Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik memperkirakan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk tahun 2014 sebesar 50,5 juta kiloliter (kl) akan cukup hingga akhir tahun.
Jero menjelaskan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada pertengahan tahun ini, konsumsi BBM bersubsidi masih di bawah 50% dari kuota tahun ini sebesar 48 juta kl.
"Tahun lalu itu konsumsi tiap bulan itu melewati kuota bulanan, jadi sudah serem saya. Lewatnya itu sampai 7% atau 8%. Nah Juli kemarin belum lewat. Tahun ini bisa saya tekankan kuotanya kan 48 juta kl, konsumsi semester 1 itu 23 koma sekian juta kl, harusnya kan 24 juta kl untuk semester I," kata Jero, di Jakarta, seperti yang ditulis, Senin (19/8/2013).
Dengan besaran konsumsi tersebut, dia memprediksi konsumsi BBM Â tahun depan tidak jauh berbeda dengan tahun ini, sehingga kuota BBM yang telah ditetapkan untuk tahun ini akan mencukupi.
"Tahun depan memang kita targetkan 50,5 juta kl. Dengan angka itu, saya punya feeling, tapi memang harus dihitung dulu. Bisa-bisa kuota 50,5 juta kl itu bisa cukup dan harus ditargetkan cukup," ungkapnya.
Menurut dia, konsumsi BBM yang tidak sederastis tahun lalu dipicu oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang diputuskan oleh pemerintah pada Juni lalu. Hal tersebut membuat masyarakat sedikit berhemat.
"Hitungan saya, karena efek dari kenaikan harga BBM kemarin itu sudah terjadi penghematan. Buktinya, bulan-bulan ini konsumsi BBM-nya tidak lewat dari target kuota per bulan," tuturnya.
Selain itu, keyakinan tersebut bertambah kuat dengan dioperasikanya alat pencatat konsumsi BBM Sistem Monitoring Radio Frekuention Identification (RFID) oleh PT Peramina pada tahun ini.
"Apalagi kalai sistem IT Pertamina itu yang untuk pengentrolan bisa selesai, pasti akan ada efek. Kira2 begitu kalau untuk kuota," ujar dia. (Pew/Ndw)
Jero menjelaskan, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada pertengahan tahun ini, konsumsi BBM bersubsidi masih di bawah 50% dari kuota tahun ini sebesar 48 juta kl.
"Tahun lalu itu konsumsi tiap bulan itu melewati kuota bulanan, jadi sudah serem saya. Lewatnya itu sampai 7% atau 8%. Nah Juli kemarin belum lewat. Tahun ini bisa saya tekankan kuotanya kan 48 juta kl, konsumsi semester 1 itu 23 koma sekian juta kl, harusnya kan 24 juta kl untuk semester I," kata Jero, di Jakarta, seperti yang ditulis, Senin (19/8/2013).
Dengan besaran konsumsi tersebut, dia memprediksi konsumsi BBM Â tahun depan tidak jauh berbeda dengan tahun ini, sehingga kuota BBM yang telah ditetapkan untuk tahun ini akan mencukupi.
"Tahun depan memang kita targetkan 50,5 juta kl. Dengan angka itu, saya punya feeling, tapi memang harus dihitung dulu. Bisa-bisa kuota 50,5 juta kl itu bisa cukup dan harus ditargetkan cukup," ungkapnya.
Menurut dia, konsumsi BBM yang tidak sederastis tahun lalu dipicu oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang diputuskan oleh pemerintah pada Juni lalu. Hal tersebut membuat masyarakat sedikit berhemat.
"Hitungan saya, karena efek dari kenaikan harga BBM kemarin itu sudah terjadi penghematan. Buktinya, bulan-bulan ini konsumsi BBM-nya tidak lewat dari target kuota per bulan," tuturnya.
Selain itu, keyakinan tersebut bertambah kuat dengan dioperasikanya alat pencatat konsumsi BBM Sistem Monitoring Radio Frekuention Identification (RFID) oleh PT Peramina pada tahun ini.
"Apalagi kalai sistem IT Pertamina itu yang untuk pengentrolan bisa selesai, pasti akan ada efek. Kira2 begitu kalau untuk kuota," ujar dia. (Pew/Ndw)