Liputan6.com, Barcelona - Jika bicara El Clasico, maka Lionel Messi pantas menjadi sorotan. Kontribusinya untuk Barcelona di El Clasico begitu besar dan menentukan.
Sejak Messi 'lahir' di Barcelona pada Oktober 2004 lalu, La Pulga selalu merepotkan Real Madrid. Total, Lionel Messi sudah tampil sebanyak 37 kali di El Clasico pada berbagai kompetisi. Selama itu pula, Real Madrid harus rela merasakan gelontoran gol dan siksaan dari Messi.
Advertisement
Baca Juga
Dia sudah genap mencetak 25 gol di El Clasico, termasuk satu gol dari titik penalti lawan Real Madrid di Stadion Bernabeu, Sabtu (23/12/2017) lalu. Lionel Messi unggul jauh dari legenda Madrid, Alfredo di Stefano yang baru mencetak 18 gol.
Sedangkan Cristiano Ronaldo, sang rival abadi Messi, masih terpaku di posisi ketiga dengan 17 gol. Dengan usia yang masih muda, 30 tahun, Messi masih akan melakoni duel El Clasico lainnya, paling tidak hingga tiga atau empat tahun mendatang.
Messi akan selalu jadi si pengganggu yang tak akan bisa membuat penggawa Real Madrid tidak pulas saat tidur jelang pertandingan berlangsung. Maka itu, mimpi buruk Real Madrid akan terus berlanjut selama ada Messi.
Legenda Barcelona, Xavi Hernandez meyakini Messi bisa melakukan apapun yang diinginkan. El Clasico adalah etalase yang pas untuk melihat bagaimana kehebatan Lionel Messi.
"Messi? Dia bisa melakukan apa yang diinginkannya. Lihat saja bagaimana dia selalu menguasai bola saat membongkar pertahanan lawan," ujar Xavi seperti dikutip Express.
"Dia pemain sepak bola yang tampil total, terbaik di sejarah, sebuah keajaiban. Dia winger yang hebat tapi sekarang melakukan segalanya dari tengah."
Segala Cara
Real Madrid sendiri bukan tak pernah bisa meredam Messi. Setidaknya pada laga El Clasico jilid pertama pada dua leg Piala Super Spanyol, pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane menerapkan formula jitu untuk meredam Messi.
Saat itu, dia menggunakan tiga gelandang bertahan yaitu Luka Modric, Casemiro dan Mateo Kovacic. Strategi ini berhasil meredam keganasan Lionel Messi yang hanya mampu mencetak satu gol lewat titik penalti.
Pada El Clasico 23 Desember lalu, Zidane kembali menerapkan strategi yang sama. Alhasil, Messi kembali mencetak satu gol lewat titik penalti dan satu assist untuk Aleix Vidal di gol ketiga Barcelona. Tugas untuk meredam Messi diberikan kepada Mateo Kovacic.
Gelandang bertahan asal Kroasia ini cukup sukses menjalankan tugasnya. Namun ini tak diikuti pemain lain, utamanya lini belakang Real Madrid yang teledor dalam memberikan penjagaan terhadap pemain lain sehingga terjadi tiga gol di babak kedua.
Selain itu pantas juga disoroti apakah strategi ini efektif. Soalnya, gol pertama Barcelona terjadi justru bukan gara-gara pergerakan Messi. Terlalu fokus jaga Messi membuat celah di Madrid terbuka. Inilah yang dimanfaatkan Sergio Busquets yang mengawali terjadinya gol pertama Barcelona.
"Saya di sini untuk ambil keputusan dan saya tak menyesal. Laga tadi bakal berbeda hasilnya jika kami cetak gol di babak pertama. Kami tak lakukan itu dan itulah sepak bola," ujar Zidane.
Advertisement
Tak Ada Formula
Semua pelatih Real Madrid punya cara berbeda dalam meredam Messi. Jose Mourinho dulu pernah menempatkan Pepe sebagai gelandang bertahan hanya untuk meredam keagresifan Messi di Barcelona.
Dalam formasi 4-2-3-1 kala itu, Real Madrid sukses meredam Messi dan Barcelona sehingga pertandingan berakhir 1-1. Mourinho saat itu boleh jadi belajar dari debutnya di El Clasico kala kalah telak 0-5.
Saat itu, Messi memang tidak mencetak gol. Namun Messi membuat dua assist untuk dua gol David Villa pada kemenangan 5-0 yang fenomenal itu. Laga ini juga menjadi salah satu laga paling favorit bagi Xavi Hernandez yang mencetak satu gol kala itu.
Seperti dikatakan Xavi, Messi bisa melakukan apa yang diinginkannya. Gol debutnya di El Clasio terjadi dengan cara yang fenomenal yaitu hattrick pada 10 Maret 2007 di Camp Nou.
Bocah 19 tahun itu bikin gigit jari Real Madrid karena memaksa klub ibukota Spanyol itu imbang 3-3 di Camp Nou. Sejak saat itu, semua pelatih Real Madrid berusaha keras untuk mematikan Messi. Namun, Messi adalah Messi. Dia bakal selalu sulit untuk dihentikan.
Infografis perbandingan Messi dan Ronaldo sebelum El Clasico 23 Desember: