3 Tanda Karyawan Toxic, Kamu Termasuk?

Society of Human Resource Management mencatat bahwa karyawan toxic dapat membuat kantor menjadi tidak nyaman dan tidak menarik, menghambat produktivitas dan semangat kerja, dan bahkan menyebabkan orang lain keluar dari pekerjaan mereka.

oleh Muhammad Jibril Razky Kamal diperbarui 02 Mei 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi kerja, semangat, karyawan
Ilustrasi kerja, semangat, karyawan. (Image by lifeforstock on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Satu orang karyawan toxic dapat merusak seluruh citra perusahaan. Society of Human Resource Management mencatat bahwa karyawan toxic dapat membuat kantor menjadi tidak nyaman dan tidak menarik.

Bahkan, karyawan toxic bisa menghambat produktivitas dan semangat kerja, dan menyebabkan orang lain keluar dari pekerjaan. Mereka sangat mengganggu, tidak dapat dipercaya, atau sulit bergaul.

Perilaku ini mungkin terlihat jelas bagi orang lain yang merasakan, namun sering kali sulit untuk mengetahui apakah kita berdampak negatif pada orang-orang di sekitar kita, dan menanyakannya secara langsung kepada mereka akan terasa canggung.

Jadi, jika kamu ingin mendapatkan bantuan untuk mengenali karyawan toxic di sekitar - atau kamu sendiri ingin menghindari menjadi karyawan toxic- perhatikan tiga tanda bahaya menurut sejumlah CEO perusahaan besar berikut ini:

Karyawan yang Sok Berkuasa

Jangan pernah bersikap seolah-olah layak mendapatkan promosi atau kenaikan gaji, kata CEO perusahaan perekrutan dan kepegawaian LaSalle Network, Tom Gimbel. 

“Orang yang mengatakan ‘Saya hanya akan melakukan apa yang ada dalam deskripsi pekerjaan saya, saya tidak akan bekerja lebih keras, saya tidak akan meluangkan waktu untuk hal lain’ namun berharap mendapatkan imbalan,” bukanlah karyawan yang diinginkan, kata Gimbel sebagaimana yang dikutip dari CNBC, Kamis (2/5/2024).

Hal ini membuat anda terlihat seperti berpikir bahwa anda “di atas” rekan-rekan anda, tambahnya.

Terkadang, karyawan sering terkejut saat rekan kerja dengan masa kerja yang lebih singkat mendapatkan promosi duluan, namun lamanya bekerja tidak membuat seseorang berhak mendapatkan promosi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Promosi Bukanlah Sekadar Seberapa Lama

Ilustrasi karyawan baru
Ilustrasi karyawan baru

Tentu saja hal itu bisa membantu - namun promosi seringkali lebih bergantung pada kualitas pekerjaan anda, kekuatan hubungan di tempat kerja dan rekam jejak anda dalam memajukan perusahaan, kata Gimbel.

Jika anda melihat bahwa rekan kerja anda “melakukan lebih banyak” daripada anda, carilah proyek yang sesuai dengan minat anda atau cara-cara kreatif untuk berkontribusi dalam pekerjaan agar anda tetap kompetitif, sarannya.

Setiap orang terkadang melakukan kesalahan. Menyalahkan orang lain atas kesalahan diri sendiri adalah tanda red flag, kata CEO perusahaan konsultan eksekutif KUSI Global, Talia Fox.

“Mengakui kesalahan anda dan memiliki tingkat integritas yang tinggi sangatlah penting,” kata Fox. “Jujurlah tentang hal itu.”

Pernah, kata Fox, ia memberikan tugas kepada seorang karyawan dan menjelaskan ekspektasinya sebelumnya. Ketika karyawan tersebut menyerahkan hasil kerjanya, ternyata ada kesalahan yang mencolok - dan ia justru menyalahkan Fox, dengan mengatakan bahwa instruksinya tidak jelas.

“Kami pun berbincang mengenai dampak [gaslight tersebut] terhadap saya,” kata Fox, dan mencatat bahwa orang tersebut kemudian mengakui perilakunya.

Gaslighting bersifat manipulatif dan jahat, kata Fox. Alih-alih mengelak dari kesalahan anda, minta maaflah dan perbaiki kesalahan tersebut.

 


Orang yang Selalu Ya

Tidak Bisa Menjalin Hubungan Baik dengan Karyawan Lain Selama Bekerja
Ilustrasi Bekerja di Perusahaan Credit: pexels.com/fauxels

Kamu mungkin ingin menjawab “ya” untuk semua yang dikatakan atasan, bahkan jika tidak setuju dengan mereka. Itu adalah tanda "red flag" pada karyawan, menurut miliarder sekaligus pengusaha Mark Cuban.

Ketika mencari mitra atau karyawan baru, Cuban mencari yang berkebalikan dari biasanya, lebih menyukai mereka yang “melengkapi” keahliannya namun tidak takut untuk bersuara saat mereka tidak setuju dengannya, katanya dalam kursus MasterClass yang dirilis pada bulan Februari.

Memendam saran dan pendapat kamu sendiri bisa membuat terlihat tidak jujur dan tidak dapat dipercaya. Jika atasanmu seperti Cuban, mereka akan lebih menghargai karena berani menyampaikan ide-ide - menggunakan bukti dan penelitian untuk mendukungnya, jika diperlukan.

“Saya tidak perlu orang lain mengatakan ya,” kata Cuban. “Saya bisa mengatakan pada diri saya sendiri ya ... Saya membutuhkan orang-orang yang akan berani menantang kebijaksanaan konvensional dan mempertanyakan saya, dan ketika mereka merasa saya telah melakukan kesalahan, mengatakan, 'Menurut saya, tampaknya anda melakukan kesalahan di sini, dan inilah alasannya.”

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya