Angkat Besi dan Tradisi Medali Indonesia di Olimpiade

Angkat besi masuk dalam cabang atletik saat diperkenalkan di Olimpiade tahun 1896.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 01 Agu 2016, 16:10 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2016, 16:10 WIB
20160503-Olimpiade-Rio-2016-Jakarta-Atlet-Angkat-Besi-HEL
Eko Yuli Irawan jadi andalan Indonesia di nomor angkat besi pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Angkat besi menjadi salah satu cabang olahraga tertua di Olimpiade. Bahkan sebelum Olimpiade, angkat besi sudah eksis sebagai ajang untuk mencari pria terkuat di Mesir, Tiongkok, dan Yunani.

Kejuaraan dunia angkat besi sendiri baru resmi diadakan pada tahun 1891 di Inggris. Ketika itu diikuti oleh tujuh atlet dari enam negara.

Pada awalnya, angkat besi masuk dalam cabang atletik saat diperkenalkan di Olimpiade tahun 1896. Angkat besi absen pada Olimpiade tahun 1900 sebelum digelar lagi tahun 1904.

Saat pertama diadakan, angkat besi hanya dibagi menjadi dua kategori. Yakni angkat besi dengan satu tangan yang dimenangkan oleh Launcesten Elliot, sedangkan angkat besi dua tangan dimenangkan Viggo Jensen.

Angkat besi dengan satu tangan akhirnya dihapus pada Olimpiade tahun 1928. Sehingga hanya ada tiga nomor yang diperlombakan yakni the clean and press, snatch, dan clean and jerk.

Perubahan terjadi pada tahun 1972. Nomor clean and press dihapus dan hanya menyisakan dua nomor hingga sekarang. Menariknya, angkat besi di nomor putri baru diperkenalkan pada Olimpiade 2000.

 

 

Tahukah Anda?

Sejak Olimpiade 2000, Indonesia belum pernah absen mendulang medali dari cabor angkat besi.



Ada dua kejadian menarik di cabang angkat besi pada Olimpiade 2000. Di sektor putra, atlet asal iran, Hossein Rezazadeh memecahkan rekor Olimpiade dan dunia setelah mengangkat barbel seberat 472 kg. Sementara di sektor putri, Karnam Malleswari menjadi atlet India pertama yang menyumbang medai dari cabang angkat besi.

Aturan permainan

20160604-Jelang Olimpiade Rio 2016, 17 Lifter Ikuti Seleksi Nasional
Atlet angkat besi berlatih keras sebelum bertolak ke Rio de Janeiro.



Di Olimpiade, atlet bertarung dalam dua nomor sekaligus yakni snatch dan clean and jerk. Pemenang biasanya adalah atlet yang bisa mengangkat beban terberat baik dari masing-masing nomor atau kombinasi keduanya.

Untuk angkatan snatch, lifter yang bertarung harus mampu mengangkat palang barbel dari lantai hingga melewati kepala dalam sekali gerakan. Sedangkan clean and jerk dilakukan dalam dua gerakan. Pertama mengangkat palang sejajar bahu, lalu menempatkannya di atas kepala.  

Jika beban yang diangkat terus sama, maka pemenang diambil dari berat badan terendah. Tetapi jika masih sama pula maka pemenang diambil dari atlet yang meraih total beban terberat yang pertama.

Ada dua hakim di setiap sisi dan satu wasit kepala saat atlet mulai mengangkat beban. Mereka akan menentukan apakah angkatan seorang atlet sah atau tidak. Bobot barbel dinaikkan sebesar satu kilogram sepanjang kompetisi.

Atlet angkat besi asal Yunani, Pyrros Dimas menjadi penguasa di Olimpiade. Dia sudah mengoleksi tiga emas dan satu perunggu. Sementara di sektor putri, atlet asal Tiongkok, Yanqing Chen menjadi penguasa dengan koleksi dua emasnya.

Perjalanan Indonesia

Gedung Direnovasi Atlet Angkat Besi Berlatih Dekat Halaman Parkir
Atlet angkat besi Indonesia saat berlatih di Tanah Air.

Angkat besi menjadi salah satu cabang penyumbang medali bagi Indonesia di Olimpiade. Sejauh ini atlet angkat besi Indonesia sudah menyumbangkan delapan medali, dengan rincian tiga perak, dan lima perunggu.

Indonesia mengirim atlet pertamanya di cabang angkat besi pada Olimpiade tahun 1952. Ketika itu Thio Ging Hwie menempati peringkat kedelapan. Empat tahun kemudian Liem Kim Leng menjadi wakil dan berada di posisi ke-15. Pada Olimpiade 1960, Tan Tjoe Gwat menempati peringkat ke-17.

Catatan gemilang baru dimulai pada Olimpiade 2000 di Sydney. Lisa Rumbewas membuka keran medali dari cabor angkat besi setelah meraih perak di kelas 48 kilogram putri. Sementara dua atlet lain yakni Sri Indriyani dan Winarni menyumbang perunggu masing-masing di kelas 48 kg dan 53 kg.

Setelah itu, pada tahun 2004, Lisa Rumbewas kembali mengulang prestasinya. Ia menyumbang perak untuk kelas 53 kg.

Tradisi medali dilanjutkan empat tahun kemudian oleh Triyatno dan Eko Yuli Irawan. Keduanya menyumbang medali perunggu. Sedangkan pada Olimpiade empat tahun lalu medali perak disumbangkan Triyatno dan Eko Yuli menyumbang perunggu.

Tahun ini Indonesia mengirimkan tujuh atlet, lima putra dan dua putri. Eko Yuli dan Triyatno masih menjadi andalan untuk meraih medali. Eko Yuli dan Muhammad Hasbi akan turun di kelas 62 kg, Deni dan I Ketut Ariana tampil di kelas 69 kg, sementara Triyatno akan tampil di kelas 77 kg. Sedangkan lifter putri, Sri Wahyuni Agustiani akan tampil di kelas 48 kg dan Dewi Safitri kelas 53 kg.

Tim Angkat Besi Indonesia
Putra: Eko Yuli Irawan, Muhammad Hasbi, Deni, Triyatno, I Ketut Ariana
Putri: Sri Wahyuni, Dewi Safitri
Prestasi Terbaik: Medali perak pada Olimpiade 2000, 2004, dan 2012.
Peraih medali: Lisa Rumbewas, Sri Indriyani, Winarni, Eko Yuli, Triyatno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya