Piala Jenderal Sudirman Berakhir, Tarkam Elite Lain Menanti

APPI boikot turnamen, PT Liga berencana menggelar Indonesia Super Competition (ISC).

oleh Windi Wicaksono diperbarui 26 Jan 2016, 06:50 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2016, 06:50 WIB
20160118- Syukuran Panitia Piala Presiden 2015-Jakarta-Yoppy Renato
Panitia, official dan sponsor Piala Presiden 2015 gelar syukuran atas suksesnya kompetisi Piala Presiden, Jakarta, Senin (18/1/2016). Panitia juga memberikan penghargaan kepada tim serta seluruh pendukung Piala Presiden 2015. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Piala Jenderal Sudirman selesai bergulir, sejumlah turnamen direncanakan masih akan menghiasi wajah sepak bola Indonesia. Padahal, sebelum Piala Jenderal Sudirman, sepak bola Indonesia sudah disuguhkan dengan Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden.

Piala Presiden berhasil diraih Persib Bandung setelah mengalahkan Sriwijaya FC dengan skor 2-0. Laga tersebut digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Minggu 18 Oktober 2016.

Kemudian, PSMS Medan sukses mengangkat trofi Piala Kemerdekaan setelah di final menaklukkan Persinga Ngawi dengan skor 2-1 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Sebagian pemain PSMS kemudian dipinjam oleh PS TNI untuk berlaga di Piala Jenderal Sudirman.  



Sementara itu, Piala Jenderal Sudirman melahirkan Mitra Kukar sebagai juara. Di final, Mitra Kukar menundukkan Semen Padang dengan skor 2-1 dalam laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta pada 24 Januari 2016.

Sayang, turnamen yang ada kerap hanya melibatkan tim-tim besar yang berasal dari Indonesia Super League. Piala Kemerdakaan juga hanya menyertakan tim dari Divisi Utama. Lalu, bagaimana nasib pemain-pemain yang berkiprah di Divisi Satu, dan Liga Nusantara?  

Dalam situasi ini, turnamen yang kerap disebut sebagai tarkam (antar kampung) elite ini ternyata masih berlanjut setelah Piala Jenderal Sudirman. Piala Gubernur Kalimatan Timur, Piala Walikota Padang, Piala Bung Karno, dan Piala Bhayangkara menjadi turnamen yang akan menghiasi sepak bola Indonesia berikutnya.



"Mari kita songsong beberapa turnamen ke depan seperti Piala Bung Karno, Piala Gubernur Kaltim, Piala Bhayangkara dan Kompetisi Independen yang diikuti klub profesional dan amatir," kata Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi kepada wartawan setelah menyaksikan langsung Piala Jenderal Sudirman, Minggu (24/1/2016) di SUGBK, Jakarta.

Piala Bung Karno boleh jadi sebagai pengecualian untuk turnamen yang hanya melibatkan tim-tim kasta tertinggi. Piala Bung Karno akan diikuti oleh tim-tim yang mewakili kota dari provinsi tertentu di Indonesia.

Namun demikian, kepastian kapan tepatnya Piala Bung Karno bergulir sampai sekarang belum bisa dipastikan. Untuk Piala Gubernur Kalimantan Timur waktunya sudah ditentukan, tapi tidak demikian dengan Piala Bhayangkara dan Piala Walikota Padang.

Gara-gara situasi sepak bola Indonesia yang tak jelas dan hanya menggelar turnamen, para pemain mulai gerah. Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI)mengambil sikap untuk memboikot turnamen-turnamen berikutnya.



APPI merasa turnamen merugikan para pemain yang berkiprah di kompetisi kasta bawah, karena mereka kehilangan mata pencaharian. Turnamen juga dinilai bukan solusi atas kondisi sepak bola nasional.

Harapan ingin kompetisi berjenjang kembali bisa digulirkan di Indonesia menjadi hal yang didengungkan APPI. Turnamen dianggap tidak adil, karena tidak seluruh klub bisa ikut ambil bagian, oleh karena itu APPI meminta adanya jaminan liga bisa kembali digulirkan.

Belakangan, muncul rencana untuk Indonesia Super Competition (ISC) dan ide yang berasal dari PT Liga Indonesia ini mendapat lampu hijau dari Menpora. Izin tersebut tentunya bisa berdampak pada keputusan BOPI menyetujui ISC, mengingat sebelumnya BOPI selalu menjadi batu sandungan PT Liga menggelar kompetisi.



"ISC dijalankan dengan format ISL (Indonesia Super League), pesertanya klub-klub ISL. Kita merencanakan ISC bisa mulai akhir Maret 2016 dan selesai November 2016. Mudah-mudahan lancar, ini bisa jadi terobosan jangka pendek agar sepak bola Indonesia tetap hidup,” kata CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono kepada wartawan di Jakarta, 19 Januari 2016.   

"Kita ingin sepak bola kita hidup dari semua strata. Kenapa ini penting? Karena kita tetap harus punya optimisme tampil di ajang internasional, sekalipun sepak bola kita dalam masa sulit seperti ini," katanya.  

Joko juga akan membuat perusahaan baru sebagai penyelenggara ISC. Nantinya, ISC diharapkan bisa membuat klub-klub mendapat keuntungan lebih besar. Bukan tidak mungkin, ISC menjadi solusi dan harapan baru bagi para pesepak bola Tanah Air.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya