Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim sukses menjaga konsumi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun lalu yang lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P). Ambisi ini bisa tercapai berkat keputusan pemerintah yang menaikkan harga BBM subsidi pada Juni lalu.
Menteri ESDM, Jero Wacik mengungkapkan, pemerintah berhasil menjaga patokan kuota BBM bersubsidi 2013 di bawah 48 juta kiloliter (kl). Realisasi konsumsi tercatat hanya sekitar 46,8 juta kl atau hampir 47 kl.
"Kuota BBM bersubsidi tidak habis di tahun lalu merupakan berita bagus, padahal jumlah mobil bertambah," ujar dia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (10/1/2014).
Terjaganya volume BBM bersubsidi tak terlepas dari sikap masyarakat yang mulai menghemat penggunaan premium lantaran harganya yang cukup mahal. Pada Juni 2013, pemerintah telah menaikkan harga subsidi BBM jenis premium menjadi Rp 6.500 per liter dari sebelumnya Rp 4.500 per liter.
"Waktu harga Rp 4.500 per liter sampai berbusa kami minta masyarakat hemat (BBM subsidi) tidak bisa, lewat terus. Tapi giliran harga naik jadi Rp 6.500, mereka hemat," paparnya.
Jero menilai perilaku hemat yang ditunjukan tersebut benar-benar menunjukan karakter dari masyarakat orang Indonesia. "Saat harga murah susah diajak berhemat, kalau mahal biarpun tidak disuruh otomatis dia berhemat. Inilah negeri kita termasuk saya sama," pungkas dia.(Pew/Shd)
Baca Juga
Menteri ESDM, Jero Wacik mengungkapkan, pemerintah berhasil menjaga patokan kuota BBM bersubsidi 2013 di bawah 48 juta kiloliter (kl). Realisasi konsumsi tercatat hanya sekitar 46,8 juta kl atau hampir 47 kl.
"Kuota BBM bersubsidi tidak habis di tahun lalu merupakan berita bagus, padahal jumlah mobil bertambah," ujar dia di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (10/1/2014).
Terjaganya volume BBM bersubsidi tak terlepas dari sikap masyarakat yang mulai menghemat penggunaan premium lantaran harganya yang cukup mahal. Pada Juni 2013, pemerintah telah menaikkan harga subsidi BBM jenis premium menjadi Rp 6.500 per liter dari sebelumnya Rp 4.500 per liter.
"Waktu harga Rp 4.500 per liter sampai berbusa kami minta masyarakat hemat (BBM subsidi) tidak bisa, lewat terus. Tapi giliran harga naik jadi Rp 6.500, mereka hemat," paparnya.
Jero menilai perilaku hemat yang ditunjukan tersebut benar-benar menunjukan karakter dari masyarakat orang Indonesia. "Saat harga murah susah diajak berhemat, kalau mahal biarpun tidak disuruh otomatis dia berhemat. Inilah negeri kita termasuk saya sama," pungkas dia.(Pew/Shd)
Baca Juga
RI Bisa Jadi Bangsa Bodoh Jika Tak Alihkan Subsidi BBM
BI Imbau Pemerintah Kurangi Impor BBM
Dahlan Iskan: Indonesia Terjajah BBM
Advertisement
Pengusaha Desak Pemerintah Mulai Kurangi Subsidi BBM Tahun Ini