Liputan6.com, Perang saudara antara Serbia dan Albania merembet ke lapangan hijau. Kericuhan pecah dalam duel negara serumpun itu di babak Kualifikasi Piala Eropa 2016 grup I, Selasa (14/10/2014) atau Rabu dinihari WIB di Stadion Stadion Partizan, Beograd.
Konflik politik antardua negara seperti meneruskan tradisi peperangan di wilayah semenanjung Balkan selama berabad-abad. Keputusan Serbia mengurangi otonomi Kosovo, terutama di era Slobodan Milosevic dinilai sebagai langkah guna mewujudukan kerajaan Serbia Raya yang sepenuhnya dikendalikan Serbia.
Tidak terima dengan langkah sepihak Serbia, Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan agar lepas dari Serbia. Etnis Albania yang tersebar di wilayah Kosovo kemudian menyatakan perang pada Serbia. Pertempuran pada 2008 lalu memaksa NATO turun tangan dan ikut memborbardir Serbia agar menghentikan perseteruan namun tidak diindahkan.
Advertisement
Kosovo kemudian menyatakan diri lepas dari Serbia, 6 tahun lalu. Negara adidaya, Amerika Serikat, Prancis, dan Turki mendukung Kosovo berdiri sebagai negara sendiri.
Bara konflik kedua negara terkait Kosovo ternyata belum padam. Era baru perang dua negara kini berpindah ke ranah sepakbola. Gongnya ditabuh Rabu dinihari WIB kemarin.
Sebuah drone (pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh) menyusup ke dalam stadion dengan membawa bendera Albania berkepala elang dua bergambar tokoh pejuang kemerdekaan Albania, Ismail Qemali plus peta bergambar Albania Raya.
Drone Disebut Dikendalikan Adik Perdana Mentri
Belakangan, diketahui drone yang diterbangkan dengan membawa bendera Albania itu dikendalikan Olsi Rama, adik Perdana Mentri Albania, Edi Rama dari kursi VVIP.
"Dia telah diamankan atas dugaan mendalangi pengibaran bendera Albania di atas lapangan ketika pertandingan berlangsung," demikian berita yang dilansir stasiun televisi setempat rts.rs.
Bendera provokatif itu kemudian direbut pemain bertahan Serbia, Stefan Mitrovic. Spontan, pemain Albania berlari mengejar Mitrovic. Baku hantam antar kedua pemain tidak terhindarkan. Suporter Serbia yang terpancing emosi masuk ke dalam stadion. Pihak keamanan stadion ikut beradu pukul. Melihat situasi sudah tidak kondusif, wasit Martin Atkinson asal Inggris menghentikan pertandingan.
Pemain Albania, Sokol Cikalleshi mengaku beruntung masih bernyawa setelah keributan yang melibatkan offisial kedua kubu plus pendukung tuan rumah yang melempari aneka benda ke lapangan. "Nyawa kami dalam bahaya," kata Cikalleshi di pulse.ng.
Cikalleshi mengungkapkan, hanya berusaha melindungi simbol negara. "Kami hanya tidak ingin pemain Serbia merobek bendera negara kami yang diterbangkan di atas lapangan," sambung Cikalleshi yang bermain untuk klub Albanai, RNK Split.
Cikalleshi yang duduk dari bangku cadangan bangkit dan berlari menyelematkan diri karena suporter mulai melempari benda ke dalam stadion. Opsi pertandingan bakal kembali dilanjutkan sempat mengemuka. Namun, pemain Albania tidak ingin mengambil risiko karena sudah mendapat ancaman di dalam lapangan hingga masuk ke lorong ruang ganti pemain. Empat pemain Albania dilaporkan cedera akibat insiden itu.
"Kami kemudian dibawa Polisi dan diterbangkan pulang ke Tirana," ucap Cikalleshi dengan suara bergetar.
Advertisement