Jati Diri Liverpool Akhirnya Terkuak

Liverpool dinilai belum siap menjadi juara.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 29 Jan 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2017, 17:15 WIB

Liputan6.com, Liverpool - Jati diri Liverpool terkuak setelah menderita tiga kekalahan kandang beruntun. Kesiapan klub Merseyside itu untuk menjadi juara kini dipertanyakan.

The Reds kehilangan kesempatan memenangkan dua gelar dalam sepekan terakhir. Mereka gagal membalikkan ketertinggalan dengan kembali menderita kekalahan 0-1 dari Southampton pada semifinal Piala Liga, Rabu (25/1/2017). Akibatnya, Liverpool gagal menantang Manchester United pada perebutan gelar di Wembley, akhir bulan depan.

Pasukan Juergen Klopp kemudian dikalahkan Wolverhampton Wanderers 1-2 pada babak keempat Piala FA, Sabtu (28/1/2017). Ambisi merebut titel pertama sejak 2005-2006 pun kandas.

Ditambah hasil negatif 2-3 melawan Swansea City di Liga Inggris, Sabtu (21/1/2017), Jordan Henderson dkk kini terancam gagal memetik gelar pada 2016-2017. Sebab, Liverpool tertinggal 10 angka di belakang pimpinan klasemen Chelsea.

"Saya tidak tahu apakah ini titik terburuk sepanjang karier saya di sini. Tapi saya yakin kami tidak akan berada lebih rendah lagi. Kami mesti membalikkan keadaan dan duel kontra Chelsea merupakan kesempatan ideal," kata Klopp, dikutip Sky Sports.

Salah Siapa?

Pelatih Liverpool Juergen Klopp (kiri) dihibur Arsitek Southampton Claude Puel sehabis pertemuan di semifinal Piala Liga, Rabu (25/1/2017). (AP Photo/Dave Thompson)

Keputusan menurunkan tim lapis kedua pada laga Wolverhampton menempatkan Klopp sebagai kambing hitam atas keterpurukan Liverpool. Nakhoda asal Jerman itu dinilai terlalu berani dengan menurunkan Ben Woodburn, Joe Gomez, Connor Randall, dan Ovie Ejaria.

Para pemain junior tersebut dianggap belum siap menghadapi tekanan. Terlebih Klopp juga memainkan mereka yang lebih banyak duduk di bangku cadangan, yakni Lucas Leiva dan Alberto Moreno.

"Tidak mengerti mengapa Klopp merotasi tim. Apalagi Liverpool tidak berpartisipasi di Eropa musim ini," kata mantan striker Tottenham Hotspur Gary Lineker.

Namun, argumen tersebut runtuh dengan sendirinya melihat partisipasi klub besar lain. Chelsea, Arsenal, Manchester City, dan Tottenham juga memainkan banyak pelapis pada babak keempat Piala FA. Namun mereka mampu meraih kemenangan dan melangkah ke putaran berikut.

Kualitas Skuad Tidak Seberapa

Jika mau adil, Klopp tidak sepenuhnya salah terhadap nestapa Liverpool. Keseriusan manajemen dalam membangun skuat juga patut dipertanyakan.

Berdasar penelusuran, Liverpool hanya menduduki peringkat 6 daftar pengeluaran tertinggi transfer musim ini. Dengan dana tersebut, mereka tidak bisa membangun tim kompetitif untuk bersaing melawan mereka yang lebih royal.

Ekspresi kekecewaan Divock Origi, Lucas Leiva, dan Joe Gomez (kiri ke kanan) setelah gagal membantu Liverpool meraih kemenangan atas Wolverhampton Wanderers, Sabtu (28/1/2017). (AP Photo/Peter Byrne)

Yang ada kemudian Liverpool begitu tergantung pada pemain mahal. Kasus Sadio Mane merupakan contoh jelas. Sepeninggal Mane ke Piala Afrika 2017, The Reds hanya memetik satu kemenangan di seluruh kompetisi. Itu pun diraih atas tim Divisi IV Plymouth Argyle pada laga replay Piala FA.

Keterbatasan skuat tersebut akan menyulitkan Kloop dalam menerapkan strategi pressing tinggi. "Mengkhawatirkan melihat Liverpool sekarang. Mereka terlihat kehabisan energi karena taktik Klopp membutuhkan banyak energi," papar mantan bek Liverpool Jamie Carragher.

"Dengan skuat saat ini, secara realistis Liverpool tidak cukup bagus untuk menjuarai Liga Inggris. Di antara enam tim terkuat saat ini, barangkali mereka menempati urutan terakhir. Liverpool berada di posisi sekarang hanya karena kepemimpinan Klopp dan absen kompetisi Eropa," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya