Liputan6.com, Jakarta - Tanda tanya besar menggantung di San Siro, kandang AC Milan, sepanjang musim lalu. Ketidakjelasan soal peralihan kepemilikan dari Silvio Berlusconi kepada investor yang menjadi pemilik baru adalah sebabnya. Karena berbagai alasan, proses take over berjalan tersendat-sendat.
Itu membuat tak sedikit orang bertanya-tanya, seberapa seriuskah sang calon pemilik baru yang dikabarkan berasal dari Tiongkok itu? Satu hal yang lumayan menenangkan adalah pernyataan Berlusconi bahwa pihaknya sangat hati-hati memilih pemilik baru. Menurut dia, sangat penting untuk memastikan Milan berada di tangan orang yang tepat.
Baca Juga
Advertisement
Toh, ketika take over akhirnya benar-benar terjadi pada 13 April 2017 pun, keraguan itu tak terkikis habis. Maklum saja, jejak taipan Tiongkok di sepak bola Eropa tidaklah meyakinkan. Tak terkecuali di klub sekota, Internazionale. Apalagi Li Yonghong, sang pemilik baru, juga tak punya jejak sama sekali di dunia sepak bola.
Ini berbeda dengan para taipan dan konsorsium asal Jazirah Arab. Tengok saja kiprah Sheik Mansour Bin Zayed Al Nahyan di Manchester City. Juga Qatar Sports Investment yang dipimpin Nasser Al Khelaifi di Paris Saint-Germain. Keduanya menunjukkan komitmen sangat besar. Hasilnya, City dan PSG jadi kekuatan menakutkan di kancah sepak bola Eropa.
Keraguan mulai terkikis saat bursa transfer bergulir. Geliat Milan yang diujungtombaki Marco Fassone dan Massimiliano Mirabelli menumbuhkan asa baru di benak para fans AC Milan, Milanisti. Hingga pekan ini saja, enam pemain berhasil direkrut I Rossoneri. Mereka adalah Mateo Musacchio, Franck Kessie, Fabio Borini, Ricardo Rodriguez, Hakan Calhanoglu, dan Andre Silva. Dalam waktu dekat, Andrea Conti dikabarkan bakal menjadi pemain baru ketujuh.
Langkah ini merupakan sinyal keseriusan Milan menatap musim baru bersama pemilik baru. Bahkan, Giorgio Squinzi, Presiden Sassuolo yang juga dikenal sebagai fans berat I Rossoneri, berseloroh, "Sepertinya hanya kurang Cristiano Ronaldo."
Eks kiper Milan, Mario Ielpo, juga menilai pembelian yang dilakukan Fassone sangat menjanjikan. "Rasanya AC Milan telah beroperasi dengan baik di pasar transfer kali ini. Saya merasa Milan menjanjikan untuk kembali ke panggung internasional," urai dia kepada Pianetamilan. "Memang perlu pembuktian di lapangan. Tapi, sejauh ini sepertinya sudah bagus."
Saksikan video menarik di bawah ini:
Kejelian Fassone
Hal yang tak kalah menakjubkan dari geliat transfer I Rossoneri adalah kemampuan membeli pemain bagus dengan harga murah. Tengok saja, Rodriguez hanya diangkut dengan dana 18 juta euro atau sejuta lebih tinggi dari harga pasarnya. Uang yang dikeluarkan untuk Calhanoglu pun hanya dua juta lebih tinggi dari valuasi Transfermarkt, yakni 22 juta euro. Adapun Musacchio ditebus sesuai harga pasarnya, 18 juta euro.
Dari enam pemain yang sudah didapatkan, hanya Silva yang dibeli jauh di atas valuasi. Milan menyerahkan 38 juta euro kepada FC Porto walaupun menurut Transfermarkt, striker timnas Portugal itu hanya bernilai 22 juta euro. Itu pun sebenarnya masih jauh lebih rendah dari klausul penglepasannya. Dalam kontrak baru yang ditandatangani Silva tahun lalu, Porto menyertakan klausul penglepasan sebesar 60 juta euro.
Di tengah nilai transfer yang makin gila-gilaan dan tak masuk akal, itu adalah prestasi tersendiri. Tentu saja acungan jempol harus diberikan kepada Fassone. Tanpa kelihaiannya bernegosiasi, tak mungkin hal itu terwujud.
Karena belum diakui sebagai "transfer guru" mumpuni, kiprah Fassone saat ini terlihat mengejutkan. Padahal, rekam jejaknya terbilang apik. Mendatangkan pemain bagus dengan harga miring merupakan keahliannya. Semasa di Napoli dan Internazionale, eks manajer pemasaran Juventus tersebut sudah menunjukkan hal tersebut.
Di antara para pemain yang dibeli Fassone, rata-rata tak jauh dari kisaran harga pasarnya. Hampir tak ada yang melebihi hingga 10 juta euro dari estimasi Transfermarkt. Pengecualian hanya Geoffrey Kondogbia yang diangkut dengan dana 36 juta euro walaupun banderolnya hanya 16 juta euro.
Anomali itu, menurut Fassone, tak lepas dari faktor media massa. "Sebenarnya, bisa saja kami mendapatkan dia dengan harga jauh lebih murah," kata pria berkepala plontos itu pada 2015. "Negosiasi kami sangat terpengaruh oleh media massa."
Kemampuan istimewa pria berumur 53 tahun itu terletak pada kejelian memanfaatkan celah sekecil apa pun dalam proses negosiasi. Latar belakang sebagai ahli pemasaran sangat mungkin memegang peranan penting dalam hal ini.
Semasa di Inter, dia dengan lihai menyiasati keterbatasan transfer pemain dengan mengajukan proposal peminjaman yang disertai opsi pembelian secara permanen. Miranda dan Marcelo Brozovic adalah contoh pemain yang didapatkan lewat skema ini. Kini, lewat skema yang sama, dia memboyong Kessie dan Borini ke Milan.
Advertisement
Belum Sempurna
Berkat kejelian dan kemampuan negosiasi Fassone, kini Milan bisa lebih optimistis menatap musim 2017-18. Allenatore Vincenzo Montella pun bisa dengan penuh keyakinan menetapkan target finis di zona Liga Champions.
Menurut Montella, timnya memang tetap harus bekerja keras. Namun, kedatangan pemain-pemain baru yang membuat timnya lebih berwarna adalah harapan baru untuk meraih kembali kejayaan. Kombinasi pemain senior dan junior serta mentalitas yang ditunjukkan musim lalu, diyakininya bisa menjadi kunci sukses Milan musim ini.
Apalagi Milan belum akan berhenti beroperasi di bursa transfer. Seperti diakui Montella, masih ada beberapa pemain yang ada di daftar incarannya. "Ada dua pemain yang saya inginkan. Salah satunya mungkin dari (Liga) Jerman lagi," ungkap dia. "Mereka di posisi gelandang dan penyerang. Bukan berarti kami tak puas dengan pemain-pemain yang ada, melainkan kami ingin memperkuat skuat."
Ucapan Montella tentu sangat menarik untuk dinantikan realisasinya. Terutama bagi Ielpo yang menilai masih ada satu lubang di skuat I Rossoneri. "Mereka tak punya pengatur permainan. Seorang regista," kata dia.
Selain regista, jika merujuk pada omongan Squinzi, ada satu sosok lain yang sangat dibutuhkan Milan. Itu adalah figur pemimpin. Di tengah skuat yang didominasi pemain muda, perlu ada seorang pemain yang mampu menjadi pemimpin, pemandu, pendamping, teladan, sekaligus pengayom di lapangan. Milan butuh figur karismatik macam Ronaldo atau Zlatan Ibrahimovic.
Akankah sosok regista dan figur pemimpin itu juga yang ada di daftar milik Montella? Perjalanan waktu hingga akhir masa transfer akan menjawabnya. Terlepas dari hal itu, dengan skuat yang ada saat ini pun, Milanisti bisa jauh lebih percaya diri untuk melihat Milan bersaing di papan atas dan berusaha menghentikan dominasi Juventus. Bukankah akan sangat membosankan bila La Vecchia Signora kembali meraja untuk kali ketujuh secara beruntun?
*Penulis adalah jurnalis, komentator dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.