Liputan6.com, Jakarta - Menyambut akhir pekan ini yang menghadirkan derby Madrid dan Manchester, ada cerita tentang perseteruan dari kota terbesar kedua di Brasil, Rio de Janeiro.
Seperti rivalitas lainnya, Fluminense dan Flamengo merepresentasikan dua sisi berbeda. Di negara dengan tradisi sepak bola kental, konflik keduanya bahkan menjadi salah satu yang tertua sepanjang sejarah.
Baca Juga
Persaingan di antara mereka punya dimensi berbeda meski Rio de Janeiro memiliki klub lain yang juga berprestasi, Botafogo dan Vasco da Gama.
Advertisement
Maka mustahil menceritakan Fluminense atau Flamengo tanpa melibatkan satu sama lain.
Saksikan Video Flamengo Berikut Ini
Sejarah Berdiri
Fluminense didirikan Oscar Cox, olahragawan kelahiran Brasil dari orang tua Inggris pada 17 Juli 1902. Warna kebesaran klub adalah merah, putih, dan hijau.
Semula Cox ingin menggunakan nama Rio Football Club, tapi batal karena sudah ada organisasi lain dengan identitas sama.
Dia lalu mencari inspirasi lokal dan memakai sebutan Latin dari Rio de Janeiro, Flumen, sebagai jati diri klub.
Cox tampil di laga resmi pertama Fluminense ketika mereka mengalahkan Rio FC 8-0. Dia juga berpartisipasi saat Fluminense merebut gelar pertama, Campeonato Carioca 1906, yakni Kejuaraan Regional Provinsi Rio de Janeiro.
Salah satu pemain kunci lain dari tim juara itu adalah Alberto Borgerth. Putra ayah Brasil dan ibu Hungaria, Borgerth merupakan atlet luar biasa. Namun, dia dan beberapa rekannya dikeluarkan dari klub karena berselisih dengan manajemen pada September 1911.
Tidak terima, Borgerth memutuskan kembali ke Clube de Regatas do Flamengo, tempat dirinya mendayung saat masih anak-anak.
Flamengo pada saat itu memang lebih dikenal sebagai klub mendayung. Namun Borgerth tidak peduli. Dia bahkan sukses mendirikan divisi sepak bola di klub pada 24 Desember 1911.
Rivalitas Fluminense dan Flamengo tetap memanas meski peruntungan keduanya belakangan timpang. Fluminense tidak pernah merebut gelar sejak 2012.
Sedangkan Flamengo memenangkan Carioca 2020. Berstatus juara bertahan Brasil dan Copa Libertadores, mereka juga masih terlibat persaingan gelar kedua ajang tersebut.
Advertisement
Perbedaan Mencolok
Sejak berdiri, Fluminense mengasosiasikan diri dengan masyarakat papan atas Rio de Janeiro berkat koneksi Inggris. Para suporter kerap memakai busana mewah saat menyaksikan pertandingan.
Akibatnya, Fluminense melarang pemain keturunan merepresentasikan tim. Salah satu pemain berwarna yang sempat tampil, Carlos Alberto, sampai harus menggunakan tepung beras untuk menutup wajahnya sebelum bertanding. Langkah itu terpaksa diambil agar fans tidak bergejolak.
Pemilihan pemain berdasar warna kulit itu akhirnya menjadi identitas klub, meski kini tidak lagi diterapkan. Namun, suporter Fluminense masih bangga akan praktik lama sampai sekarang. Mereka bahkan menciptakan lagu yang dikumandangkan setiap pertandingan. Di laga besar, pendukung juga kerap melempar tepung beras ke lapangan untuk mengenang tradisi sekaligus menakuti lawan.
Flamengo mengambil langkah berbeda. Mereka menjadi klub untuk semua warga. Pendukung mereka biasanya datang dari kelas pekerja.
Berbekal pendekatan itu, Flamengo pun menjadi salah satu klub dengan jumlah pendukung terbanyak di Brasil. Padahal mereka lebih muda ketimbang Fluminense.
Maka rivalitas kedua klub bisa dimengerti. Mereka merepresentasikan dua jiwa berbeda dari satu kota. Tidak ada pemilahan berdasar agama atau politik, hanya sebatas harga diri. Sama seperti persaingan kakak adik.
Buang Bola ke Danau
Ada beberapa duel kedua klub yang dikenang. Salah satunya pertemuan di 1963 ketika 194 ribu orang menuhi Maracana.
Laga itu pun menempati peringkat tiga daftar laga dengan jumlah penonton terbanyak, setelah final Piala Dunia 1950 dan laga internasional Brasil vs Paraguay pada 1954. Sayang, duel Flamengo vs Fluminense itu kurang dramatis dan berakhir 0-0.
Pada 1916, laga keduanya di Carioca menjadi pertandingan sepak bola pertama yang dihentikan karena serangan suporter. Fans Fluminense masuk lapangan karena tidak terima keputusan wasit yang mengizinkan Flamengo mengambil ulang penalti tiga kali.
Di ajang sama tahun 1941, Flamengo dan Fluminense berduel mempertaruhkan gelar. Pertandingan berlangsung di markas Flamengo dekat Danau Rodrigo de Freitas.
Flamengo membutuhkan kemenangan dengan Fluminense hanya perlu imbang. Skor menunjukkan angka 2-2 di babak pertama.
Setelah itu duel berlangsung penuh intrik. Fluminense memanfaatkan lokasi pertandingan dan menendang bola sejauh mungkin ke danau. Mereka ingin membuang waktu karena butuh usaha mengambil si kulit bundar.
Namun, kubu Flamengo mengantisipasi strategi tersebut. Mereka menempatkan beberapa pendayung di danau supaya bola lebih cepat kembali. Sayang taktik Flamengo tidak cukup karena Fluminense sukses mempertahankan skor laga dan membawa pulang titel.
Advertisement
Laga Kontroversial
Duel paling terkenal antara keduanya terjadi pada 1995 dan dikenal sebagai 'pertandingan perut'. Kembali mereka bersua mempertaruhkan gelar Carioca. Tapi kali ini Flamengo yang cukup mengincar seri dan Fluminense wajib berjaya.
Fluminense unggul 2-0 di babak pertama berkat gol Renato Gaucho dan Leonardo. Namun Flamengo menyamakan kedudukan melalui Romario dan Fabinho selepas jeda.
Dengan laga seakan berakhir imbang, skor berubah tiga menit sebelum selesai. Renato Gaucho kembali merobek gawang Flamengo setelah membelokkan umpan silang rekan, kali ini menggunakan perut. Gol ini menjadi kontroversi karena Renato Gaucho dalam posisi offside.
Gol pun tidak tercatat atas namanya, melainkan Ailton yang melepas umpan.
Legenda dan Bintang
Renato Gaucho merupakan salah satu pemain penting dalam sejarah Fluminense, bersama nama lain seperti Tele Santana dan Rivelino. Sementara di kubu Flamengo ada Zico yang mencolok.
Dan seperti kebanyakan rivalitas lain, banyak bintang sudah merepresentasikan kedua klub, di antaranya Romario dan Ronaldinho.
Advertisement
Beda Peruntungan
Rivalitas Fluminense dan Flamengo meski peruntungan keduanya belakangan timpang. Fluminense tidak pernah merebut gelar sejak 2012.
Sedangkan Flamengo memenangkan Carioca 2020. Berstatus juara bertahan Brasil dan Copa Libertadores, mereka juga masih terlibat persaingan gelar kedua ajang tersebut.