Liputan6.com, Jakarta - Masalah hoaks, misinformasi, dan disinformasi selalu muncul di media sosial dan internet. Entah apa motifnya baik sengaja maupun tidak disengaja, hal ini tetap merugikan masyarakat.
Secara spesifik, disinformasi merupakan ancaman bagi stabilitas demokrasi dan merusak kemampuan mengatasi masalah. Mulai dari masalah perubahan iklim hingga kesehatan masyarakat.
Baca Juga
Melansir dari techpolicy.press, disinformasi lebih daripada sekadar masalah komunikasi. Lebih lanjut, hal ini berkaitan dengan manajemen, tentang bagaimana menanggapi suatu hal yang luas. Maka dari itu penting untuk mengatasinya dengan metode dan teknik khusus.
Advertisement
Seperti yang terlansir dari techpolicy.press, terdapat beberapa manajemen pendekatan baru yang dapat diterapkan untuk melawan disinformasi dalam sebuah organisasi (perusahaan) yaitu multilevel, interdepartmental, cross-organizational, dan intersectional.Â
Umumnya, struktur manajemen tradisional tidak mengatur pendekatan ini. Maka dari itu, perlu untuk mengoperasikan empat pendekatan ini dengan baik.
Beda Penanganan Tapi Satu Tujuan
Pendekatan multi-level melihat bahwa disinformasi berdampak lebih dari sekedar komunikasi tim. Disinformasi mempengaruhi seluruh pekerjaan (perusahaan), sehingga semua orang apa pun divisinya akan berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Setiap orang memiliki peran untuk melawan dan mengatasinya dibawah pengawasan dan tanggung jawab manajemen (perusahaan) untuk mengatasi masalah tersebut
Interdepartmental, sesuai namanya pendekatan ini berpendirian bahwa setiap departemen harus berkoordinasi satu sama lain. Khususnya manajer harus menugaskan seseorang untuk memimpin dan mengkoordinasikan masalah ini (disinformasi) agar tidak semakin memanas.
Lalu pada pendekatan Cross Movement, di mana organisasi (perusahaan) harus berkoordinasi dengan organisasi lain untuk membagikan dan mengatasi masalah disinformasi yang dialami.
Terakhir yaitu pendekatan intersectional, di mana masalah disinfromasi dianggap lebih besar dari gerakan lainnya. Maka itu, organisasi (perusahaan) harus saling bekerjasama dan menyuarakan suara untuk mendapatkan tindak lanjut dari pemerintah atau perusahaan teknologi besar.
Dengan komitmen dan pola pikir yang baik, kiranya pendekatan ini dapat membangun kualitas organisasi yang baik untuk melawan disinformasi. Selain itu, kedepannya kita juga siap untuk menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi masyarakat.
Advertisement