Bola Ganjil: Sportivitas Diinjak-injak di Piala AFF 1998

Pelanggaran terberat dalam sportivitas adalah yang memengaruhi hasil kompetisi. Di sini Piala AFF jadi saksi salah satu momen terburuk dalam sejarah sepak bola.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 09 Des 2021, 00:30 WIB
Diterbitkan 09 Des 2021, 00:30 WIB
Mursyid Effendi
Gol bunuh diri yang dicetak bek Timnas Indonesia, Mursyid Effendi, di Piala Tiger 1998. (Youtube)

Liputan6.com, Jakarta - Sportivitas adalah harga mati di olahraga. Nilai tersebut dijunjung tinggi dengan para pelanggar menjadi aib.

Praktik paling umum pelanggaran kejujuran adalah menggunakan zat pemacu performa alias doping.

Di sepak bola, aksi-aksi melanggar peraturan sangat bervariasi. Marcelo Bielsa sempat terjerat kontroversi karena memata-matai latihan lawan. Ulah Bielsa mungkin wajar di belahan dunia lain. Masalahnya, dia melakukannya kala menangani Leeds United asal Inggris. Negara tersebut sangat tabu melihat hal-hal yang menguntungkan diri sendiri.

Jose Mourinho lain lagi. Dia dituduh sengaja menginstruksikan petugas lapangan agar tidak memotong rumput. Tujuannya demi menghambat gaya bermain lawan.

Mourinho juga dikabarkan sampai masuk keranjang cucian agar bisa masuk stadion saat terkena hukuman mendampingi tim.

Pelanggaran terberat dalam sportivitas adalah yang memengaruhi hasil kompetisi. Di sini Piala AFF jadi saksi salah satu momen terburuk dalam sejarah sepak bola.

Demi Hindari Vietnam

ilustrasi BOLA GANJIL
BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

Indonesia patut kecewa karena hal tersebut melibatkan salah satu putra bangsa: Mursyid Effendi. Beroperasi di lini belakang, bek Persebaya Surabaya itu dengan sengaja memasukkan bola ke gawang sendiri pada laga Grup A melawan Thailand, 31 Agustus 1998.

Untuk mengerti alasan di balik perilaku Mursyid, patut dimengerti situasi saat itu. Indonesia bertemu Thailand pada partai pamungkas grup dan sudah sama-sama memastikan tempat di babak akhir. Duel ini bakal menentukan siapa yang jadi juara grup.

Indonesia tengah memimpin klasemen dengan raihan enam angka, unggul dua nilai di atas Thailand. Di grup lain, Vietnam sudah menjadi juara grup dan Singapura meraih status runner-up.

Baik Indonesia dan Thailand melihat Vietnam sebagai lawan yang patut dihindari. Vietnam sangat difavoritkan dengan skuat berkualitas dan dukungan penonton karena bermain di kandang sendiri, Indonesia dan Thailand juga harus melakoni perjalanan ke Hanoi dari Ho Chi Minh City jika bertemu tuan rumah.

Keadilan di Lapangan

ilustrasi bola ganjil
bola ganjil (Liputan6.com/Abdillah)

Status juara Grup A pun dihindari. Indonesia dan Thailand jelas tidak bersemangat meraih kemenangan di awal laga. Aksi baru hadir selepas jeda. Miro Baldo Bento dan Aji Santoso membawa Indonesia memimpin dua kali. Namun, Thailand menyamakan skor lewat Kritsada Piandit dan Therdsak Chaiman.

Dalam kedudukan ini, kedua tim tidak lagi pura-pura. Mursyid pun bertindak nekad membuat gol bunuh diri meski pemain Thailand coba mencegah. Thailand pun berjaya 3-2.

Sorotan terhadap pertandingan tersebut sangat besar dan memengaruhi moril pemain kedua tim. Indonesia dan Thailand pun gagal mengeluarkan penampilan terbaik dan sama-sama takluk di semifinal.

Uniknya, Vietnam juga menyerah di final melawan Singapura. Hingga kini hasil tersebut jadi salah satu kejutan terbesar di Piala AFF.

Sanksi Menyusul

ilustrasi BOLA GANJIL
ilustrasi BOLA GANJIL (Liputan6.com/Abdillah)

 

FIFA mendenda Indonesia dan Thailand masing-masing 40 ribu dolar AS karena aksi tidak sportif. Sementara Mursyid dilarang bermain sepak bola domestik selama setahun serta seumur hidup pada pentas internasional.

Usai menjalani hukuman, dia terus membela Persebaya hingga 2007 sebelum menutup karier bersama Persiku Kudus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya