Cedera ACL: Hantu Bagi Pesepakbola

Seorang pemain harus absen enam hingga sembilan bulan karena cedera ini.

oleh Risa Kosasih diperbarui 28 Feb 2016, 17:30 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2016, 17:30 WIB
Gelandang Jerman Sami Khedira pernah mengalami cedera ACL
Gelandang Jerman Sami Khedira pernah mengalami cedera ACL.

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada gading yang tak retak. Pepatah klasik ini mengartikan sebuah kondisi ketidaksempurnaan yang dimiliki seorang manusia. Tak terkecuali pesepakbola, yang pada akhirnya menyerah pada sebuah cedera.

Kata cedera memang momok dalam olahraga profesional. Dampaknya luas, bukan hanya untuk pemain, bahkan pelatih hingga jajaran manajemen bisa dibuat pusing dengan masalah kesehatan yang menimpa pemain mereka.

Baca Juga

  • Madrid Berencana Bajak Gelandang Barcelona
  • Ranieri Beri Lampu Hijau Bintang Leicester Gabung Barcelona
  • Jika Latih MU, Mourinho Bakal Ajak Bek Barcelona

Bagi seorang pemain khususnya, salah satu cedera yang paling dihindari adalah ACL atau Anterior Cruciate Ligament. Masalah lutut itu bisa menghabiskan waktu panjang mulai dari pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi, hingga dapat kembali pulih.

Dr. I Gusti Made Febry Siswanto, SpOT, spesialis orthopedi dan traumatologi dari Sport Medicine Center RS Royal Progress, Sunter, mengatakan idealnya seorang atlet harus absen enam hingga sembilan bulan karena cedera ini. Hal itu dilakukan usai operasi Arthroscopy (teropong sendi)

"Setelah operasi, mereka butuh enam bulan untuk kembali berolahraga. Beda dengan back to the game, kembali bertanding, itu yang harus dicatat," kata dr Febry.

Cedera ACL: Hantu Bagi Pesepakbola

Bagi orang awam, Operasi Arthroscopy (teropong sendi) bisa dibayangkan dengan bagian lutut yang disayat panjang dengan proses yang lama. Saat ini, Arthroscopy memungkinkan kamera berukuran sangat kecil mendeteksi letak ligamen yang sobek, dan menghasilkan luka operasi tak lebih dari 10 mili meter.

"Arthroscopy belum berkembang di Indonesia, lagi pula biayanya tidak murah karena menggunakan peralatan canggih. Bedanya dengan operasi konvensional, alat yang sudah digunakan tidak bisa dipakai lagi dengan disterilkan," dokter Febry menambahkan.

Dia juga mengungkapkan sebuah klub harus merogoh koceh sekitar Rp 60 juta untuk sekali operasi cedera ACL yang menimpa pemainnya. Persipura Jayapura sudah pernah memakai jasa dr Febry dan kawan-kawannya di Sport Medicine Center saat Boaz Salossa dan Bio Baulin cedera.

Konsekuensi tambahan setelah operasi, pelatih klub harus ikut aturan tim medis untuk mengizinkan pemainnya sampai sembuh total. "Setelah sembuh, ada proses pengembalian performa lagi," dia menimpali.

Sayang, cedera kambuhan yang sering dialami atlet terjadi karena proses rehabilitasi yang tidak sempurna. Setelah dalam enam bulan pertama pasca operasi cedera lutut ACL, seorang pemain sepak bola seharusnya tidak serta merta langsung turun bertanding.

"Yang paling penting adalah mengembalikan performa pemain. Prosesnya panjang dan kadang mereka sudah gatal menendang bola karena secara fisik merasa sudah sehat," kata sang dokter lagi. Padahal, menurut penjelasannya, ligamen baru yang diambil dari otot paha pasien itu belum punya nutrisi yang cukup.

"Kami merekomendasikan mereka tidak turun di laga penting dan menit-menit krusial yang rentan terjadi gesekan. Dalam tiga bulan terakhir masa penyembuhan, menit bermain bisa terus ditambah sambil dievaluasi," kata sang dokter lagi.
Cedera ACL: Hantu Bagi Pesepakbola (Liputan6.com / Risa Kosasih)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya