Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR Satya Widya Yudha menyatakan target produksi minyak tahun depan yang dipatok pemerintah sebesar 870 ribu barel per hari sangat realistis. Namun lifting Migas sebetlnya bisa melebihi proyeksi jika pemerintah bisa menggenjot produksi sumur minyak eksisting.
"Lifting itu harus realistis, jadi nanti akan dicek lagi 870 ribu barel per hari itu apakah sudah mencantumkan potensi tambahan produksi dari ladang minyak Cepu dan lainnya," kata dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Satya yakin pemerintah sebetulnya bisa memenuhi target lifting minyak 1 juta barel per hari seperti diinstruksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Target dapat tercapai bila ada kontribusi besar dari produksi sumur minyak lain yang dikelola perusahaan asing.
"Kalau untuk capaian 1 juta barel per hari itu menjadi tujuan bersama. Tapi harus lihat lagi dari lapangan yang terutama punya kontribusi besar seperti milik Chevron, Conoco Philips dan Exxon Mobile Cepu Limited," paparnya.
Di sisi lain, pemerintah juga diimbau segera membangun kilang minyak supaya menekan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengurangan impor bahan jadi ini diharapkan bisa mengurangi beban anggaran negara.
"Walaupun tidak berimplikasi pada tahun anggaran negara tahun ini karena pembangunan kilang minyak merupakan proyek jangka panjang. Jadi diharapkan supaya impor minyak mentah lebih besar dari BBM," ucapnya.
Sementara untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan (current account), pemerintah diminta mulai mengurangi subsidi secara bertahap. Pencabutan subsidi tersebut mesti diiringi dengan target pengalokasian sebagai akibat dari upaya penghematan subsidi.
Dari data Nota Keuangan dan RAPBN 2014, produksi minyak bumi tahun depan akan ditingkatkan melalui lapangan Husky-Madura yang tidak hanya memproduksi gas, tapi juga minyak sebesar 300 barel per hari. Sumber lain berasal dari lapangan Banyu Arip yang diharapkan mampu menghasilkan minyak 165 ribu barel per hari pada akhir 2014. (Fik/Shd)