Tangisan Menyayat dan Doa Pemujaan di Balik Wig yang Anda Pakai

Pernahkah Anda bertanya, dari mana dan bagaimana proses pembuatan rambut palsu atau rambut sambungan yang Anda pakai?

oleh Sulung Lahitani diperbarui 20 Okt 2016, 15:06 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 15:06 WIB
Tangisan Menyayat dan Doa Pemujaan di Balik Wig yang Anda Pakai
Pernahkah Anda bertanya, dari mana dan bagaimana proses pembuatan rambut palsu atau rambut sambungan yang Anda pakai?

Liputan6.com, Jakarta - Rambut palsu (wig) dan rambut sambungan (hair extension) biasa digunakan oleh para wanita yang tidak puas dengan rambut yang ia miliki. Namun tahukah Anda, proses panjang serta fakta menyedihkan di balik wig dan rambut sambungan yang mahal itu?

Proses ini dimulai di Kuil Yadagirigutta, di India selatan. Di sama, perempuan-perempuan miskin berbaris untuk mencukur kepala mereka.

Bersama helaian rambut yang jatuh ke lantai, mereka memanjat doa bagi Dewa Wisnu. Ya, pemotongan rambut tersebut merupakan salah satu pengorbanan yang mesti mereka lakukan sebagai bukti kecintaan kepada dewa.

Rambut-rambut dari India dikenal sebagai "emas hitam" atau "rambut perawan." Hal ini dikarenakan, mereka selalu merawat rambut tersebut sejak kecil. Tak pernah dipotong, tak pernah diwarnai.

Lavanya Kakala adalah satu dari sekian perempuan yang mencukur rambut mereka di kuil itu. Ia mengaku, ia melakukannya sebagai ucapan terima kasih pada Dewa Wisnu dan tak mengharapkan apa-apa.

"Aku tidak pernah memikirkan nasib rambutku setelahnya. Jika ada wanita yang menggunakan rambutku karena terlihat indah, itu lebih baik daripada terbuang di tempat sampah," ujar dia seperti dikutip dari Mail Online, Kamis (20/10/2016).

The Sun 

Terkadang, linangan air mata jatuh bersama rambut yang mereka persembahkan. Harapan dan doa kebaikan, dibisikkan bersama rambut yang dikumpulkan para pemuka agama di kuil itu.

Kebanyakan wanita-wanita itu merupakan wanita miskin. Yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sulit. Namun, kuil tempat mereka mengorbankan rambut justru meraup untung dari ketaatan mereka.

Kuil-kuil itu dilaporkan mendapatkan untung dari penjualan rambut-rambut tersebut. Salah satu kuil, Tirumala, misalnya meraih hingga 35 miliar rupiah dalam waktu satu tahun dari penjualan rambut.

Sayangnya, uang sebanyak itu tak kembali ke masyarakat. Hilang ke kantong-kantong pemuka agama di sana. Proses selanjutnya, beralih ke Tiongkok.

Dibawa ke Tiongkok

Tangisan Menyayat dan Doa Pemujaan di Balik Wig yang Anda Pakai
Pernahkah Anda bertanya, dari mana dan bagaimana proses pembuatan rambut palsu atau rambut sambungan yang Anda pakai?

Dibawa ke Tiongkok

Rambut-rambut itu diangkut dan dikirim ke pabrik rambut palsu atau rambut sambungan di Tiongkok untuk diolah. Tahap berikutnya adalah mengurai rambut itu dengan tangan atau jarum.

Seorang wanita tua yang bekerja di pabrik menuturkan kalau ia mesti menggunakan jarum untuk mengatur helaian rambut itu. Barulah kemudian diatur sesuai panjangnya dan diikat ke tandan.

Setelah itu, rambut-rambut itu kemudian disiram asam untuk menghilangkan kuman. Sementara rambut berkualitas tinggi ditempatkan dalam bak osmosis untuk menghilangkan pigmen gelap tanpa merusak kutikula.

Tahap terakhir, rambut diwarnai seusai kebutuhan. Pirang, cokelat, dan lainnya. Di pasaran, rambut itu kadang dicampur dengan surai kuda untuk menambah keuntungan.

Ya, proses panjang demikianlah yang harus dijalani rambut palsu maupun rambut sambungan yang Anda gunakan.


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya