Liputan6.com, Jakarta nvestasi emas telah lama menjadi pilihan utama bagi banyak investor yang mencari aset aman, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Emas dikenal sebagai "safe haven" atau tempat berlindung yang aman, namun penting bagi investor untuk memahami bahwa investasi ini juga memiliki risiko dan biaya tertentu yang perlu diperhitungkan.
Risiko Volatilitas Harga Emas
Salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan sebelum berinvestasi dalam emas adalah volatilitas harga. Meskipun emas cenderung stabil dalam jangka panjang, nilainya tetap dipengaruhi oleh berbagai faktor global, seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter dari negara-negara besar.
Advertisement
Baca Juga
Menurut penelitian dari Center for Sharia Economics Development (CSED) Institute for Development of Economics & Finance (INDEF), harga emas dapat mengalami fluktuasi dalam periode tertentu. Bahkan, dalam rentang waktu satu hingga dua tahun, nilai emas bisa mengalami penurunan yang signifikan.
Advertisement
"Meskipun emas dikenal sebagai safe haven, bukan berarti harganya selalu naik. Dalam periode satu hingga dua tahun, ada kemungkinan harga emas mengalami penurunan," ungkap Murniati Mukhlisin, peneliti dari INDEF, dalam diskusi terkait Bullion Bank, ditulis Kamis (27/2/2025).
Biaya Penyimpanan Emas
Selain risiko volatilitas harga, investor juga harus mempertimbangkan biaya penyimpanan emas, baik dalam bentuk fisik maupun digital.
Emas fisik memerlukan tempat penyimpanan yang aman, seperti safe deposit box (SDB) di bank. Biaya sewa SDB bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi penyimpanan.
"Penyimpanan emas fisik membutuhkan biaya tambahan, terutama jika menggunakan safe deposit box di bank-bank syariah atau konvensional," tambah Murniati.
Jika emas disimpan di rumah, risiko pencurian menjadi tantangan utama. Sementara itu, emas digital menawarkan kemudahan dalam penyimpanan, namun investor tetap harus memperhitungkan biaya tambahan jika ingin mencetak emas digital menjadi emas fisik.
"Jika disimpan di bank digital, ada biaya tambahan untuk mencetak emas tersebut. Jadi, harga emas digital bisa berbeda dengan emas fisik," jelasnya.
Â
Likuiditas Emas dalam Investasi
Meskipun emas dikenal sebagai aset yang likuid, proses menjual emas fisik tetap memerlukan waktu. Di beberapa daerah di Indonesia, seperti Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat, emas sering digunakan dalam transaksi tradisional, seperti menggadaikan sawah.
Namun, untuk menebus kembali emas yang telah digadaikan, diperlukan waktu serta biaya tambahan yang harus dipertimbangkan investor.
"Likuiditas emas fisik memang tinggi, tetapi tetap membutuhkan waktu dalam proses penjualannya," kata Murniati.
Â
Advertisement
Dampak Pertambangan Emas terhadap Lingkungan
Investasi emas tidak hanya terkait dengan keuntungan dan risiko, tetapi juga berdampak pada lingkungan. Di Indonesia, terdapat dua jenis pertambangan emas, yakni legal dan ilegal.
Pertambangan legal memiliki izin resmi serta standar operasional yang lebih ketat, sedangkan pertambangan ilegal sering dilakukan tanpa izin dan berpotensi merusak lingkungan.
Penggunaan bahan kimia berbahaya, seperti merkuri dan sianida, dalam pertambangan emas ilegal dapat mencemari sungai dan ekosistem di sekitarnya, mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan.
"Saya pernah mengunjungi area pertambangan emas di Newmont, Nusa Tenggara Barat, dan melihat langsung bagaimana gunung diledakkan untuk mengekstrak bijih emas. Limbah dari proses ini sering kali dibuang langsung ke laut, yang berpotensi merusak ekosistem laut," ungkap Murniati.
