Campus CJ, Jakarta- Panas, keringat, lelah, ingin menyerah dan pasrah. Mungkin hanya kata-kata tersebut yang bisa mewakili kondisi saya dan ketiga teman saya ketika dalam perjalanan menuju SCTV Tower Senayan untuk menghadiri Media Campus Gathering #3.
Awalnya kami mengetahui info acara tersebut melalui grup Whatsapp pengurus Jurnalika (nama UKM Pers di kampus saya, Politeknik AKA Bogor). Sempat mengabaikan karena saya pikir tempatnya jauh, tetapi salah seorang teman ada yang mengajak saya melalui personal message. Akhirnya saya memutuskan untuk daftar.
Dari kampus saya ada 11 orang, termasuk saya, yang mengikuti acara Media Campus Gathering #3. Terkendala dengan adanya yang masih mengikuti UTS (mahasiswa semester 2), akhirnya kami memutuskan untuk membagi menjadi 2 kloter keberangkatan. 1 kloter berangkat dengan KRL dan 1 kloter lagi berangkat dengan Grab Car.
Advertisement
Baca Juga
Selasa pagi (10/05) Jalan Pangeran Sogiri macet seperti biasa. Jalanan sempit, ditambah 1 mobil bak terbuka milik petugas PLN, yang sedang melakukan perbaikan terparkir di jalan tanpa rasa bersalah.
Alhasil, terjadilah kemacetan yang cukup panjang. Hal ini berdampak pada kami yang harus menunggu kedatangan angkutan kota. Tepatnya pukul 07.38 WIB, saya dan ketiga teman saya berangkat ke stasiun naik angkutan kota. Sampai di stasiun, kami segera membeli tiket keberangkatan dengan tujuan Stasiun Sudirman. Mulai panik karena kereta yang kami naiki tertahan di beberapa stasiun. Berusaha menenangkan diri dan mengikhlaskan sesi pertama dari acara Media Campus Gathering #3.
Waktu menunjukkan pukul 10 lewat beberapa menit dan kami masih tertahan di salah satu stasiun. Lalu kami menghubungi teman kami yang ikut berangkat pada kloter 2, dan ternyata mereka baru saja berangkat dari kampus. Beberapa menit kemudian, kami sampai di Stasiun Sudirman dan segera meluncur ke Senayan dengan Kopaja 19.
Awalnya kami berencana untuk naik Transjakarta tapi ada seorang satpam yang menyarankan untuk naik Kopaja saja. Karena minim pengalaman, ya kami langsung mengiyakan. Tidak dapat tempat duduk dan berdesak-desakan.
Sesampainya di Senayan, kami bertanya pada seorang pria berdasi tentang keberadaan SCTV Tower. Seketika kaki menjadi lemas karena dia berkata bahwa Senayan City atau SCTV Tower masih jauh. Harus naik angkutan kota sekali lagi atau seharusnya tetap naik Kopaja 19, tetapi turun di daerah yang cukup dekat dengan Senayan City.
Bermodal semangat dan penasaran, akhirnya kami berjalan kaki menuju SCTV Tower. Sesekali bertanya kepada masyarakat mengenai arah menuju SCTV Tower karena khawatir salah arah. Terkena panas terik, berkeringat dan mungkin bermuka dekil. Setelah kurang lebih setengah jam berjalan kaki, akhirnya kami sampai di SCTV Tower.
Sempat terheran karena kami datang bersamaan dengan teman kami yang berangkat pada kloter 2. Di situ kami sadar, bahwa Sang Mahakuasa memang adil. Karena kami pikir, keberangkatan kloter 1 akan datang lebih dulu. Sebelum masuk di gedung SCTV, kami diharuskan memakai jas almamater dan melewati pemeriksaan tas. Lalu, kami segera naik ke lantai 19 via lift dengan bantuan karyawan SCTV.
Sempat menengok jam tangan, ternyata menunjukkan pukul 11.20 WIB. Tentu saja kami sudah terlambat dan mungkin kami tidak bisa mengikuti sesi pertama yang segera berakhir. Akan tetapi salah satu panitia menyarankan kami untuk tetap masuk. Lalu kami masuk ke ruangan. Ada yang dapat tempat duduk, ada juga yang tidak karena mungkin pesertanya terlalu banyak sehingga tidak ada kursi yang tersisa untuk peserta yang terlambat. Benar saja, sesi pertama saat itu sudah memasuki sesi tanya jawab.
acara dimulai
Sesi pertama ini disampaikan oleh Sulistyo Hadi - Head of Community Deevelopment Liputan6.com tentang pengenalan Liputan6.com dan program Campus Citizen Journalist. Wadah positif yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi era digital dengan cara belajar digital journalism. Selain itu, menulis online tidak sekedar mengikuti 5 W dan 1 H namun juga harus dapat menarik pembaca maupun mesin pencari seperti Google. Sungguh satu informasi yang sangat berguna dan membuka wawasan kami sebagai mahasiswa tentang digital journalism yang saat ini sedang berkembang di masyarakat.
Â
Rangkaian kegiatan Media Campus Gathering ke 3 ini dilanjutkan ke lantai 8 gedung SCTV Tower, disini peserta diajak mengikuti shooting program INSPIRATO yang menghadirkan tiga pembicara yang luar biasa, yaitu Muhamad Fajrin Rasyid (Co-founder dan CFO Bukalapak.com), Deborah Dewi (Indonesian Graphologist), dan M. Bijaksana Junerosano (CEO Of Greeneration Indonesia). Mereka memotivasi kami untuk berani memulai, berani bermimpi, berani sukses, dan berani mengambil risiko.
Mulai dari Kang Rasyid yang berwirausaha dengan modal nol hingga akhirnya menjadi pemilik salah satu situs jual beli online yang besar dan terpercaya di Indonesia. Lalu seorang grafolog (yang awalnya saya sama sekali tidak tahu apa itu), yang bisa bangkit dari keterpurukan karena ibunya terkena Dementhia Alzheimer serta harus kehilangan Ayahnya yang selama ini sehat walafiat. Yang saya ingat ketika beliau berkali-kali bertanya apakah beliau sukses dengan kehidupannya itu (entah, seketika kata-kata tersebut memenuhi pikiran saya, apakah saya sudah sukses atau belum).
Sukses bagi setiap orang bermakna berbeda. Setuju dengan Mbak Deborah, bahwa sukses adalah ketika telah berhasil mencapai tujuan hidup. Kata-kata menarik lainnya adalah ACT yaitu Accept (this condition), Change (perspective), dan Think big. Diakhiri dengan Mas Sano dengan segala cerita hidupnya yang awalnya punya judul skripsi yang ditolak dosen pembimbing hingga akhirnya Mas Sano dan tim nya berhasil mengajukan usulan mengenai kantong plastik seharga Rp 200 yang sekarang disepakati sebagai peraturan nasional.
Yang membuat saya terkesan ketika beliau pernah menjadi monster plastik dengan mengenakan kostum dari kurang lebih 350 plastik yang dirangkai. Menurut beliau, hal ini sengaja dilakukan untuk menghasilkan rasa empati. Betapa gerahnya bumi kita sekarang ini yang dipenuhi dengan sampah plastik.Awal perubahan memang baiknya dimulai dari diri sendiri. Intinya, selagi kita masih muda. Selagi masih ada kesempatan. Selagi masih ada waktu untuk melakukan hal baik, lakukanlah sekarang.
Selesai INSPIRATO kamu diajak berkeliling ke lantai Redaksi Liputan6.com , disana kami dijelaskan tentang cara kerja Redaksi dan ditutup dengan foto bersama Mas Angga Jatmiko - Community Manager dan Mas Azwar - Editor Citizen6 dan beberapa peserta dari kampus lain. Tak terasa, perjuangan berangkat dari Bogor menuju Senayan akhirnya terbayarkan. Dapat ilmu, dapat motivasi, dapat teman baru dan dapat makan. Setelah berfoto bersama di depan gedung SCTV Tower, kami bergerak menuju Senayan City Mall untuk menumpang sholat. Lalu kami pulang dengan bus Transjakarta dengan rute Blok M-Kota.
Sesampainya di Jakarta Kota, kami segera berjalan menuju ke stasiun Jakarta Kota untuk mengisi ulang tiket KRL dengan tujuan ke stasiun Bogor sembari berharap mendapat tempat duduk di KRL. Ternyata hanya harapan semata, beberapa dari kami, termasuk saya, harus rela berdiri Jakarta-Bogor. Sedikit terkesima melihat pemandangan Jakarta pada malam hari. Ratusan lampu merah pada belakang mobil penduduk Jakarta menghiasi malam itu. Ya, terjadi kemacetan cukup panjang di jalanan Jakarta (kurang tahu tepatnya). Akhirnya, kami tiba di Bogor pada pukul 21.35 WIB dengan selamat.
Semoga kisah ini dapat menginspirasi teman-teman untuk jangan ragu dan takut untuk melangkah dari lingkungan kampus dan mengikuti kegiatan di luar kampus yang positif dan menambah kompetensi serta skill kita untuk masa depan, seperti pepatah " MEMBELI MASA DEPAN DENGAN HARGA SEKARANG " tidak ada salahnya kita sudah mempersiapkan diri dengan skill lain di luar kuliah kita dari masa sekarang.
Â
Penulis :
Fatimah Fa’uzul Rosyada - Pers Kampus Jurnalika
Mahasiswa Politeknik AKA Bogor
Instagram :@fatimahfauzulr
Â
Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail : campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.
Advertisement