Untuk mengatasi pelemahan rupiah yang sempat menembus ke level 12.000 per dolar Amerika Serikat membuat Bank Indonesia (BI) kembali melakukan intervensi ke pasar.
Intervensi itu dilakukan mengingat kebutuhan likuiditas valas di pasar keuangan sangat kurang. Lalu apakah cadangan devisa Indonesia kembali akan berkurang?
Deputi Gubernur BI, Mirza Adityaswara mengakui, BI telah melakukan intervensi ke pasar. Namun dipastikan cadangan devisa masih akan mampu menjaga impor Indonesia selama 5 bulan ke depan.
"BI sudah di pasar, karena belum banyak yang menjual, jadi BI yang di pasar. Yang pasti angkanya (cadev) masih sehat, masih bisa mengcover 5 bulan impor," ungkapnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Mirza menambahkan, kebutuhan akan valuta asing di pasar keuangan masih sangat minim yaitu hanya sekitar US$ 500 juta. Padahal kebutuhan akan ekspor jauh di atas itu.
Hal itu diungkapkan mantan Kepala Lembaga Penjamin Sosial (LPS) dikarenakan minimnya para eksportir yang tidak menjual dolarnya padahal Badan Pusat Statistik (BPS)mencatat nilai ekspor sendiri mengalami peningkatan.
"Kita ini negara ekspor US$ 15 miliar, impor katakan sama, pasar valas hanya sekitar US$ 500 juta per hari, kan terlalu kecil. Artinya apa, yang punya dolar terutama eksportir tidak bersedia menjual padahal kursnya sudah pas," kata dia.
Dari data terakhir, cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2013 kembali bertambah. Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa bertambah US$ 1,32 miliar menjadi US$ 96,99 miliar.
Dikutip dari situs BI, cadangan devisa pada akhir Oktober tersebut lebih tinggi dari posisi akhir September yang berada di level US$ 95,67 miliar. (Yas/Ahm)
Intervensi itu dilakukan mengingat kebutuhan likuiditas valas di pasar keuangan sangat kurang. Lalu apakah cadangan devisa Indonesia kembali akan berkurang?
Deputi Gubernur BI, Mirza Adityaswara mengakui, BI telah melakukan intervensi ke pasar. Namun dipastikan cadangan devisa masih akan mampu menjaga impor Indonesia selama 5 bulan ke depan.
"BI sudah di pasar, karena belum banyak yang menjual, jadi BI yang di pasar. Yang pasti angkanya (cadev) masih sehat, masih bisa mengcover 5 bulan impor," ungkapnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Mirza menambahkan, kebutuhan akan valuta asing di pasar keuangan masih sangat minim yaitu hanya sekitar US$ 500 juta. Padahal kebutuhan akan ekspor jauh di atas itu.
Hal itu diungkapkan mantan Kepala Lembaga Penjamin Sosial (LPS) dikarenakan minimnya para eksportir yang tidak menjual dolarnya padahal Badan Pusat Statistik (BPS)mencatat nilai ekspor sendiri mengalami peningkatan.
"Kita ini negara ekspor US$ 15 miliar, impor katakan sama, pasar valas hanya sekitar US$ 500 juta per hari, kan terlalu kecil. Artinya apa, yang punya dolar terutama eksportir tidak bersedia menjual padahal kursnya sudah pas," kata dia.
Dari data terakhir, cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2013 kembali bertambah. Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa bertambah US$ 1,32 miliar menjadi US$ 96,99 miliar.
Dikutip dari situs BI, cadangan devisa pada akhir Oktober tersebut lebih tinggi dari posisi akhir September yang berada di level US$ 95,67 miliar. (Yas/Ahm)