One Championship: Cara Adrian Mattheis Tingkatkan Kemampuan Grappling

Dalam 13 laga yang ia lalui di divisi strawweight One, Adrian Mattheis telah berhasil mencetak 9 kemenangan dengan 4 diantaranya lewat teknik kuncian, dan empat lewat TKO.

oleh Jonathan Pandapotan Purba diperbarui 01 Mei 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2020, 17:00 WIB
Adrian Mattheis (One Championship)
Adrian Mattheis (One Championship)

Liputan6.com, Jakarta - Adrian “Papua Badboy” Mattheis merupakan salah satu atlet Indonesia yang tengah bersinar dalam kancah seni bela diri campuran di One Championship. Atlet berusia 26 tahun tersebut memiliki kemampuan lengkap baik saat beradu striking ataupun saat bergulat.

Seni bela diri campuran, atau yang juga dikenal sebagai mixed martial arts, memang mewajibkan setiap petarung untuk bisa mengkombinasikan segala teknik bela diri. Itulah sebabnya Adrian terus meningkatkan kemampuan grappling di atas matras, meskipun ia awalnya adalah seorang striker yang kerap menunjukkan tinjuan serta tendangan saat berlaga.

Adrian adalah juara kickboxing nasional yang meraih medali perunggu dalam ajang SEA Games di Filipina tahun 2019 lalu. Namun perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir telah menjadikannya seorang atlet dengan kemampuan komplet.

Terbukti, dalam 13 laga yang ia lalui di divisi strawweight One, ia telah berhasil mencetak 9 kemenangan dengan 4 diantaranya lewat teknik kuncian, dan empat lewat TKO.

Tidak main-main, atlet asal India, Filipina dan Kamboja pernah menjadi korban dari kuncian rear-naked choke licin yang disarangkan oleh “Papua Badboy” ini. Perkembangan serupa juga dikemukakan oleh pelatih grappling Adrian di sasana Tiger Shark Fighting Academy, David Krav.

David, yang membina grappling Adrian sejak awal, juga melihat bagaimana progres eksponensial tersebut diperlihatkan oleh anak didiknya.

“Kemajuan Adrian sedari dulu sangat signifikan. Bagaimana feeling, motion serta pemahaman positioning-nya menurut saya Adrian sudah well-rounded as an athlete in MMA,” ungkap pria yang memegang sabuk ungu Brazilian Jiu-Jitsu dan sabuk coklat Luta Livre ini dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

Tak hanya itu, atlet asal Sorong, Papua tersebut juga memberikan performa apiknya, ketika ia mampu menggagalkan kuncian mematikan dari atlet spesialis grappling, Stefer “The Lion” Rahardian dalam ajang One: Dawn of Valor pada Februari silam ini.

One Championship tengah menunda beberapa akang di depan hingga situasi global terkait Covid-19 membaik. Rencananya, ajang kedepan akan diselenggarakan tertutup.

Dalam sebuah wawancara eksklusif, David mengungkap tiga resep jitu yang mampu mentransformasi kemampuan grappling “Papua Badboy”, berikut di antaranya"

 

1. Isolated Sparring Drill

Adrian Matheis
Adrian Mattheis saat beraksi di atas ring. (ONE Championship)

Dalam tiap sesi latihannya, David selalu menggelar latihan tanding terisolasi, atau isolated sparring, yang terfokus pada kedua atlet yang saling mengincar kuncian dan berusaha melepaskan diri dalam sebuah posisi grappling tertentu.

“Sebagai contoh, jika memulai dari back position, sang atlet yang berada di posisi ini harus mencari submission melalui back control apa pun. Dia dapat mengincar choke [cekikan], [kuncian] armbar atau kneebar,” jelasnya.

“Sebaliknya, untuk atlet yang sedang ada dalam posisi bertahan, ia harus mencoba keluar dari posisi tersebut.”

2. Pentingnya Repetisi

Aksi Adrian Mattheis di ONE: Masters of Destiny (Ist)
Aksi Adrian Mattheis di ONE: Masters of Destiny (Ist)

Ia menerapkan pola latihan yang menuntut para atletnya melakukan satu gerakan dengan repetisi tinggi. Tidak main-main, ia bahkan dapat mematangkan satu gerakan dalam kurun waktu dua bulan.

“Biasanya setiap dua bulan kita melatih teknik yang sama. Kita terus menerus melatih satu teknik dengan banyak repetisi. Saya sangat menitikberatkan [latihan Adrian dan atlet lainnya] di repetisi,” katanya.

3. Analisa Dan Eksekusi

Adrian Mattheis
Aksi Adrian Mattheis di ONE: Masters of Destiny (Ist)

Kebiasaan menganalisa pertandingan para atlet bela diri lain ini sudah menjadi sebuah rutinitas yang selalu dilakukan.

“Kita sering duduk bersama, menyaksikan video pertandingan. Kita juga selalu menganalisa cara bertanding calon lawan menjelang laga yang ditentukan. Dan juga, kita membuat analisa jalannya pertandingan, terutama terkait gerakan [untuk mengincar] submission dan [aspek] ground game,” pungkas David.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya