Petenis-petenis Dunia Buka Suara soal Skandal Pengaturan Skor

Skandal pengaturan skor yang melanda dunia tenis bergulir bak bola salju.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 19 Jan 2016, 14:20 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2016, 14:20 WIB
Petenis Serbia, Novak Djokovic angkat bicara terkait skandal pengaturan skor di dunia tenis
Petenis Serbia, Novak Djokovic saat tampil di Australia Open 2016 (REUTERS/Jason O'Brien)

Liputan6.com, Melbourne - Skandal pengaturan skor yang melanda dunia tenis bergulir bak bola salju. Satu per satu pemain mengungkapkan pengalamannya bersinggungan dengan tindakan yang mencederai sportifitas itu.

Thanasi Kokkinakis salah satunya. Petenis asal Australia itu mengaku pernah ditawari uang agar bersedia mengalah dalam sebuah pertandingan. Tawaran tersebut disampaikan lewat media sosial.

"Anda baca beberapa tulisan di halaman Facebook  acak dari mana saja dan berkata, 'Saya akan memberimu banyak uang untuk melepas laga itu,' tapi Anda mencoba memblokirnya dan fokus pada apa yang Anda inginkan ke depan," kata Kokkinakis kepada Sydney Morning Herald

"Anda tentu tidak akan menganggapnya serius," bebernya.

Dunia tenis tengah dikejutkan oleh mencuatnya skandal pengaturan skor jelang bergulirnya Australia Open 2016. Penyelidikan yang dilakukan BBC dan Buzzfeed mengindikasikan bahwa 16 petenis papan atas dunia terlibat dalam pengaturan skor. Setengahnya bahkan bakal tampil di Australia Open 2016.

Kokkinakis sendiri saat ini tengah berkutat dengan cedera bahu. Itu sebabnya, petenis muda berbakat itu tidak tampil turnamen bergengsi tersebut. Namun Kokkinakis bukanlah satu-satunya petenis yang buka suara terkait skandal match fixing yang menggerogoti dunia tenis selama ini. Petenis No 1 dunia, Novak Djokovic yang ikut ambil bagian di Australia Open 2016 sudah lebih dulu buka suara.

Djokovic bahkan yang pertama menanggapi laporan itu. Dia mengungkapkan bahwa dirinya pernah ditawari uang sebesar 200 ribu USD pada tahun 2007 agar gagal di ronde pertama turnamen di St Petersburg, Rusia--salah satu negara yang diduga sebagai salah satu lokasi sindikat match fixing.

Namun tawaran itu ditolaknya. Djokovic berpesan agar para petenis tidak mudah tergiur. Sebab menurutnya, petenis justru bisa dapat bayaran yang lebih besar dari rumah judi resmi.

"Anda tahu, saya tahu bahwa ada banyak rumah judi di website-nya menggunakan nama, merek, foto turnamen, da pemain, dan pertandingan untuk mendapat keuntungan dari sana," katanya.

"Tennis sama sekali belum mendapatkan bagian dari kue itu, jika Anda benar-benar mengerti apa yang saya maksud," beber petenis Serbia itu.



POPULER

Berita Terkini Selengkapnya