Mengenal Upacara Adat Malabot Tumbe, Tradisi Unik di Banggai Sulawesi Tengah

Tak hanya sebagai kekayaan budaya setempat, upacara adat malabot tumbe juga mampu mempererat hubungan antar-kabupaten. Masyarakat setempat pun senantiasa mampu melestarikan nilai-nilai tradisional berkat adanya tradisi ini.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Nov 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2024, 00:00 WIB
Burung Maleo, burung endemik Sulawesi dengan nama latin Macrocephalon Maleo itu kini masuk dalam kategori terancam punah. (foto: Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)
Burung Maleo, burung endemik Sulawesi dengan nama latin Macrocephalon Maleo itu kini masuk dalam kategori terancam punah. (foto: Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Banggai - Masyarakat Adat Batui di Kabupaten Banggai, Luwuk, Sulawesi Tengah, memiliki tradisi unik yang rutin digelar setiap tahun. Adalah upacara adat malabot tumbe yang bakal kembali digelar pada 1-4 Desember 2024.

Mengutip dari eventdaerah.kemenparekraf.go.id, tradisi ini berupa aktivitas mengirimkan telur burung maleo sebagai simbol kehadiran dan keberlanjutan budaya mereka. Masyarakat Adat Batui di Kabupaten Banggai mengirimkan telur burung maleo tersebut ke Kerajaan Banggai di Banggai.

Tradisi ini melibatkan tiga kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Banggai Laut, Kabupaten Banggai, dan Kabupaten Banggai Kepulauan. Adapun pusat adat pengantaran telur burung maleo berlangsung di Keraton Kerajaan Banggai.

Keraton Kerajaan Banggai terletak di Kabupaten Banggai Laut. Umumnya, acara ini akan dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat setempat.

Acara semakin meriah karena dihadiri oleh pemangku adat, pemangku pemerintahan, dan pelajar dari seluruh Kabupaten Banggai Laut. Upacara tersebut juga diramaikan dengan berbagai kegiatan, termasuk pergelaran musik tradisional baode, ridan, dan toluni.

Bukan itu saja, acara semakin meriah dengan kegitan seru memancing tradisional. Ada pula karnaval bakar ikan.

Upacara ini sebenarnya digelar sebagai bentuk syukur atas panen telur burung maleo. Upacara ini sekaligus menjadi momen untuk saling mempererat tali persaudaraan.

Upacara dilakukan dengan cara mengumpulkan telur burung maleo oleh perangkat adat. Selanjutnya, telur yang dibungkus daun pohon palem tersebut dibawa dan diarak ke rumah ketua adat dengan iringan genderang dan dikawal oleh pasukan adat.

Setelah tiba di Kerajaan Banggai, telur-telur tersebut akan dibagikan kepada keluarga Kerajaan yang berhak.

Upacara adat malabot tumbe yang telah dilakukan secara turun temurun sejak zaman Kerajaan Banggai ini hingga kini masih dipegang teguh oleh masyarakat Adat Batui dan Banggai. Tradisi ini bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya sejak 2015.

Tak hanya sebagai kekayaan budaya setempat, upacara adat malabot tumbe juga mampu mempererat hubungan antar-kabupaten. Masyarakat setempat pun senantiasa mampu melestarikan nilai-nilai tradisional berkat adanya tradisi ini.

 

Penulis: Resla

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya