Hari Pendidikan Nasional Momentum Edukasi Air bagi Generasi Muda

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menuturkan, air merupakan sumber kehidupan utama manusia sehingga kualitasnya harus tetap dijaga.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2024, 08:30 WIB
Hari Pendidikan Nasional Momentum Edukasi Air bagi Generasi Muda
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap 2 Mei menjadi momentum generasi muda untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap 2 Mei menjadi momentum generasi muda untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Generasi muda bisa berkontribusi dalam banyak hal termasuk menjaga keberlangsungan sumber daya air.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono  menyampaikan hal itu dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 2 Mei 2024, seperti dikutip Jumat (3/5/2024).

Ia menuturkan, air merupakan sumber kehidupan utama manusia sehingga kualitasnya harus tetap dijaga sehingga edukasi air sejak dini penting dilakukan. Edukasi air meliputi pengelolaan air secara berkelanjutan terutama dalam menghadapi perubahan iklim.

"Generasi muda bisa berdiskusi dengan para pemangku kepentingan untuk membahas sumber daya air dan solusi untuk menjaga air bersih,” kata dia

Pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, menurut Basuki, sejalan dengan tema World Water Forum ke-10 yang akan berlangsung di Nusa Dua, Bali pada 18-25 Mei 2024. “Kegiatan ini merupakan forum lintas batas keairan terbesar di dunia,” ujar dia.

Sementara, Duta Komunikasi World Water Forum ke-10 Cinta Laura menuturkan generasi muda dapat berkontribusi secara nyata dalam menjaga ketahanan sumber daya air dari hal paling sederhana, misalnya dengan bijak memanfaatkan air dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu generasi muda bisa memanfaatkan  berbagai saluran komunikasi dan teknologi untuk menyebarkan pesan tentang konservasi air bersih, sanitasi, dan mitigasi bencana.

Komitmen Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum ke-10, ia menuturkan, sangat jelas  mengingat kerentanan negara terhadap bencana alam seperti banjir dan kekeringan yang diperparah oleh perubahan iklim.

“Saya ingin memberikan apresiasi atas pendekatan proaktif Indonesia dalam mengatasi masalah-masalah mendesak ini di platform global,” tutur dia. 

 

Program Sesi Pemuda

Kick-Off Meeting World Water Forum ke-10.
Kick-Off Meeting World Water Forum ke-10.

Beberapa program untuk sesi pemuda terangkum dalam Bali Youth Plan, di antaranya kampanye #ShareWaterStories, Youth Podcast: Water Talk, Young Water Sustainability Leaders (YWSL) 2024, Youth Book, dan Final Youth Activities.

Adapun YWSL 2024 sebelumnya telah menggelar Online Bootcamp yang melibatkan 300 peserta muda di seluruh dunia. Terpilih 60 orang yang menjadi  delegasi muda World Water Forum ke-10, Mereka berasal dari kawasan Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika serta Oceania. 

Selain Bali Youth Plan, World Water Forum ke-10 juga sudah menetapkan sejumlah target untuk mencapai hasil nyata yang dapat memberikan dampak positif bagi pengelolaan sumber daya air secara global.

Adapun target tersebut di antaranya pendirian Pusat Unggulan atau Center of Excellence for Climate and Water Resilience, membentuk working group dalam pengelolaan sumber daya air terpadu di pulau-pulau kecil, serta meresmikan Hari Danau Dunia atau World Lake Day.

Mengenal Subak, Kearifan Lokal Bali yang Bakal Dikenalkan dalam World Water Forum ke-10

Tantangan Pengelolaan Air Secara Global dalam Kick off Meeting 10th WWF
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (keenam kiri), Presiden World Water Council Loic Fauchon beserta peserta dari Dewan Gubernur World Water Council foto bersama usai pembukaan Kick off Meeting 10th World Water Forum di Jakarta, Rabu (15/2/2023). (Liputan6.com/HO)

Sebelumnya, Bali merupakan daerah tujuan wisata terdepan di Indonesia dan telah mendunia. Keindahan alam, keragaman budaya menjadi keunggulan provinsi berjuluk Pulau Dewata itu. Salah satu keragaman budaya yang merupakan kearifan lokal adalah subak.

Penyuluh Pertanian Ahli Pratama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Gede Vibhuti Kumarananda menjelaskan, subak merupakan suatu sistem pengairan masyarakat Bali dengan ciri khas sosial-pertanian-keagamaan. Itu berbekal semangat gotong royong untuk memenuhi kebutuhan air, masyarakat mengelola air irigasi.

Tindakan itu dilandasi ritual keagamaan sesuai tahapan pertumbuhan padi mulai dari mengolah tanah hingga hasil panen dan merupakan cerminan dari ajaran Tri Hita Kirana di mana diajarkan hubungan manusia dengan alam dan Sang Pencipta.

Konsep Tri Hita Kirana sangat relevan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Yaitu Parhyangan yang ditujukan untuk pemujaan terhadap pura di kawasan subak, Pawongan menandakan adanya organisasi yang mengatur sistem irigasi subak, dan Palemahan menunjukkan kepemilikan tanah atau wilayah di setiap subak. Ketiga hal itu memiliki hubungan timbal balik. Untuk menjaga keseimbangan hubungan ketiga unsur tersebut, dibuat peraturan yang disebut awig-awig atau paswaran/pararem.

Sistem irigasi subak telah ada sejak ribuan tahun silam dan bertahan sampai hari ini karena dijaga secara turun temurun. Meski demikian, kisah mengenai subak secara faktual dapat ditemui dari sejumlah prasasti seperti Prasasti Trunyan (tahun 881), Prasasti Sukawana (882), dan Prasasti Bebetin (896). Kemudian, subak juga ditemukan pada Prasasti Klungkung tahun 1072 yang disebutkan sebagai sebuah sistem irigasi.

 

 

Museum Subak

Jatiluwih Bali Jadi Destinasi Wisata Delegasi World Water Forum ke-10, Sajikan Pemandangan Sawah hingga Ngeteh Beras Merah
Desa Wisata Jatiluwih. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Berdasarkan Peraturan Daerah Bali nomor 02/PD/DPRD/1972, subak didefinisikan sebagai masyarakat hukum adat di Pulau Dewata yang bersifat sosio-agraris yang secara historis sudah ada seak lama dan terus berkembang sebagai organisasi penguasa tanah dalam bidang irigasi bagi persawahan di Bali. Subak berlandaskan pada asas paras-paros sarpa naya selulung subyan taka yang berarti saling memberi dan menerima.

Sumber air untuk subak dapat berasal dari hujan, sungai, air bawah tanah dan danau. Air akan dialirkan melalui saluran kecil menuju ke sebuah air terjun dan ditampung pada sebuah bendungan yang di ujungnya terdapat sebuah terowongan. Nantinya terowongan tersebut mengalirkan air bawah tanah menuju persawahan.

Untuk mempertahankan kelestarian dan sebagai sarana edukasi bagi generasi ke depan terkait subak, Gubernur Bali periode 1978-1988 Ida Bagus Mantra menggagas didirikannya Museum Subak yang berlokasi di Desa Sanggulan, Kabupaten Tabanan. Kabupaten yang terletak sekitar 35 kilometer sebelah barat ibu kota Denpasar itu dipilih sebagai lokasi Museum Subak karena memiliki jumlah subak terbanyak dan areal pertaniannya sangat luas serta lumbung padi bagi Provinsi Bali.

Museum Subak diresmikan oleh Ida Bagus Mantra pada 13 Oktober 1981 silam dan memiliki 250 koleksi alat pertanian tradisional seperti alat yang difungsikan untuk pembukaan lahan hingga menjadi nasi yang siap untuk dimakan. Terdapat pula patung Dewi Sri yang merupakan simbol dewi padi atau dewi kesuburan.

Selain patung Dewi Sri, ada pula patung Rare Angon yang merupakan manifestasi Dewi Siwa yang turun ke Bumi untuk mengajarkan petani bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Ada juga replika pembagian dari air irigasi menggunakan alat yang disebut sebagai tembuku atau sekat ukur tetapi dalam bentuk yang sederhana.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya