangsa
Menurutnya, adanya interaksi melalui transaksi akan membentuk banyak sekali karakter bangsa. Melalui transaksi, maka kebutuhan jasa dan barang kedua belah pihak bisa saling terpenuhi.
"Transaksi itu muncul dua belah pihak yang saling membutuhkan dan kemudian mereka bersepakat, muncullah apakah itu kuantitas dan kualitas dari barang dan jasa dan harga," jelas Menkeu.
Pentingnya Profesi Keuangan
Adapun Menkeu mengaitkan profesi keuangan dengan transaksi. Pada dasarnya dalam proses transaksi yang sederhana tidak dibutuhkan akuntan, aktuaris, Appraiser, maupun profesi keuangan lainnya. Sebab, tidak ada resiko jangka panjang dalam transaksi sederhana tersebut.
Bendahara negara ini mencontohkan, misal dirinya menanam cabai dan tetangganya memelihara ayam. Kemudian ayam tetangga bertelur, dan akan menjualnya kepada Sri. Sementara, Sri juga memanen cabai dan akan menjualnya.
Dalam proses itu, terjadi transaksi pertukaran barang dengan membayar menggunakan uang maupun barter. Artinya, tidak diperlukan akuntan, aktuaris, maupun appraisal dalam transaksi sederhana tersebut, karena tidak ada resiko jangka panjangnya.
"Kecuali kalau telur ini nanti dalam 3-6 tahun kemudian akan jadi ayam, ayamnya bercucu kemudian bercicit itu muncul kebutuhan aktuaris. Itulah transaksi yang basic ekonomi yang dicirikan dengan transaksi," ujarnya.
Advertisement