Kondisi Sinyo Aliandoe Memburuk Sejak Ditinggal Istri Tercinta

Sinyo Aliandoe masih disemayamkan di Rumah Duka St Carolus, Salemba, dan baru dikebumikan, Jumat (20/11/2015).

oleh Antonius Hermanto diperbarui 18 Nov 2015, 15:15 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2015, 15:15 WIB
 Legenda sepak bola Indonesia, Sinyo Aliandoe wafat (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Legenda sepak bola Indonesia, Sinyo Aliandoe wafat (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia kehilangan salah satu pelatih lokal terbaiknya, Sinyo Aliandoe. Pria yang pernah menangani timnas Indonesia era 80-an itu tutup usia di Rumah Sakit Mayapada, Lebak Bulus, Rabu (18/11/2015).

Putra bungsu Sinyo Aliandoe, Theodorus Aliandoe, mengatakan bahwa kondisi ayahnya tiba-tiba memburuk pagi tadi. Pria berusia 77 tahun itu sebenarnya sempat dilarikan ke RS Mayapada, tapi nyawanya tidak tertolong. Mantan pemain Persija Jakarta itu tutup usia pada pukul 08.42.

"Papa sakit karena faktor demensia (pikun) dan faktor umur. Tadi pagi saya ditelepon sama perawat papa dan bilang kondisi papa drop, lalu saya langsung bawa ke Mayapada, tapi di sana papa tidak tertolong," kata Theodorus saat ditemui di Rumah Sakit St Carolus, siang tadi.

"Dokter bilang itu seperti serangan jantung karena terjadi mendadak," beber Theodorus.

Baca Juga

  • Messi Main di El Clasico, Madrid Dapat Kabar Buruk
  • Kisah Pilu Eks Pelatih Timnas Sinyo Aliandoe Sebelum Tutup Usia

Saat ini jenazah Sinyo masih disemayamkan di rumah duka St Carolus, Salemba. Rencananya, Om Sinyo, sapaan akrabnya, akan dimakamkan di TPU Kampung Kandang, Jakarta, Jumat (20/11/2015).


Sinyo Aliandoe Sudah Lama Pikun

Theodorus menjelaskan kondisi Sinyo yang kerap mengalami demensia sudah berlangsung lama. Namun kondisi semakin parah saat sang istri tercinta, Theresia, meninggal pada 2013.



"Ya memang gelagat pikunnya sudah ada sejak lama, tapi semakin parah saat mama meninggal pada 2013. Mungkin ada depresi juga yang dialami papa sehingga kondisinya semakin drop."

Sinyo mengembuskan napas terakhir di usianya yang sudah menginjak 77 tahun. Dia meninggalkan tiga anak dan lima cucu. Sebelum mengembuskan napas terakhir, pria kelahiran Larantuka, Flores, 1 Juli 1938 itu juga sudah pernah mengalami gangguan komplikasi.

"Yang paling utama sebenarnya faktor demensia dan umur tadi, karena itu fungsi jantung dan ginjal menurun. Tapi juga dulu papa sempat ada batu di empedunya saat diperiksa," kata Theodorus. (Rco/Bog)*

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya