Jakarta - PSSI menggelar peringatan hari lahir, Minggu (19/4/2020). Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan berharap pendiri PSSI, Soeratin Sosrosugondo diusulkan menjadi pahlawan nasional.
"Segala hormat dan doa kita sampaikan kepada Allah SWT untuk para pahlawan sepak bola yang telah berpulang mendahului kita, terutama almarhum Soeratin Sosrosugondo,” kata Iwan Bule dinukil dari laman resmi PSSI.
Baca Juga
"Kami akan terus berjuang, agar almarhum Bapak Soeratin bisa memperoleh anugerah sebagai pahlawan nasional, atas seluruh jasanya membuat sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa di era pergerakan menuju kemerdekaan," katanya lagi.
Advertisement
Pada 19 April 1930 lalu, tujuh belas tokoh dari tujuh perwakilan klub Perserikatan berkumpul membentuk organisasi sepak bola di Indonesia. Organisasi itu adalah PSSI.
Soemantri, seorang insinyur teknik sipil lulusan Jerman, adalah sosok yang menggagas pembentukan PSSI, sekaligus menjadi Ketua Umum PSSI selama sepuluh tahun pertama.
Setelah sembilan dekade berlalu, Soeratin belum dianggap sebagai pahlawan nasional. Padahal, banyak jasa-jasa beliau buat sepak bola Indonesia.
Alat Perjuangan Bangsa
Dengan semangat Sumpah Pemuda yang diikrarkan dua tahun sebelumnya, PSSI disepakati berdiri sebagai alat perjuangan bangsa, menentang penjajah lewat jalur olahraga, khususnya sepak bola. Pada perkembangannya, sampai sekarang sepak bola menjadi olahraga paling digemari di Indonesia.
Tanpa ada inisiatif dari Soeratin dan keberanian tujuh klub membentuk wadah sepak bola milik pribumi, barangkali tidak akan pernah ada PSSI.
Tujuh klub pendiri PSSI itu adalah Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB).
klub-klub itu adalah para pendiri PSSI bersama Soeratin dalam pertemuan di Yogyakarta pada 19 April 1930. Nama dengan Bahasa Belanda itu merupakan nama pertama yang dipakai mengingat situasi dan kondisi di masa penjajahan Belanda.
Namun, referensi dari buku "Sepak Bola Perjuangan (PSSI 1930-1940): Melawan Penjajahan dari Lapangan Hijau", menyebutkan sebenarnya sangat banyak klub dari berbagai penjuru nusantara yang ingin datang menghadiri pembentukan PSSI di Yogyakarta, tetapi banyak klub terkendala transportasi dan finansial hingga kesulitan datang. Akhirnya, hanya tujuh klub yang bisa hadir dalam pertemuan kala itu.
Disadur dari: Bola.com (penulis Gregah, published 19/4/2020)
Advertisement