Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengutuk keras serangan udara Israel ke Lebanon yang dilancarkan pada Senin 23 September 2024.
Menurut Retno, serangan terbaru ini juga secara langsung terkait Indonesia, sebab Indonesia mengirim pasukan perdamaian terbanyak untuk Pasukan Interim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), yakni sebanyak 1.232 orang.
Advertisement
Baca Juga
"Dan tentunya keselamatan mereka juga menjadi perhatian, tidak hanya dari negara pengirim seperti Indonesia, tetapi menjadi perhatian juga dari PBB," ujar Retno dilansir dari Antara, Minggu (29/9/2024).
Saat serangan Israel ke Lebanon, prajurit TNI yang bertugas bersama UNIFIL telah menyiapkan rencana kontigensi untuk situasi darurat.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Hariyanto mengungkapkan, rencana itu perlu mendapatkan izin lebih dulu dari pimpinan UNIFIL, yaitu Force Commander UNIFIL yang sejak 2022 dijabat Letnan Jenderal Aroldo Azàro dari Angkatan Bersenjata Spanyol.
"Untuk evakuasi pengungsi yang berada di dekat perbatasan Israel harus seizin Force Commander UNIFIL, sedangkan untuk penarikan personel TNI sampai saat ini menunggu keputusan Force Commander UNIFIL," kata Hariyanto.
Jauh hari sebelum itu, Panglima TNI Jenderal Agus Subianto mewanti-wanti soal konflik di perbatasan Israel ketika melepas prajurit pasukan perdamaian ke Lebanon pada Kamis 28 Februari 2024.
Dalam amanatnya, Agus mengungkapkan bahwa situasi di perbatasan Israel kembali memanas sejak 7 Oktober 2023 dan berimbas pada situasi di Lebanon Selatan. Ini karena konflik antara Israel Defence Forces (IDF) dan kelompok paramiliter di Lebanon, Hezbollah.
"Saling serang antara IDF dan Hezbollah membuat situasi di Blue Line memanas," kata Agus dalam siaran pers Puspen TNI.
Lalu apa itu UNIFIL? Berikut penjelasannya.
Dikutip dari peacekeeping.un.org, United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) adalah pasukan perdamaian yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membantu memulihkan situasi konflik di wilayah perbatasan Israel dan Lebanon.
UNIFIL dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada Maret 1978. UNIFIL sendiri merupakan gabungan pasukan nasional dari negara-negara anggota PBB. Mereka hanya sementara ditempatkan di Lebanon, biasanya 12 hingga 13 bulan.
Dari catatan peacekeeping.un.org, per April 2024 UNIFIL memiliki sekira 10.541 personel. Mereka terdiri dari 9.532 tentara, 207 staf pekerja, 553 warga sipil setempat, 249 masyarakat biasa.
Indonesia menjadi penyumbang personel terbanyak bagi UNIFIL. Hingga April 2024, Indonesia telah mengirim 1.234 personel. Di urutan kedua ada India dengan 895 personel dan Ghana dengan 875 personel.
Sementara pembentukan UNIFIL dilakukan dengan mengadopsi Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB Nomor 425 dan 426 pada 19 Maret 1978. Berikut sejumlah mandat yang diberikan UNIFIL.
- Konfirmasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon Selatan
- Memulihkan perdamaian dan keamanan internasional
- Membantu Pemerintah Lebanon dalam memastikan kembalinya otoritas yang efektif di daerah tersebut.
Pada 2006, Dewan Keamanan PBB memperbarui mandat UNIFIL lewat keputusan 1701 tahun 2006. Berikut penjelasannya.
- Memantau penghentian permusuhan
- Menemani dan mendukung angkatan bersenjata Lebanon saat mereka dikerahkan di seluruh wilayah Selatan, termasuk di sepanjang Garis Biru, saat Israel menarik angkatan bersenjatannya dari Lebanon
- Mengoordinasikan kegiatan-kegiatan yang disebutkan dalam paragraf sebelumnya dengan Pemerintah Lebanon dan Pemerintah Israel
- Memberikan bantunnya untuk membantu menjamin akses kemanusiaan ke penduduk sipil dan pemulangan sukarela dan aman bagi para pengungsi.
- Membantu Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) dalam mengambil langkah-langkah menuju pembentukan wilayah antara Garis Biru dan sungai Litani yang bebas dari personel bersenjata, aset, dan senjata apa pun selain milik Pemerintah Lebanon dan UNIFIL yang ditempatkan di wilayah ini.
- Membantu Pemerintah Lebanon, atas permintaannya, dalam mengamankan perbatasannya dan titik masuk lainnya untuk mencegah masuknya senjata atau materi terkait Lebanon tanpa persetujuannya.
Telepon Menlu Retno, Jokowi Bahas Proses Kepulangan WNI di Lebanon Usai Serangan Israel
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengutuk keras serangan Israel ke Lebanon yang akibatkan korban ratusan nyawa warga sipil, termasuk 50 orang anak-anak.
Dia telah menghubungi Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi untuk membahas proses kepulangan WNI di Lebanon. Hal ini menyusul masifnya serangan yang dilancarkan Israel.
"Saya sudah telepon ke Bu Menlu, (kepulangan WNI di Lebanon) itu juga dalam proses," kata Jokowi di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Rabu (25/9/2024).
Dia pun mengajak semua negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk merespons cepat serangan Israel ke Lebanon. Jokowi tak ingin ada semakin banyak korban akibat serangan Israel.
"Ya Indonesia mengutuk keras serangan Israel ke Lebanon dan kita mengajak semua negara dan juga PBB untuk memberikan respon yang cepat agar tidak semakin banyak korban lg yang terjadi atas serangan-serangan Israel," jelas Jokowi.
Mengutip kantor berita AP, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan sedikitnya 564 orang tewas dalam serangan Israel sejak Senin (23/9), termasuk 50 anak-anak dan 94 perempuan. Lebih dari 1.800 lainnya terluka.
Pekan lalu, Lebanon juga diguncang ledakan pager dan walkie talkie tepatnya pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9), yang menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang. Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas tragedi tersebut, sementara Israel tidak membantah ataupun mengonfirmasi mendalangi serangan.
Advertisement