Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ONE Championship sebagai properti media olah raga dunia menunjukkan angka yang fenomenal hanya dalam kurun waktu beberapa tahun.Beberapa media internasional bahkan telah menobatkan ONE sebagai properti media olah raga global terbesar di sepanjang sejarah Asia.
Pada tahun 2018, rata-rata penonton yang menyaksikan satu ajang ONE Championship adalah 20 juta orang, yang merupakan lonjakan fantastis dari angka 700.000 penonton tiga tahun yang lalu.
Baca Juga
Advertisement
Menurut CEO ONE Championship, Chatri Sityodtong, terdapat ruang bagi organisasinya bertumbuh dengan pesat, seiring misinya menambah jumlah pergelaran dalam setahun dan melebarkan sayap di belahan dunia lain.
Ketika ditanya oleh MMA Junkie, sebuah outlet media yang khusus membahas perkembangan dunia seni bela diri campuran, Chatri tidak menampik kemungkinan ONE bekerja sama dengan promotor lain.
"Saya pikir, satu-satunya organisasi yang membuat saya tertarik untuk menyelenggarakan agenda bersama adalah UFC, untuk menampilkan laga antara Juara Dunia melawan Juara Dunia," katanya.
"UFC merupakan [organisasi] nomor satu di barat, dan ONE Championship adalah nomor satu di Timur. Ini akan menjadi seperti pertemuan antara yang terbaik di barat menghadapi yang terbaik di timur.”
"Saya pikir hal ini akan menjadi sebuah cerita menarik bagi [penggemar] di dunia dan membuat mereka ingin menyaksikannya," tuturnya.
Bukan Hal Asing
Kerjasama antar dua organisasi olahraga berbeda untuk mempromosikan sebuah agenda bukanlah hal yang asing, seperti yang terjadi pada tahun 2017 saat UFC berpartner dengan Mayweather Promotions untuk menampilkan laga antara Floyd Mayweather melawan Connor McGregor.
Meski demikian, pertukaran atlet antar organisasi nampaknya merupakan opsi yang lebih memungkinkan saat ini. Perpindahan Ben Askren ke UFC dari ONE dan sebaliknya, perpindahan Demetrious Johnson ke Asia menjadi buktinya.
Chatri pun mengakui bahwa menyelenggarakan agenda bersama bukanlah sesuatu yang dapat terealisasi dalam waktu dekat.
“Saya pikir hal ini merupakan sesuatu yang menarik jika terealisasi, namun tak pernah saya bayangkan sebelumnya itu bisa terjadi. Saya sangat bersyukur UFC telah memainkan perannya,” ungkap Chatri.
Dominasi antara dua organisasi ini dalam dunia MMA memang cukup kentara. Para bintang MMA dunia saat ini mayoritas bernaung di ONE dan UFC, dimana promotor asal Asia ini memiliki potensi untuk mengalahkan popularitas UFC di tanah kelahirannya, Amerika Serikat.
ONE tengah membidik pasar Amerika dan berencana menggelar ajang di negeri Paman Sam, seperti diungkapkan Chatri dalam unggahan di media sosial resmi ONE.
Bagi “The Terminator” Sunoto, atlet senior Indonesia yang bertanding di divisi bantamweight, ide ONE untuk merambah pasar Amerika merupakan sebuah angin segar.
Sunoto menganggap pecinta MMA di Amerika memiliki minat yang tinggi pada bela diri, teruatama karena ONE memiliki visi yang berbeda jika dibandingkan promotor yang ada disana saat ini.
“ONE akan memiliki pasar tersendiri di Amerika karena memiliki ciri khas dan kental akan budaya Asia,” ujarnya, merujuk pada nilai-nilai ketimuran yang diusung ONE, seperti respek, kepedulian, disiplin dan kehormatan.
Advertisement
Ide Menarik
Senada dengan Chatri, “The Terminator” menganggap pertemuan juara dunia dari ONE menghadapi juara dunia UFC akan menjadi laga yang menarik.
Tetapi, hal ini mungkin sulit terwujud karena perbedaan kultur antar kedua organisasi.
Lain halnya dengan Anthony “The Archangel” Engelen, yang mendukung ide untuk mempertemukan petarung terbaik dari dua belahan dunia berbeda ini.Namun, “The Archangel” juga mengakui bahwa ada berbagai tantangan serta pertimbangan untuk mewujudkan wacana tersebut.
“Meskipun saya tak yakin bisa terwujud, tapi mari kita lihat apa yang bakal terjadi. Dan saya pribadi menantikan itu,” tutupnya.