Indonesia akhirnya memperoleh komitmen pasokan minyak mentah dari Iran hingga 300 ribu barel per hari untuk jangka panjang.
Hal ini menyusul rencana pembangunan kilang minyak (refinary) oleh perusahaan swasta PT Kreasindo Resources Indonesia bersama pihak lain.
Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Komite Iran di Indonesia, Rudi Radjab, Indonesia telah mendapatkan pasokan minyak mentah dari Iran dengan suplai kebutuhan minimal 20 ribu sampai 300 ribu barel per hari dalam jangka panjang. Minyak ini merupakan minyak ekstrak berat.
Kepastian ini ditunjukkan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Kreasindo dengan perusahaan swasta asal Iran, Nakhle Barani Pardis (NBP).
"Target kami adalah mengikat dulu supaya minyak tidak diberikan ke pihak lain. Istilahnya di booking. Sebab yang incar minyak Iran sangat banyak, kalau kita tidak mengikatnya, keburu diambil yang lain," tegas dia usai Indonesia-Iran Business Forum di Jakarta, Selasa (11/2/2014).
Kreasindo, kata Rudy yang juga sekaligus Presiden Direktur Kreasindo mengaku, berencana membangun kilang minyak dengan kapasitas sesuai pasokan minyak mentah. Namun, sambungnya, pengolahan minyak tidak akan mampu mencapai 300 ribu barel per hari.
"Opsi lokasinya (bangun kilang) berada di Jawa Barat atau Banten. Kedua lokasi itu mempunyai plus minus di mana menyangkut pula ketersediaan pelabuhan, utilitas dan sebagainya. Tapi pembebasan lahan murni akan dilakukan pihak swasta tidak melibatkan pemerintah," terangnya.
Lebih jauh dia mengakui, Kreasindo dalam merealisasikan rencana tersebut, akan menggandeng perusahaan swasta lain. Bentuknya konsorsium.
"Tidak bisa bangun kilang sendiri, karena investasinya pasti di atas US$ 3 miliar. Jadi cari mitra swasta. Komposisi pendanaannya bisa 30% dari kami dan 70% dipenuhi dari perbankan," cetus dia.
Rudi menyebut, tahapan pembangunan kilang minyak mentah akan berawal dari studi kelayakan (Feasibility Study/FS) dan Bankable FS (BFS). Kreasindo akan mencari mitra perbankan yang dapat mendanai proyek kilang tersebut.
"Tahapan ini memakan waktu satu tahun dan kemungkinan banknya dari Cina atau Eropa tergantung penawaran rate-nya yang rendah yang mana. Perbankan Indonesia sudah kami ajak tapi belum ada yang nawarin," ucapnya.
Setelah BFS rampung, dia menambahkan, tahapan selanjutnya adalah front engineering desain, disusul dengan detail desain dan tahap Engineering Procurement and Construction (EPC) selama tiga tahun.
"Jadi diharapkan (kilang) bisa ground breaking cepat di 2015, dan pada 2018 bisa on stream atau mengambil minyaknya," pungkas Rudi. (Fik/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com
Hal ini menyusul rencana pembangunan kilang minyak (refinary) oleh perusahaan swasta PT Kreasindo Resources Indonesia bersama pihak lain.
Menurut Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Komite Iran di Indonesia, Rudi Radjab, Indonesia telah mendapatkan pasokan minyak mentah dari Iran dengan suplai kebutuhan minimal 20 ribu sampai 300 ribu barel per hari dalam jangka panjang. Minyak ini merupakan minyak ekstrak berat.
Kepastian ini ditunjukkan melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Kreasindo dengan perusahaan swasta asal Iran, Nakhle Barani Pardis (NBP).
"Target kami adalah mengikat dulu supaya minyak tidak diberikan ke pihak lain. Istilahnya di booking. Sebab yang incar minyak Iran sangat banyak, kalau kita tidak mengikatnya, keburu diambil yang lain," tegas dia usai Indonesia-Iran Business Forum di Jakarta, Selasa (11/2/2014).
Kreasindo, kata Rudy yang juga sekaligus Presiden Direktur Kreasindo mengaku, berencana membangun kilang minyak dengan kapasitas sesuai pasokan minyak mentah. Namun, sambungnya, pengolahan minyak tidak akan mampu mencapai 300 ribu barel per hari.
"Opsi lokasinya (bangun kilang) berada di Jawa Barat atau Banten. Kedua lokasi itu mempunyai plus minus di mana menyangkut pula ketersediaan pelabuhan, utilitas dan sebagainya. Tapi pembebasan lahan murni akan dilakukan pihak swasta tidak melibatkan pemerintah," terangnya.
Lebih jauh dia mengakui, Kreasindo dalam merealisasikan rencana tersebut, akan menggandeng perusahaan swasta lain. Bentuknya konsorsium.
"Tidak bisa bangun kilang sendiri, karena investasinya pasti di atas US$ 3 miliar. Jadi cari mitra swasta. Komposisi pendanaannya bisa 30% dari kami dan 70% dipenuhi dari perbankan," cetus dia.
Rudi menyebut, tahapan pembangunan kilang minyak mentah akan berawal dari studi kelayakan (Feasibility Study/FS) dan Bankable FS (BFS). Kreasindo akan mencari mitra perbankan yang dapat mendanai proyek kilang tersebut.
"Tahapan ini memakan waktu satu tahun dan kemungkinan banknya dari Cina atau Eropa tergantung penawaran rate-nya yang rendah yang mana. Perbankan Indonesia sudah kami ajak tapi belum ada yang nawarin," ucapnya.
Setelah BFS rampung, dia menambahkan, tahapan selanjutnya adalah front engineering desain, disusul dengan detail desain dan tahap Engineering Procurement and Construction (EPC) selama tiga tahun.
"Jadi diharapkan (kilang) bisa ground breaking cepat di 2015, dan pada 2018 bisa on stream atau mengambil minyaknya," pungkas Rudi. (Fik/Nrm)
*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com