Liputan6.com, Jakarta Film 1 Kakak 7 Ponakan sudah tayang seluruh bioskop Indonesia mulai 23 Januari 2025. Disutradarai oleh Yandy Laurens, film 1 Kakak 7 Ponakan ini adalah hasil kolaborasi antara Mandela Pictures dan Cerita Films.
Karya sutradara Yandy Laurens ini tengah hangat diperbincangkan. Lantaran, film ini terinspirasi dari sinetron karya Arswendo Atmowiloto, yang mengangkat cerita tentang pengorbanan seorang pemuda yang harus menunda ambisinya demi kesejahteraan keluarganya.
Advertisement
Baca Juga
Mengisahkan kehidupan Hermoko (Chicco Kurniawan), seorang mahasiswa jurusan arsitektur yang terpaksa menunda cita-citanya setelah kehilangan kedua orang tuanya, film ini menggambarkan bagaimana Moko harus mengambil alih tanggung jawab merawat tujuh keponakannya yang masih kecil.
Advertisement
Perubahan drastis dalam hidupnya membuat Moko terpaksa meninggalkan impian besar untuk menjadi arsitek demi menjadi tulang punggung keluarga.
Dalam film ini, Moko digambarkan sebagai bagian dari generasi sandwich, yaitu seorang individu yang terjebak di antara keinginan untuk mengejar impian pribadi dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Karakter Moko harus berjuang dengan konflik batin yang berat, sementara juga berusaha memahami dan membantu tujuh ponakannya yang masing-masing memiliki tantangan hidup yang unik.
Film ini diperankan oleh aktor dan aktris papan atas seperti Chicco Kurniawan, Amanda Rawles, dan Maudy Koesnaedi.
Dalam film ini tidak hanya menyuguhkan alur cerita yang penuh emosi tetapi juga menampilkan dinamika keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan pengorbanan. Penonton akan diajak untuk menyelami perjalanan Moko yang penuh perjuangan, di mana cinta keluarga dan tanggung jawab menjadi prioritas utama dalam hidupnya.
Mengenal Istilah Sandwich Generation
Istilah "generasi sandwich" pertama kali dipopulerkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor dari Universitas Kentucky, pada tahun 1981. Miller memperkenalkan konsep ini dalam jurnal berjudul "The Sandwich Generation: Adult Children of the Aging".
Awalnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan wanita berusia 30-40 tahun yang harus merawat anak-anaknya sekaligus mencukupi kebutuhan orang tuanya, teman-temannya, dan orang lain di sekitarnya.
Sejak diperkenalkan, konsep generasi sandwich terus berkembang dan mendapat perhatian luas dari para peneliti, sosiolog, dan ahli ekonomi. Pada tahun 2016, istilah ini bahkan dimasukkan ke dalam Merriam-Webster Dictionary, menandakan pengakuan resmi terhadap fenomena sosial ini.
Saat ini, definisi generasi sandwich telah diperluas dan mencakup spektrum yang lebih luas dari tanggung jawab dan situasi keluarga. Secara umum, generasi sandwich didefinisikan sebagai:
- Individu, baik pria maupun wanita, yang berada dalam rentang usia 30-50 tahun.
- Mereka yang memiliki tanggung jawab ganda untuk merawat dan mendukung secara finansial orang tua mereka yang menua dan anak-anak mereka yang masih bergantung.
- Orang-orang yang "terhimpit" antara kebutuhan dua generasi, sering digambarkan seperti isian dalam sebuah sandwich.
Penting untuk dicatat bahwa definisi ini tidak lagi terbatas pada tanggung jawab terhadap orang tua dan anak kandung saja. Dalam konteks modern, generasi sandwich juga dapat mencakup tanggung jawab terhadap mertua, saudara yang membutuhkan perawatan, atau bahkan cucu.
Â
Penyebab Munculnya Generasi Sandwich
Fenomena generasi sandwich tidak muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan demografis yang saling berkaitan.
Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk mengenali mengapa semakin banyak orang yang menemukan diri mereka dalam posisi "sandwich" ini. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi pada munculnya generasi sandwich:
1. Peningkatan Usia Harapan Hidup
Salah satu faktor terpenting adalah meningkatnya usia harapan hidup. Kemajuan dalam perawatan kesehatan dan gaya hidup yang lebih sehat telah menyebabkan orang hidup lebih lama.
2. Perubahan Struktur Keluarga
Perubahan dalam struktur keluarga modern juga berkontribusi pada fenomena ini.
3. Tantangan Ekonomi
Faktor ekonomi memainkan peran besar dalam menciptakan generasi sandwich, yakni biaya hidup yang terus meningkat, termasuk biaya perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
Ketidakstabilan ekonomi dan pasar kerja yang kompetitif membuat sulit bagi generasi muda untuk mencapai kemandirian finansial lebih cepat.
Banyak orang dari generasi yang lebih tua mungkin tidak memiliki tabungan pensiun yang cukup, menambah beban pada anak-anak mereka.
4. Kurangnya Literasi Keuangan
Salah satu faktor penting yang sering diabaikan adalah kurangnya literasi keuangan. Banyak individu dari generasi pertama (orang tua) mungkin tidak mempersiapkan dana pensiun dengan baik.
Kemudian, generasi kedua (generasi sandwich) mungkin juga kurang memahami pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang.
Â
Advertisement
5. Perubahan Ekspektasi Sosial
Ekspektasi sosial dan budaya juga berperan dalam menciptakan generasi sandwich. Di banyak budaya, terutama di Asia, ada harapan kuat bahwa anak-anak akan merawat orang tua mereka di usia tua.
6. Keterbatasan Sistem Dukungan Sosial
Dalam beberapa kasus, keterbatasan sistem dukungan sosial dari pemerintah juga berkontribusi. Sebagai contoh, kurangnya atau terbatasnya sistem pensiun dan perawatan kesehatan yang terjangkau untuk lansia.
Â
Â