Siap-siap Dampak Stasiun Karet Ditutup, Emisi Kendaraan dan Macet Kian Menjadi

Ketua Harian ASPEKA, Alfred Sitorus mengatakan, penutupan Stasiun Karet akan berdampak pada peningkatan emisi kendaraan bermotor.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Jan 2025, 18:43 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 18:30 WIB
Asosiasi Penumpang Kereta (ASPEKA) menolak rencana penutupan Stasiun Karet di kawasan Jakarta Pusat. (Foto: istimewa)
Asosiasi Penumpang Kereta (ASPEKA) menolak rencana penutupan Stasiun Karet di kawasan Jakarta Pusat. (Foto: istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Penumpang Kereta (ASPEKA) menolak rencana penutupan Stasiun Karet di kawasan Jakarta Pusat, yang melayani sekitar 34.000 orang/hari.

Ketua Harian ASPEKA, Alfred Sitorus mengatakan, penutupan Stasiun Karet akan berdampak pada peningkatan emisi kendaraan bermotor. Hal ini  karena bergesernya 34.000 penumpang stasiun tersebut ke kendaraan roda doa atau kendaraan umum lainnya.

"Secara tegas, kita harus menolak berbagai usulan untuk menurunkan kuantitas dan kualitas layanan mass public transport seperti halnya Commuter Line ini; dalam konteks ini rencana penutupan Stasiun Karet dan penerapan kembali multi operation perjalanan KRL," ujar Alfred Sitorus dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (17/1/2025).

"Selain akan menurunkan kenyamanan pengguna KRL, maka penutupan Stasiun Karet juga akan berdampak pada peningkatan emisi kendaraan bermotor, kemacetan lalu lintas, dan pemborosan BBM yang diakibatkan oleh bergesernya pengguna KRL," jelasnya. 

Ia menuturkan, layanan mass public transport merupakan hal esensial dan tidak boleh diturunkan kuantitas dan kualitasnya. Selain harus diperhitungkan, juga harus dianalisis guna ditetapkan kebijakan pemenuhan kebutuhan tersebut berbasis TDM (transport demand management) guna memenuhi mobilitas dan aksesibilitas di suatu kawasan, lanjut Alfred.

"Konteks TDM ini maka moda transportasi harus berimbang antara kendaraan bermotor (motorized Mobility) dan kendaraan tidak bermotor (non motorized Mobility), schingga kebijakan pemenuhan aksesibilitas dan mobilitas tidak menumpuk semata pada pemenuhan fasilitas kendaraan bermotor (terutama kendaraan pribadi), tetapi juga kendaraan tidak bermotor yaitu jalan kaki dan sepeda," imbuhnya. 

 

Fasilitas Transportasi Umum Harus Ditingkatkan

Akan Ditutup, Seperti Ini Wajah Stasiun Karet
PT Kereta Api Indonesia (KAI) masih akan terlebih dahulu menyesuaikan finalisasi Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) tahun 2025 dan menunggu persetujuan Kementerian Perhubungan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

"Untuk itu, fasilitas mass public transport harus ditingkatkan dan setidaknya harus dipertahankan kuantitas dan kualitas yang ada. Baik dalam bentuk sarana (seperti fasilitas kereta, armada bus, maupun prasarana seperti stasiun). Dengan demikian mutlak keberadaan infrastruktur seperti stasiun baik kuantitas dan kualitasnya harus ditingkatkan dan tidak boleh diturunkan," tuturnya.

Alfred juga menyoroti penerapan multi operation yang diusulkan oleh Menteri Perumahan Rakyat, Maruara Sirait untuk menggantikan single operation yang diterapkan saat ini. 

Ia menilai, penerapan multi operation tidak efisien, berisiko memunculkan diskriminasi kelas sosial, serta rawan tabrak belakang sehingga dihentikan oleh KAI/KCI mulai 2012.

Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT KAI, Rudi As Aturridha membenarkan rencana penutupan Stasiun Karet yang telah diumumkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir. Rudi menyebut, alasan penutupan karena lokasi Stasiun Karet berdekatan dengan stasiun BNI City. 

 

Stasiun Karet Bakal Ditutup, Begini Tahapannya

Akan Ditutup, Seperti Ini Wajah Stasiun Karet
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan informasi terkait rencana penutupan Stasiun Karet untuk penumpang KRL bagian dari efisiensi pengembangan ekosistem tranportasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Diwartakan sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Mohamad Risal Wasal, buka suara soal rencana penutupan Stasiun Karet yang menjadi titik pemberhentian KRL Commuter Line Jabodetabek.

Adapun secara rencana, Stasiun Karet nantinya bakal diintegrasikan dengan Stasiun BNI City, yang jadi tempat pemberhentian KRL Commuter Line dan Kereta Bandara Soekarno-Hatta.

Terkait rencana itu, Risal mengatakan, Ditjen Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub masih terus mengkaji dan berdiskusi dengan PT KAI (Persero) hingga masyarakat setempat. Sehingga, ia menegaskan, isu soal penutupan Stasiun Karet masih belum pasti.

"Belum, masih dikaji. Definisi tutup itu kita belum clear ya. Apakah tidak difungsikan sebagai jalan menuju BNI City, kan itu belum clear. Kalimat tutup nanti kita bicarakan," kata Risal di Kantor Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Jakarta, Rabu (8/1/2025).

Skema Integrasi Belum Jelas

Yang pasti, ia menekankan Stasiun Karet bakal terintegrasi. Namun, secara skema itu pun masih belum jelas seperti apa, apakah secara bangunan bakal bersatu dengan Stasiun BNI City atau tidak. Risal hanya menyebut seluruh moda transportasi nantinya bakal saling terintegrasi, mulai dari KRL Commuter Line, LRT Jabodebek, hingga MRT Jakarta.

"Kalau integrasi iya lah, sudah pasti. Sekarang pun terintegrasi. Konsepnya terintegrasi semua. LRT, MRT, semua terintegrasi," ujar Risal.

 

Penumpang KRL Bingung Stasiun Karet Bakal Ditutup: Bikin Perjalanan Makin Jauh

Stasiun Karet, Jakarta. (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)
Stasiun Karet, Jakarta. (Foto: Liputan6.com/Maulandy R)... Selengkapnya

 

Sebelumnya, sejumlah pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek mengaku bakal kerepotan jika Stasiun Karet nantinya akan ditutup. Pasalnya, tempat itu jadi titik pemberhentian terdekat dari dan ke kantornya.

Stasiun Karet sendiri terletak di Jalan KH Mas Mansyur, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasinya memang berdekatan dengan pusat bisnis di sekitar Jalan Jenderal Sudirman, maupun area perkantoran di kisaran Karet Tengsin.

Suara penolakan misalnya datang dari Diana (42 tahun), seorang guru yang mengajar di SMPN 181, Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Diana mengaku bingung jika nantinya Stasiun Karet ditutup. Padahal itu sudah jadi titik langganan untuk menghubungkan tempat kerjanya menuju kediaman di Cikarang, Kabupaten Bekasi.

"Enggak setuju sih, soalnya kalau dari BNI City agak jauh. Kalau Karet kan lebih strategis ke mana-mananya," kata Diana saat ditemui Liputan6.com di Stasiun Karet, Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Jika memang harus ditutup, Diana sebenarnya tidak mempermasalahkannya. "Cuman kalau boleh milih sih jangan ditutup," pinta dia.

Sebab, penutupan Stasiun Karet bakal mengubah pola aktivitasnya menuju tempat kerja. Terlebih dia telah berlangganan menaruh sepeda motor di tempat penitipan dekat stasiun.

Senada, Rafi (21 tahun) pun lebih memilih untuk tetap berhenti di Stasiun Karet. Dirinya memang sudah mendengar kabar bahwa Stasiun Karet bisa tetap beroperasi sebagai pintu keluar masuk menuju Stasiun BNI City. Namun, tenaga yang harus dikeluarkannya ke tempat kerja pastinya bakal lebih besar.

"Kalau itu sih lebih ke arah enggak setuju. Kalau misalnya turunnya di BNI (City) kan lumayan jauh. Lumayan capek juga kalau turun di sana," ungkap dia kepada Liputan6.com.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya