Dukung Kamala Harris di Pilpres AS, Miliarder Mark Cuban Mengaku Tak Mau Jadi Pejabat Gedung Putih

Cuban tampaknya menarik kembali pernyataan sebelumnya, yang mengisyaratkan ia mengincar posisi pemerintahan karena semakin terlibat dalam kampanye Harris.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Okt 2024, 11:05 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2024, 11:05 WIB
Miliarder Mark Cuban. Foto: AFP
Miliarder Mark Cuban. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Investor ternama sekaligus miliarder asal Amerika Serikat, Mark Cuban mengungkapkan bahwa ia tidak mengincar jabatan di kabinet Gedung Putih meskipun ikut berkampanye untuk capres dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

"Saya tidak tertarik menjadi politisi jenis apa pun. Saya tidak tertarik melayani di kabinet untuk Kamala Harris atau siapa pun," ujar Cuban, dikutip dari CNBC International, Senin (28/10/2024).

"Saya suka menjadi pengganggu sebagai pengusaha," ungkapnya, dalam segmen wawancara "This Week" ABC.

Komentar Cuban tampaknya menarik kembali pernyataan sebelumnya, yang mengisyaratkan bahwa ia mungkin mengincar posisi pemerintahan karena semakin terlibat sebagai pengganti kampanye Harris.

Pada September 2024, misalnya, mantan pembawa acara "Shark Tank" itu mencalonkan diri untuk menggantikan Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa Gary Gensler, yang sangat ia kritik.

"Saya memberi tahu timnya, daftarkan nama saya untuk SEC. Itu perlu diubah," beber Cuban dalam sebuah wawancara di "Squawk Box" CNBC pada September 2024.

Meskipun Cuban mengatakan bahwa ia tidak menyumbangkan dana apa pun kepada Harris, ia semakin aktif dalam kampanye, mengusung argumen untuk calon presiden dari Partai Demokrat tersebut dalam wawancara media dan rapat umum.

Saat ia berkampanye untuk Harris, Cuban sesekali menyuntikkan visi kebijakannya sendiri untuk pemerintahan Harris yang hipotetis, khususnya mengenai regulasi perusahaan.

Awal bulan ini, misalnya, Cuban menyarankan bahwa jika wakil presiden AS itu memenangkan kursi kepresidenan Gedung Putih, ia harus memberhentikan Ketua Komisi Perdagangan Federal Lina Khan, yang telah menjadi wajah agenda antimonopoli yang sangat berfokus pada konsumen.

"Saya pikir gambaran yang lebih besar adalah ia lebih banyak merugikan daripada membantu," sebut Cuban.

Miliarder Mark Cuban Ogah Pensiun

[Bintang] Mark Cuban
Mark Cuban, seorang triliuner mendukung Hillary Clinton untuk menjadi presiden. Mengetahui hal itu, Donald Trump mengatakan bahwa Mark adalah pria bodoh. (CNBC)

Diwartakan sebelumnya, Mark Cuban mengungkapkan, dirinya memilih untuk tak pensiun, meski sudah mencapai usia lanjut nantinya.

Melansir CNBC International, Mark Cuban bercerita bahwa saat ia berusia 20-an, tujuannya adalah pensiun di usia 35 tahun.

Saat ini, pengusaha dan investor miliarder berusia 66 tahun itu mengatakan dia tidak punya rencana untuk berhenti bekerja.

"Saya baru saja memulai. Tidak ada kata pensiun dalam buku saya. Saya akan terus bekerja sampai saya menyerah," ungkapnya.

Beberapa langkah karier Cuban baru-baru ini telah memicu spekulasi tentang hal itu, mulai dari mengumumkan munfur dari "Shark Tank" milik ABC pada tahun 2025 hingga menjual saham mayoritasnya di Dallas Mavericks milik NBA.

Saat itu, Cuban mengaku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya, tetapi itu tidak berarti dia akan pensiun.

Sebaliknya, ia berencana untuk mengalihkan sebagian besar jam kerjanya untuk menjalankan apotek daring langsung ke konsumen miliknya, Cost Plus Drugs.

"Itu adalah sesuatu yang akan terus saya kerjakan untuk waktu yang lama," bebernya.

Cuban awalnya menginvestasikan dana senilai USD 250.000 ke Cost Plus Drugs setelah pendiri sekaligus CEO perusahaan tersebut, Alex Oshmyansky, mengajukan ide kepadanya pada tahun 2018. Selama dua tahun berikutnya, Cuban semakin banyak berinvestasi hingga akhirnya ia memiliki perusahaan tersebut.

Model bisnis perusahaan yang sederhana, yaitu mengurangi biaya konsumen dengan memproduksi obat-obatan, atau membelinya secara grosir, dan menjualnya dengan biaya tambahan 15%, memang menguntungkan, tetapi Cuban mengatakan bahwa ia lebih fokus pada misi perusahaan daripada memaksimalkan laba atas investasinya.

"Mudah-mudahan, ketika semuanya sudah selesai, mereka akan berkata, 'Wah, orang itu mengacaukan perawatan kesehatan, jadi sekarang orang tidak takut tidak mampu membeli obat-obatan mereka. Bagi saya, itu akan menjadi pencapaian terbesar," tutur sang miliarder.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya