Liputan6.com, Jakarta - Studi menemukan bahwa orang yang narsis dan mengalami kelelahan media sosial cenderung untuk terjebak dan menyebarkan hoaks atau berita palsu. Tentu hal ini harus menjadi perhatian terutama pada pemilik platform media sosial raksasa.
Studi ini dilakukan oleh Nanyang Technological University (NTU) Singapore bekerja sama dengan mahasiswa Ph.D dari University of California, Muhammad Ehab Rasul. Penelitian dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.
Baca Juga
Ada 8 ribu responden dari Singapore, AS, Malaysia, China, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina dalam studi ini. Studi ini berharap bisa melihat bagaimana kesehatan mental bisa mempengaruhi ekosistem informasi.
Advertisement
"Dengan tingkat kelelahan yang tinggi, orang-orang ini mungkin berbagi informasi yang salah karena mereka mencoba mencari perhatian dan mendapatkan pengaruh sosial tanpa menerapkan pemikiran kritis. Kecenderungan menyebarkan misinformasi ini sangat relevan untuk misinformasi yang seringkali bercirikan konten sensasional dan kontroversial yang menimbulkan reaksi emosional yang kuat dari penontonnya," kata salah satu peneliti utama dalam studi ini, Saifuddin Ahmed, Asisten Profesor di NTU dilansir Inquirer.
"Orang narsisis lebih menyukai imbalan dan kepuasan yang segera daripada kepuasan yang tertunda. Oleh karena itu, kemungkinan besar jika disertai dengan kelelahan yang tinggi dan kemampuan kognitif yang terbatas, orang narsisis tidak membuat penilaian yang tepat tentang informasi yang salah dan membagikannya karena sifat impulsif mereka," katanya menambahkan.
Berdasarkan temuan ini, para peneliti mendesak para pembuat kebijakan dan perusahaan media sosial yang ingin melawan misinformasi agar tidak hanya mengatur berita palsu dan meningkatkan tingkat literasi digital, namun juga merancang “strategi yang dikurasi” yang menyasar kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap misinformasi.
"Kami mengamati bahwa individu dengan ciri-ciri kepribadian dan kognisi tertentu lebih rentan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu, disarankan untuk merancang strategi terkurasi yang ditargetkan pada kelompok tertentu daripada menggunakan kerangka kerja yang bersifat tunggal untuk semua orang di masyarakat," ujarnya.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement