Liputan6.com, Jakarta Hari Pahlawan selalu diperingati pada tanggal 10 November setiap tahunnya. Momen ini sekaligus untuk memperingati perjuangan Indonesia menghadapi pertempuran besar pada 10 November 1945 di Surabaya.
Menurut pedoman Hari Pahlawan Nasional yang dikutip Liputan6.com, terjadi pertempuran besar antara tentara Indonesia dan pasukan Inggris pada 10 November 1945. Pertempuran ini merupakan yang pertama kali pecah pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga
Pertempuran di Surabaya menjadi salah satu yang terberat sepanjang sejarah revolusi nasional sehingga dijadikan simbol perlawanan bangsa. Pada momen peringatan Hari Pahlawan 2021, rakyat Indonesia umumnya mengenang para pejuang yang membebaskan negara dari penjajah.
Advertisement
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani.
Meski demikian, belakangan, makna pahlawan di masyarakat berkembang lebih luas. Pahlawa kini tak hanya merujuk pada mereka yang memanggul senjata di pertempuran, tetapi juga atlet yang mengharumkan nama bangsa di berbagai cabang olahraga, termasuk tinju.
Indonesia memiliki sejumlah atlet tinju yang berhasil menyandang gelar juara dunia. Gelar tersebut bukan hanya bermakna bagi petinju itu sendiri, melainkan juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berikut merupakan sederet petinju nasional yang layak disebut sebagai pahlawan berkat prestasinya di kancah internasional.
Ellyas Pical
Ellyas Pical merupakan salah satu legenda tinju Indonesia. Lahir di Saparua, Maluku pada 1960, Ellyas menjadi petinju profesional Indonesia pertama yang meraih gelar internasional. Salah satu prestasi membanggakan dari pria 61 tahun ini terukir di Seoul pada Mei 1984 silam.
Ellyas yang bertanding melawan petinju tuan rumah, Hi-yung Chung, sukses menang angka melalui pertarungan 12 ronde. Sejak saat itu, nama Ellyas kian dikenal di kancah tinju internasional.
Gelar lain juga datang pada 1985 ketika Ellyas bertanding memperebutkan sabuk juara dunia kelas bantam junior versi IBF melawan petinju Korea Selatan Ju Do-chun. Berlaga di Istora Senayan, Ellyas sukses menumbangkan Do-chun dan menorehkan namanya di buku sejarah.
Adapun, Ellyas Pical diberi julukan The Exocet dalam kariernya. Julukan tersebut terinspirasi dari nama rudal buatan Prancis berkecepatan 315 meter per detik, yang dinilai mampu merepresentasikan kecepatan hook Ellyas Pical.
Advertisement
Nico Thomas
Nico Thomas jadi petinju lain asal Indonesia yang berprestasi di panggung internasional. Pada 1983, ia berkesempatan mewakili Indonesia untuk berlaga di SEA Games edisi Bangkok 1985. Kala itu, Nico berhasil menyumbangkan medali perak untuk kontingen Tanah Air.
Setahun berselang, dirinya memutuskan hijrah ke ring tinju profesional. Pria kelahiran Ambon, Maluku ini lantas sukses merengkuh gelar juara dunia kelas terbang mini versi IBF pada 17 Juni 1989 silam, setelah menumbangkan petinju asal Thailand Samuth Sithnaruepol dengan angka.
Gelar tersebut dicuri oleh petinju asal Filipina, Eric Chavez, tak sampai 100 hari sejak kemenangannya. Nico harus mengakui keunggulan lawan pasca kalah TKO 5 ronde dalam pertarungan yang berlangsung pada 21 September 1989.
Meski demikian, kemenangan Nico telah menjadi catatan sejarah membanggakan buat bangsa Indonesia. Lewat kiprah dan prestasinya, Nico membuktikan bahwa Indonesia punya nama-nama yang layak disegani di pentas tinju internasional.
Chris John
Chris John menjadi salah satu legenda tinju terkenal di Tanah Air. Nama Chris John kian melambung usai dirinya menjadi juara kelas bulu (featherweight) WBA. Ia tercatat berhasil mempertahankan gelar juara kelas bulu WBA sebanyak 18 kali.
Peluang emas bagi Chris John datang ketika sang legenda berkesempatan menantang Oscar Leon dari Kolombia pada 26 September 2003 silam. Chris John menang angka tipis (split decision) dan dinyatakan berhak menyandang gelar juara dunia WBA sementara (interim title).
Tak lama, WBA menghibahkan gelar juara definitif kepada Chris John, saat sang juara bertahan Derrick Gainer dari Amerika Serikat kalah angka dari Juan Manuel Marquez. Sesuai peraturan, Marquez dinyatakan sebagai Super Champion WBA karena berhasil menyatukan dua gelar: WBA dan IBF, sementara Chris John dinobatkan sebagai juara reguler.
Advertisement
Daud Yordan
Daud Yordan, atau yang dijuluki Cino, merupakan petinju asal Indonesia yang tak kalah populer dari Chris John. Pria kelahiran 1987 ini sukses meraih gelar juara dunia versi IBO untuk kelas bulu (featherweight) dan kelas ringan (lightweight) di tahun yang berbeda.
Pada 2019, Daud Yordan berhasil merebut gelar WBC International Challenge kelas ringan super usai mengalahkan petinju Thailand, Aekkawee Kaewmanee, di ronde kelima. Masih di tahun yang sama, Daud juga sukses menyabet gelar WBO Oriental Super Lightweight dan IBA World Super Lightweight untuk kelas ringan super.
Memiliki catatn rekor 40 kali kemenangan, dengan 27 di antaranya menang KO, Daud Yordan menjadi salah satu sosok petinju andalan yang mengharumkan nama Tanah Air.
Ajib Albarado
Mundur ke masa-masa sebelum kejayaan Chris John dan Daud Yordan, Indonesia juga punya petinju legendaris Petinju asal Surabaya, Ajib Albarado. Ia sukses mengharumkan nama bangsa usai merebut gelar juara dunia kelas ringan super alias welter junior WBF pada 1996.
Kala itu, pria dengan nama asli Ahmad Tajib tersebut berhadapan dengan petinju Filipina Dindo Canoy. Ia berhasil menang angka mutlak atas lawannya dan menyandang gelar juara dunia.
Menariknya, gelar tersebut direngkuh Ajib cukup lama, yakni sejak 1996 hingga 2000. Setelahnya, Ajib dikabarkan hijrah dan melanjutkan karier di Jepang menggunakan nama Albarado Nishimaru.
Â
Penulis: Melinda Indrasari
Advertisement