Citizen6 Jakarta Pantai Nglambor Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun manca negara karena memiliki keindahan bawah laut yang menakjubkan. Satu tahun ini, Pantai Nglambor “meledak” di sosial media dan menjadi obrolan hangat para traveller.
Sejak puluhan tahun silam, kawasan Pantai Nglambor dihuni oleh sepasang suami istri paruh baya Sawu (79) dan istrinya Tukit (78). Selama puluhan tahun itu keduanya hidup dengan mengandalkan hasil tani dan laut. “Susah sekali dulu untuk cari makan,” kata Sawu atau akrab disapa Mbah Mo Bintang Nglambor Snorkeling (BNS), kemarin.
Advertisement
Sawu mengisahkan, lahan pertaniannya tidak produktif karena tidak ada sumber pengairan dan masih banyaknya kera ekor panjang. Sehingga jika musim panen tiba, sebelum dipanen sudah didahuli kera ekor panjang. “Laut pun juga tidak dapat diharapkan. Kadang mancing dapat ikan kadang tidak,” kisahnya.
Kerasnya kehidupan di pesisir Selatan Gunungkidul pun terus ia hadapi bersama istri tercintanya. Sementara anak-anaknya ada yang tinggal di desa dan ada yang merantau di Ibu Kota, sesekali anak-anaknya datang untuk mengetahui keadaannya. Sekitar tahun 2000 akses menuju ke Pantai Nglambor diperlebar oleh Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan pihak Pemerintah Desa.“
Saya kira setelah akses jalan dibuka, pantainya akan ramai seperti pantai-pantai lain ternyata tidak. Pada hari libur dan akhir pekan jika pantai-pantai lain di Gunungkidul dibanjiri wisatawan kala itu pengunjung Pantai Nglambor bisa dihitung pakai jari,” ungkapnya.
Sekitar tahun 2013, kata Sawu, datang seorang pemuda asal Desa Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul, Yusuf Adhitya Putratama ke Pantai Nglambor. Kedatangan Adhit sapaan akrabnya membawa angin segar bagi Sawu dan keluarga besarnya bahkan bagi masyarakat di kawasan Pantai Nglambor.“
Awalnya hanya sekedar wedangan di gubuk saya ini dan setelah lama kenal saya cocok dengannya. Sayapun sudah menganggap Adhit sebagai anak saya sendiri,” katanya.
Melihat tidak ada perputaran roda perekonomian di Pantai Nglambor, Sawu meminta Adhit untuk mengolah Pantai Nglambor supaya menjadi tujuan wisata sehingga ada perputaran perekonomian. Mendapatkan amanah dari Sawu, rupaya Adhit merasa tertantang. “Adhit sanggup,” tambahnya singkat.
Sementara Adhit mengatakan, setelah mendapatkan amanah dari Sawu ia kemudian mencari potensi wisata yang mampu menjadi magnet sehingga dapat menarik wisatawan. Tidak membutuhkan waktu lama, ternyata Pantai Nglambor memiliki potensi wisata bahari dan aman untuk kegiatan snorkeling. Ia kemudian membuat akun media sosial seperti twitter, instagram facebook @pantainglambor untuk mempromosikan pantai tersebut.
“Responnya wisata bahari Pantai Nglambor di sosial media sangat luar biasa, pada awal tahun 2014 kunjungan wisata di Pantai Nglambor meningkat dan mulai ada perputaran perekonomian bagi warga sekitar,” katanya.
Adhit bersama pribumi kawasan Pantai Nglambor membentuk operator jasa persewaan alat snorkeling Bintang Nglambor Snorkeling (BNS) pada awal tahun 2014. Wisatawan lokal maupun manca negara pun mulai berdatangan melihat keindahan Pantai Nlambor melalui akun sosial media BNS.
“Kala itu BNS juga sudah berkomitmen untuk menjaga ekosistem laut dengan membatasi alat snorkeling yang kami sewakan. Saat ini kami hanya menyediakan 30 unit alat snorkeling, jadi jika ingin snorkeling harus mengantre,” tambahnya.
Setelah BNS mampu membuat Pantai Nglambor jadi primadona wisata bahari para pelancong, masyarakat sekitar pantai pun turut merasakan manisnya. Mereka membuka warung makan, toilet, parkir, kamar mandi dan ojek serta lahan camping. Masa tua Sawu dan istrinya pun menjadi lebih berwarna. So, barangkali kamu ingin memasukkan destinasi Pantai Nglambor untuk mengisi liburan akhir tahun, jangan lupa sambangi Mbah Sawu. (war)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6