3 Alasan MU Akan Memiliki Musim yang Buruk di 2019-20

MU diprediksi akan kembali menjalani musim yang mengecewakan di Liga Inggris 2019-20. Ada sejumlah alasan yang mendukung prediksi itu.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 21 Jun 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2019, 13:00 WIB
Scott McTominay
Manajer Manchester United (MU) Ole Gunnar Solskjaer bersama Scott McTominay. (AFP/Oli Scarff)

Liputan6.com, Manchester - Manchester United (MU) finis di peringkat keenam Liga Inggris musim 2018-19. Tim ini sangat mengecewakan di lapangan dan membuat ribuan pendukung MU kecewa.

Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer kini berupaya membangun kembali skuatnya untuk bisa bersaing di musim depan. Namun, sejumlah pemain penting dalam skuatnya belum berkomitmen tentang masa depannya di klub.

Salah satunya adalah Paul Pogba. Gelandang asal Prancis itu sudah mengutarakan keingginannya meninggalkan Old Trafford karena ingin mencari tantangan baru.

Sementara di bursa transfer musim panas, MU baru merekrut satu pemain. Daniel James diboyong dari Swansea City dengan nilai transfer 15 juta pound plus tiga juta pound tergantung variabel lainnya.

Absennya MU di Liga Champions musim depan membuat tim berjuluk Setan Merah ini kesulitan untuk mendatangkan pemain bintang. Situasi ini membuat prospek klub di musim depan diprediksi tidak bagus.

Berikut 3 Alasan MU akan memiliki musim yang mengecewakan di 2019-20:

 

 

3. Kurangnya Pengalaman Ole Gunnar Solskjaer

Manchester United Vs Watford
Manajer Manchester United (MU) Ole Gunnar Solskjaer. (AP/Martin Rickett)

Setelah ditunjuk sebagai manajer sementara pada Desember 2018, Ole Gunnar Solskjaer menunjukkan semangat MU dalam penampilannya di dua bulan pertama. Sentuhan juru taktik asal Norwegia itu membawa MU kembali ke posisi empat besar.

Tapi, setelah itu MU kembali tampil buruk. Paul Pogba dan kawan-kawan gagal memenangkan sejumlah laga. Pengangkatan Solksjaer sebagai manajer tetap tidak memberi dampak positif.

Solskjaer yang tidak memiliki pengalaman di level tinggi membuat MU diprediksi sulit bangkit di musim 2019-20. MU saat ini membutuhkan manajer berpengalaman yang pernah mengalami situasi seperti dini di masa lalu.

 

2. Tidak Memiliki Sosok Pemimpin di Skuat

Pemain Era Sir Alex Ferguson
Kapten Manchester United (MU) Ashley Young (AFP/Paul ELlis)

Pada sejumlah laga musim lalu, MU tidak mampu bangkit setelah kebobolan satu atau dua gol di awal pertandingan. Terlepas dari kemenangan bersejarah melawan Paris Saint-Germain di babak 16 besar Liga Champions.

Hal ini diakibatkan kurangnya sosok pemain yang dapat menjadi pemimpin di lapangan. Bahkan, Ashley Young yang didaulat menjadi kapten tim justru menjadi salah satu pemain terburuk pada musim palu.

Paul Pogba dan David De Gea bisa memecahkan masalah tersebut. Tetapi, masa depan kedua pemain ini masih mengambang.

Ander Herrrea telah pergi dan hanya ada sedikit individu dalam skuat MU yang memiliki pengalaman serta keterampilan guna mengangkat tim dalam situasi sulit. MU sepertinya berharap ada pemain baru yang meningkatkan aspek skuat ini.

 

1. Kurangnya Gaya Bermain

Para pemain Manchester United merayakan gol yang dicetak Jesse Lingard ke gawang Arsenal. (AFP/Daniel Leal-Olivas)
Para pemain Manchester United merayakan gol yang dicetak Jesse Lingard ke gawang Arsenal pada laga Piala FA di Stadion Emirates, London, Jumat (25/1). Arsenal kalah 1-3 dari MU. (AFP/Daniel Leal-Olivas)

Manchester United (MU) telah kehilangan gaya bermainnya. Saat masih dilatih Sir Alex Ferguson, MU tampil penuh semangat lewat serangan cepat dari kedua sayap.

Kini, gaya bermain MU sangat bergantung pada serangan balik. Tapi, dalam beberapa kesempatan, MU gagal menerapkannya karena kinerja buruk bek sayap. Tidak seperti dulu, dimana MU dengan mudah menembus pertahanan lawan.

Hal ini telah memengaruhi identitas klub dan proses membangun kembali skuat MU. Gaya bermain bisa menjadi alasan utama MU akan kembali mengalami musim yang mengecewakan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya