Virus Corona Sampai ke Jepang, Amankah Olimpiade Tokyo 2020?

Virus corona bukan satu-satunya virus yang menghantui perhelatan event olahraga seperti Olimpiade 2020.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 23 Jan 2020, 20:40 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2020, 20:40 WIB
Medali Olimpiade Tokyo 2020
Medali Olimpiade Tokyo 2020 resmi diumumkan kepada publik saat seremoni untuk merayakan momen satu tahun jelang Olimpiade di Tokyo, Rabu (24/7/2019). Medali yang didesain Junichi Kawanishi itu berdiameter 85 mm dan dihiasi gambar dewi Yunani, Nike serta logo Olimpiade. (Behrouz MEHRI/AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Kemunculan virus corona mulai menimbulkan keresahan di sejumlah negara. Apalagi kasusnya telah ditemukan di luar China, termasuk Jepang yang bakal jadi tuan rumah Olimpiade Musim 2020. 

Virus corona atau coronavirus mewabah di kota Wuhan, China dan telah menginfeksi 600 orang. Hingga saat ini, 17 orang dinyatakan meninggal dunia setelah terjangkit virus mematikan tersebut.

Virus ini belum menyebabkan penderita mengalami demam hingga infeksi paru-paru akut. Dan hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang mampu menangkal virus yang diduga berasal dari hewan itu. 

Wabah virus coronamembuat pertandingan kualifikasi Olimpiade 2020 untuk cabang olahraga tinju yang seharusnya berlangsung di Wuhan pada awal Ferbruari mendatang terpaksa harus dibatalkan. Selain itu, kualifikasi untuk cabang olahraga sepak bola wanita juga akhirnya dipindahkan ke Nanjing. 

Jepang seperti dilansir dari deccanherald, sejauh ini baru menemukan satu kasus virus corona. Meski demikian, ancaman virus ini dikhawatirkan bakal lebih besar saat Olimpiade 2020 mendatang, mengingat ribuan orang dari berbagai negara termasuk China akan datang untuk ambil bagian. 

"Kami harus berhati-hati mengenai penyakit menular yang mungkin muncul pada Olimpiade Tokyo," kata Kazuhiro Tateda, presiden Asosiasi Penyakit Menular Jepang, Rabu (22/1/2020). 

"Dalam acara massal seperti ini, risiko meningkat, di mana bakteri resisten bisa ditularkan lewat penyakit," ujarnya menambahkan.  

Sadar akan resiko yang dihadapi, panitia lokal Olimpiade 2020 mengaku telah bekerja sama dengan pejabat berwenang. "Penanggulangan terhadap penyakit menular merupakan bagian penting dari rencana kami dalam menciptakan Olimpiade 2020 yang aman dan nyaman," pernyataan Tokyo 2020. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

Bukan yang Pertama

Cincin Olimpiade Raksasa Mejeng di Tokyo
Kapal tongkang membawa Cincin Olimpiade dekat Rainbow Bridge di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Ancaman penyakit mematikan sebenarnya bukan kali pertama menghantui jalannya perhelatan akbar olahraga. Sebelumnya, virus zika juga sempat mengancam perhelatan Piala Dunia Brasil 2016 lalu.

Virus yang disebarkan oleh nyamuk tersebut awalnya terdeteksi muncul di Uganda, Afrika. Namun penyebarannya terus meluas hingga ke sepanjang Pantai Pasifik hingga Amerika. Pada tahun 2015 -2016, virus yang menyebabkan bayi lahir cacat ini  menjadi epidemi dan menyebar hingga ke Brasil.  

Meski membuat banyak pihak khawatir, Piala Dunia 2016 tetap berlangsung sesuai jadwal.

Jepang sejauh ini telah meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyebaran virus corona. Pemerintah Matahari Terbit mengimbau warganya untuk tidak berkunjung ke lokasi endemik, Wuhan, China. 

 

Tidak Panik

Cincin Olimpiade Raksasa Mejeng di Tokyo
Sejumlah orang makan di restoran hotel ketika kapal tongkang membawa Cincin Olimpiade di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Sementara itu, Ikuo Tsunoda, profesor mikrobiologi di Universitas Kindai, mengatakan, kemunculan virus corona harus disikapi hati-hati. Sebab menurutnya, kepanikan dan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah seperti ini terkadang lebih besar dari bahaya penyakit yang dihadapi. 

Dia mencontohkan kasus sapi gila yang sempat mewabah 2000 lalu. Saat itu Jepang melarang impor sapi dari Amerika Serikat dan negara-negara lain meski sedikit bukti penularan kepada manusia.

"Virus corona ini, tentu saja mematikan. Tetapi informasi yang tidak pasti atau tidak akurat menyebar begitu cepat, "kata Tsunoda.

" Daripada virus itu sendiri, rumor membuat masyarakat panik, dan itu menyebabkan kekacauan. "

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya