Belajar Gratis di Sekolah Desain

Sampai hari ini banyak banyak orang yang masih belum bisa mengakses pendidikan karena masalah ekonomi.

oleh Karmin Winarta diperbarui 12 Mar 2016, 10:15 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2016, 10:15 WIB
Belajar Gratis di Sekolah Desain
Sampai hari ini banyak banyak orang yang masih belum bisa mengakses pendidikan karena masalah ekonomi.

Citizen6, Jakarta - Sampai hari ini banyak banyak orang yang masih belum bisa mengakses pendidikan karena masalah ekonomi. Beruntung beberapa orang inspiratif menyelenggarakan pendidikan gratis bagi mereka yang punya keinginan kuat untuk maju. 

Beberapa gerakan sosial yang memfasilitasi orang-orang kurang beruntung untuk terus bisa belajar misalnya Akademi berbagi, Sekolah Anugerah, sekolah gratis untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Solo atau Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) yang membantu orang-orang putus sekolah untuk melanjutkan belajar melalui paket A, B atau C.

Selain itu ada Sekolah Desain (SD) yang khusus mengajari mereka yang berminat belajar seputar desain. Mulai dari Desain arsitektur, desain grafis, animasi. SD beralamat di Jl.Graha Raya Regensy, Pakujaya, Serpong Utara - Tangerang selatan.

Sekolah yang didirikan Saka Arul Kusuma awalnya diragukan banyak orang karena gratis. Berikut wawancara Citizen6 dengan Saka.

 Kenapa belajar di Sekolah Desain bisa gratis?

Awalnya ide mendirikan Sekolah Desain (SD) karena lingkungan sekitar saya banyak kegiatan anak muda yang menjurus ke arah negatif, nongkrong sampai malam bahkan subuh. Ada juga temen temen saya dulu yang meminta diajari aplikasi AutoCAD.

Akhirnya saya menawarkan wadah kepada mereka ruang untuk berkegiatan positif.  

Sampai hari ini banyak banyak orang yang masih belum bisa mengakses pendidikan karena masalah ekonomi.

Pertanyaan ini paling banyak ditanyakan pendaftar. Mereka tidak yakin ini gratis, mereka mengira ini cuma trial saja, atau marketing terselubung. Wajar juga mereka tidak yakin atau curiga, karenae belajar desain itu cukup mahal. Ada yang menawarkan les dengan waktu 16 pertemuan (1,5 jam setiap pertemuan) biayanya 3,5 juta. Di Sekolah Desain menawarkan 10 bulan belajar dengan cuma cuma.

Karena Sekolah Desain bersifat social oriented, saya berkomitmen untuk menggratiskan semua program dan event yang SD selenggarakan.

Apa tujuannya?

Ingin mewadahi anak-anak muda maupun masyarakat luas untuk terus belajar, berbagi dan bermimpi. Bagi saya mimpi itu penting, mimpi itu ibarat tujuan, cita cita. Kalau mereka tak punya mimpi pasti tak akan semangat dengan kegiatan mereka sehari hari.

Saya ingin memberikan peluang kepada mereka yang bergabung di SD bisa produktif, mandiri, bertanggung jawab atas diri mereka sendiri.

Siapa saja yang bisa mendaftar di SD?

Anak- anak muda dan masyarakat luas yang punya semangat untuk terus bermimpi dan berusaha. Rencananya SD akan belajar sebulan sekali secara berkelanjutan. Di SD itu mempunyai 2 kegiatan.

Pertama program reguler yang mencakup Desain arsitektur, desain grafis, animasi. Kedua adalah berdasarkan even yang terdiri dari 3 macam, yaitu #akuBEDA (aku Belajar Desain), Coaching Class, dan Lets Making.

Sampai hari ini banyak banyak orang yang masih belum bisa mengakses pendidikan karena masalah ekonomi.

(Saka, founder Sekolah dersain)

Kendalanya?

Kendala pasti ada, salah satunya saya gak bisa menampung seluruh pendaftar yanng ingin belajar, karena keterbatasan tempat. Makanya kami memberi wadah event #akuBEDA bagi mereka yang belum bisa diterima pada program reguler 10bln.

Siapa saja yang menjadi pengajarnya?

Pengajarnya bukan saya, seperti yang sudah saya ceritakan diatas, di sekolah desain (SD) saya terapkan konsep berbagi dan belajar. Saya sadar ilmu saya pun sedikit, jadi misal si A bisa di program grafis bisa mengajaran yang lain. Nah pasti ada juga yang bisa di arsitektur, mereka berbagi ilmunya, dengan begitu selama 10 bulan harapannya mereka sudah saling bertukaran ilmu, dengan konsep berbagi dan belajar mereka bisa menguasai semua program.

Apa makna pendidikan bagi Saka?

Pendidikan itu penting, tapi jangan pernah memaksakan passion seseorang. Mungkin ia tak pintar di bidang akademis namun pintar di bidang seni dan lain-lain. Jadi sesungguhnya belajar tak melulu harus di kelas.

Kita bisa belajar dimana saja, kuncinya adalah kita temukan passion dulu. Ketika passion sudah ditemukan tinggal dimaksimalkan untuk terus dan terus belajar.

**

Saka Arul Kusuma yang mempunyai hobi sepatu roda ini telah melakukan kegiatan sosial sejak 2012.  Pada Minggu, 13 Maret 2016 Sekolah desain mengadakan kelas khusus #Aku Beda yang akan diadakan 13 Maret 2016 di DILO - Digital Innovation Lounge, BSD Junction Jl.Pahlawan seribu
Serpong - Tangerang selatan. Gratis tentu saja.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya