5 Rivalitas Panas Sepak Bola di Dunia, Persib Vs Persija Salah Satunya

Berikut lima rivalitas panas klub di dunia, termasuk Persib vs Persija.

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 28 Sep 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2018, 20:00 WIB
Trivia Rivalitas Panas Klub Sepak Bola Di Dunia
Trivia Rivalitas Panas Klub Sepak Bola Di Dunia (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta - Sepak bola kerap memicu rivalitas panas hingga gesekan antarsuporter dua klub. Tensi tinggi antara suporter Persija Jakarta dan Persib Bandung bisa jadi contohnya. Padahal, sejatinya, sepak bola olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas di dalam dan luar lapangan.

Rivalitas panas antar klub sebenarnya lumrah terjadi dalam dunia sepak bola. Penyebabnya pun beragam mulai dari masalah bisnis, politik, hingga fanatisme buta yang berlanjut ke lapangan hijau.

Di Indonesia, sejarah rivalitas panas antarklub biasanya berawal dari fanatisme buta yang memicu gesekan antarsuporter. Data Save Our Soccer, sejak 1994 sudah 76 orang meregang nyawa karena fanatisme buta terhadap klub sepak bola.

Penyebab fanatisme buta itu pun sekadar karena gengsi, harga diri, dan cinta berlebihan pada klub asal kota kelahirannya. Kasus terakhir menimpa Haringga Sirla, suporter Persija Jakarta yang meregang nyawa karena dikeroyok oknum suporter Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/9/2018).

Lalu, apa penyebab dan klub mana yang memiliki sejarah rivalitas panas dari dunia sepak bola? Berikut perseteruan rivalitas panas antarklub sepak bola di dunia, termasuk Persib vs Persija, yang berhasil dirangkum Bola.com.

Real Madrid Vs Barcelona (El Clasico)

Striker Barcelona, Luis Suarez, bersitegang dengan bek Real Madrid, Sergio Ramos, pada laga La Liga Spanyol di Stadion Camp Nou, Barcelona, Minggu (6/5/2018). Kedua klub bermain imbang 2-2. (AFP/Josep Lago)

Pertandingan Real Madrid kontra Barcelona menjadi salah satu yang paling ditunggu dan dinantikan di seluruh penjuru dunia. Tak hanya di luar Spanyol, di dalam negara tersebut tensi mendadak panas karena rivalitas panjang kedua klub.

Sejak dulu, Real Madrid selalu direpresentasikan sebagai klub Spanyol asli karena letaknya berada di ibu kota Madrid, yakni pusat pemerintahan. Adapun FC Barcelona merupakan klub yang bernaung di kota Barcelona yakni ibu kota dari Catalan, wilayah Spanyol yang memiliki otonomi khusus.

Berawal dari sentimen politik, akhirnya kedua klub itu menjadi simbol perlawanan antara pemerintah yang diwakili Real Madrid melawan FC Barcelona yang mewakili Catalan, yang dianggap masih di bawah jajahan Spanyol. Tensi panas pun kerap terjadi ketika Real Madrid berjumpa Barcelona di kompetisi apapun.

Tak hanya di dalam lapangan, gesekan antarsuporter pun kerap terjadi. Penyebabnya masih seputar adu gengsi prestasi hingga sentimen politik. Suporter Madrid masih menganggap suporter Barcelona yang mayoritas orang-orang Catalan sebagai pemberontak. Sebaliknya orang Catalan menganggap masyarakat Madrid yang mewakili Spanyol sebagai penjajah.

AC Milan Vs Inter Milan (Derby della Madonnina)

Pemain AC Milan, Ignazio Abate (kiri), bersitegang dengan pemain Inter Milan, Jeison Murillo, pada lanjutan Serie A Italia di Stadion San Siro, Milan, Senin (1/2/2016) dini hari WIB. (AFP/Olivier Morin)

Kota Milan sebenarnya awalnya hanya memiliki satu klub sepak bola. Berawal dari seorang Inggris bernama Alfred Edward yang mendirikan klub bernama Milan Cricket and Football Club pada 16 Desember 1899.

Tak butuh waktu lama, Milan berhasil meraih gelar pertama Liga Nasional Italia pada 1901 alias setelah dua tahun terbentuk. Milan juga kemudian menjadi juara pada 1906 dan 1907.

Petaka kemudian terjadi pada 1908. Milan terpecah hanya karena masalah yang sepele yakni tak sepaham dalam urusan pembelian pemain asing. Lahirlah klub bernama F.C. Internazionale Milano.

Inter lahir dengan materi pemain mayoritas yang berasal dari luar Italia. Adapun AC Milan mempertahankan budaya karena dihuni pemain lokal.

Sampai saat ini, kedua klub menghuni stadion yang sama. Hanya perubahan penyebutan saja yang diganti ketika salah satunya memainkan laga kandang yakni Stadion Giuseppe Meazza untuk Inter dan Stadion San Siro untuk AC Milan.

Pertandingan keduanya pun kerap berjalan panas di dalam dan luar lapangan. Apalagi karena laga tersebut menjadi ajang perebutan status penguasa kota Milan.

Manchester United Vs Liverpool (The North West Derby)

Bek Manchester United, Eric Bailly bersitegang dengan striker Liverpool, Dominic Solanke pada laga Premier League di Stadion Old Trafford, Manchester, Sabtu (10/3/2018). MU menang 2-1 atas Liverpool. (AFP/Oli Scarff)

Rivalitas Manchester United dan Liverpool sebenarnya berawal bukan dari perkara sepak bola. Sektor bisnis akan latar belakang kedua kota menjadi api pertama yang menyalakan rivalitas permusuhan.

Pada abad ke-19, hubungan kedua kota tempat klub-klub tersebut bernaung sebenarnya berjalan harmonis. Liverpool merupakan kota pelabuhan terbesar dan tersohor di Inggris. Adapun Manchester adalah kota pertama yang perekonomiannya cukup maju setelah revolusi industri melanda Inggris.

Hubungan manis kemudian retak pada 1878. Gonjang-ganjing perekonomian dunia, Inggris khususnya, membuat Manchester secara tidak langsung menyalahkan Liverpool karena dianggap terlalu menerapkan tarif tinggi buat jalur distribusi produk-produk mereka.

Buntutnya, kota Manchester akhirnya membangun pelabuhan sendiri untuk mendistribusikan hasil industri ke seluruh dunia. Imbasnya, pendapatan kota dan penduduk Merseyside menurun drastis. Inilah awal mulai api kebencian berasal.

Kebencian demi kebencian kemudian merambah ke dunia sepak bola. Apalagi Liverpool ketika itu lebih berprestasi ketimbang Manchester United, klub asal kota Manchester.

Sejak tahun 1970an sampai awal 1990an, Liverpol merupakan klub yang sangat disegani di Inggris. Sampai akhirnya Manchester United berhasil membongkar dominasi The Reds memasuki era 1990-an, ketika di asuh Sir Alex Ferguson.

Jika ditotal, Manchester United masih menjadi penguasa Inggris dengan torehan 20 gelar liga domestik. Adapun Liverpool mandek di angka 18 gelar yang terakhir direngkuh pada 1990.

Boca Juniors vs River Plate (Super Clasico)

Laga bertajuk Super Claciso yang mempertemukan antara Boca Juniors vs River Plate menjadi salah satu pertandingan rivalitas yang panas di dunia sepak bola. (AFP/Alejandro Pagni)

River Plate dan Boca Junior merupakan klub yang sama-sama berasal dari Buenos Aires, ibu kota Argentina. Pertandingan yang melibatkan kedua tim tersebut diberi nama Super Clasico, alias lebih satu tingkat dari El Clasico yang mempertemukan Real Madrid vs Barcelona.

Sebab, laga Super Clasico tak sekadar dari pertandingan sepak bola. Ada strata sosial, ekonomi, estetika, dan sejarah di dalamnya. Ketika Super Clasico digelar, maka laga tersebut akan menyedot perhatian hampir 3/4 jumlah penduduk Argentina.

Survey pernah mencatat, sebanyak 31,5 juta dari 42 juta orang Argentina adalah penggemar setia River Plate dan Boca Juniors. Tak ayalnya laga ini sangat dinanti-nantikan seluruh masyarakat Argentina yang harus terpecah selama 90 menit pertandingan.

Sebab, buat masyarakat Argentina, Boca Juniors dan River Plate merupakan agama mereka. Tak jarang, gesekan antar suporter kedua tim tak hanya terjadi di luar lapangan, bahkan bisa terjadi di dalam stadion.

Persija Jakarta Vs Persib Bandung (Derby Indonesia)

Pemain Persib Bandung saat bersitegang dengan pemain Persija Jakarta pada laga Liga 1 di Stadion GBLA, Jawa Barat, Minggu (23/9/2018). Persib menang 3-2 atas Persija. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Mengacu pada sejarah sepak bola Indonesia, Persija Jakarta sebenarnya bukan masuk hitungan musuh bebuyutan Persib Bandung di era Perserikatan. Duel klasik yang kerap berlangsung panas karena melibatkan massa besar dan suporter fanatik sebenarnya terjadi kalau Persib berjumpa klub-klub semisal PSMS Medan, PSM Makassar, hingga Persebaya Surabaya.

Jadi, bisa dibilang pertandingan Persib kontra Persija sebenarnya tak ayalnya sebagai laga biasa. Bahkan, bisa dibilang kedua klub ini sebenarnya awalnya punya hubungan manis.

Kedekatan kedua klub tetangga itu akhirnya retak pada putaran kedua Liga Indonesia 2001. Suporter Persija yakni The Jakmania mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Viking. Bentrokan bahkan tak bisa terelakkan yang mengakibatkan korban luka.

Padahal, pada putaran pertama ketika Persija menjamu Persib di Stadion Lebak Bulus, The Jakmania dengan ramah memberikan sambutan pada Viking. Sejak saat itu, kebencian pun tertanam dan merambah ke setiap generasi. 

Setiap pertandingan yang mempertemukan Persib kontra Persija tersebut pasti terjadi gesekan antarsuporter. Sejak 2012, sebanyak tujuh orang dari kedua klub meregang nyawa akibat gesekan antarsuporter.

Sumber: www.bola.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya