Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Hinsdale adalah kota kecil yang letaknya di Montana, salah satu dari 50 states yang ada di Amerika.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Jun 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2016, 18:00 WIB
Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale
Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Liputan6.com, Jakarta Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Seperti juga saya, walau keberadaan saya lebih dari 10.000 milles dari Indonesia. Berkah karena saya berpuasa hanya ditemani Tuhan saja.

Hinsdale adalah kota kecil yang letaknya di Montana, salah satu dari 50 states yang ada di Amerika. Montana letaknya di Utara dari Amerika. Hanya 2 jam berkendaraan mobil ke Canada dan Alaska. Jadi bisa dibayangkan bentuk geografisnya adalah pegunungan dan dingin.

Montana sendiri diambil dari kata Mountain (gunung). Dahulu suku Indian Chayenne dan Paw adalah penghuni mayoritas. Hingga saat ini mereka masih mendiami beberapa titik di pegunungan yang dingin sangat ekstrim bisa mencapai minus 80 F atau 30-40 C.

Cowboy saat ini adalah penduduk mayoritas, berdasarkan sejarah setelah para suku Indian menyingkir ke pegunungan untuk membangun komunitas sendiri. 

Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Salah satunya adalah suku Amish yang masih tradisionil dan gemar bertani. Mereka tidak menyukai dan bahkan mempertahankan budaya dengan pakaian panjang tertutup dan tidak gemar bersosialisasi/modernisasi. Ada juga suku Hobit yang tak kalah tradisionil dan menjual aneka buah dan sayur hasil ladang dengan cara sederhana diangkut truk lalu dijual langsung ke pembeli.

Hinsdale sangat kecil. Kecil dalam arti penghuninya hanya sekitar 100 orang. Namun tanahnya luas bukan kepalang. Kegiaan penduduknya mayoritas bertani, beternak dan memancing. Saya adalah salah satu yang berada di Hinsdale Montana saat ini.

Bertani adalah kegiatan saya saat musim Spring dan Summer. Tidak memungkinkan bertani di musim Autumn dan Winter sebab semua tanah membeku. Sungai juga membeku. Aktivitas terhenti untuk kegiatan luar rumah. Para hewan ternak juga masuk kandang dan kita antarkan rumput / pakan. Biasanya kita biarkan mereka di sawah memakan rumput sekalian membersihkan.

Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Lalu bagaimana soal puasa disini? Saya kebetulan terlahir sebagai anak yang terlatih prihatin. Sejak TK saya sudah berpuasa di bulan Ramadan sehari penuh ( teman-teman saya masih banyak yang hanya setengah hari).

Maka buat saya berpuasa adalah hal biasa. Tidak pernah saya ribut memikirkan sahur menunya apa, buka apa dan di mana. Semua seperti hari biasa. Apalagi di Hinsdale yang jauh dari kota. Percaya atau tidak, kita hanya ada 1 tempat pompa bensin dengan mini market berisi makanan ringan 2 rak dan chiller untuk susu dan minuman segar.

Kalau perlu sabun, shampoo, tisue, buku, pulpen bahkan ATM harus ke Glasgow kota yang (mendingan) besar dari Hinsdale dan 2 jam berkendaraan mobil. Jadi kalau ada yang lupa dibeli di Glasgow, payah! Mau balik harus berjam-jam.

Beda dengan Jakarta yang tiap sudut ada supermarket. Mau ke Indonesia? Saya mesti ke Glasgow 2 jam, lalu naik pesawat kecil isi max 10 orang ke Billings Airport selama 4 jam. Lalu dari Billings ke Denver 4 jam. Dari Denver ke Narita Jepang 17 jam. Dari Jepang ke Cengkareng Indonesia 9 jam. Bisa dihitung ya berapa jam total belum transit tunggu nya.

Di Ramadan ini sahur saya masak sendiri. Buka pun saya juga masak sendiri. Tarawih juga sendiri. Jadi puasa buat saya 'deal' saya dengan Tuhan, karena tidak ada ritual lain selain saya dan Tuhan.

Sahur dimulai jam 3 pagi karena matahari terbit saat itu. Lalu buka jam 21-22 malam karena matahari baru terbenam. Kurang lebih 18 jam saya puasa. Menu sahur umumnya telur hasil ternak sendiri. Saya pecah dan rebus dicampur sawi, lada,garam dan Colorado sambal (macem sambal botolan) atau Salsa ( cabe tomat Mexico giling). Keduanya tidak memuaskan pedasnya, tak  sesuai standar saya yang gila cabe. Tapi ya apa boleh buat. Menanam cabe tidak tumbuh disini karena tanahnya berbeda jenis.

Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Kadang saya tidak makan saat sahur lantaran letih seharian kerja di sawah dan ladang. Sampai rumah saya hanya ingin tidur. Terbangun sahur hanya minum air putih atau teh hangat dan berdoa. Saat berbuka saya akan balas dendam dengan masak telur, sayur, pancake dan es buah. Saya tidak terpengaruh cuaca walau dingin seperti saat musim winter hingga minus 30 C saya masih makan es krim. Di rumah memang ada fire place/heater. Walau tetap saja hembusan angin salju dingin bisa menyusup lewat jendela dan celah pintu.

Disini tidak ada yang tahu saya puasa. Tetangga jaraknya jauh. Kami tidak terbiasa berkunjung. Biasanya kami bertemu tetangga saat di pom bensin atau di kedai kopi tempat para cowboy berkumpul untuk berburu. Selebihnya hanya TV dan komputer yang menemani. Kebetulan saya sudah bosan dengan keramaian kota besar, jadi di Hinsdale saya mudah adaptasi. Hanya kadang rindu belanja ke shopping mal seperti Senayan City atau Grand Indonesia.

Saat ini di Hinsdale sering ada badai (thunderstorm). Cuaca tidak stabil. Beberapa hari lalu panas minta ampun, tenggorokan sangat kering perih apalagi sedang puasa. Tapi lantas mendung hujan dan badai. Berat berpuasa di sini karena saya bekerja di lapangan. Dan demi cuaca, maka walau puasa saya harus bertanam dan mengeruk tanah. Sebab bila tidak dikerjakan, musim dingin tiba kami akan gagal panen.

Rumah yang saya huni dibangun tahun 1901, tiga lantai. Ada lantai bawah tanah untuk menyimpan makanan kering dan kaleng awet hingga 10 tahun kedepan untuk persediaan bila ada hal-hal yang tak diinginkan. Sekitar 50 langkah dari rumah adalah lahan sawah 33 acres ( 1 hektar setara 2.4711 acre) dan sungai yang juga menjadi bagian kepemilikan kami. Di lahan tersebut kami dirikan camper atau Van yang bisa kami bawa dengan truck untuk keliling jalan-jalan dan bermalam di tempat lain. Umumnya digunakan saat winter kami ke Arizona mencari tempat yang lebih hangat ketimbang Montana. Itu bila sempat.

Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Kembali ke soal puasa, tidak ada yang istimewa sebab saya menjalaninya sendirian. Juga tidak ada hiburan selain bertani seperti menggunakan traktor Joihn Deere, ATV atau MoGrass. Buat saya menyenangkan karena alat berat disini sangat modern dan mudah mengoperasikannya. Saya juga harus berbekal senapan bila ke sawah untuk menjaga diri. Aman, tapi tetap harus waspada.

Puasa buat saya untuk membuktikan sejauh mana cinta kita pada Tuhan. Karena saya meyakini, sejauh apapun saya berada seperti di Montana, Tuhan tidak pernah jauh dari saya.

Montana alamnya masih alami dan liar dimana hewan berkeliaran dimana saja sesuka hati seperti wolf atau fox yang kerap bertandang ke rumah. Juga suku Indian yang masih wira wiri, juga cowboy yang hampir semua berkuda dan bertopi cowboy dengan bahasa North yang menghentak-hentak macam film Bonanza dan Little House on the prairie.Semua hidup bersama.

Pengalaman Berpuasa 18 Jam Sendirian di Hinsdale

Pernah saat saya ke pompa bensin ada 2 cowboy tua sedang minum kopi sehabis thunderstorm dan bertanya "Lady, what Indian are you?" Saya menggeleng. "Oh so you Mexican?" Saya menggeleng. "Am Asian, Indonesia" lantas mereka bengong, haha!

Mana tahu mereka Indonesia? Pasti tidak tahu. Tapi intinya menyenangkan di Hinsdale Montana, karena saya dianggap berpenampilan unik...sehingga sering dipuji. Mungkin mereka bosan dengan perempuan kulit putih berambut pirang haha! Keramahan penduduk kota kecil sekaligus jiwa keras cowboy adalah gambaran khas Hinsdale, Montana.

Selamat berpuasa ya pembaca, maaf lahir bathin...salam dari Hinsdale Montana, the place of Big Sky. (Temui saya bila ke arah North America, saya akan usahakan menjemput).

Penulis:  Ayi Putri Tjakrawedana

Email: ayiputritjakrawedana[at]gmail.com

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya